Lembar 132 : Bergumul

2K 66 2
                                    


RANGGA memelukku dengan begitu eratnya, kemudian dia mendorong tubuhku hingga terkapar di atas kasur. Dengan sigap remaja laki-laki ini menindihi tubuh ini seraya menyerangku dengan ciuman binal di kening, leher, pipi dan bibirku. Seolah tidak memberikan jedah untukku bernafas Rangga terus bergumul melampiaskan hasrat yang telah lama dipendamnya. Dia membuat gerakan-gerakan erotis dan magis dalam menjamah seluruh bagian tubuhku.

''Rangga ... apa yang akan kamu lakukan?'' Aku berusaha mengelak serangan-serangan Rangga yang datang bertubi-tubi seperti serbuan peluru yang menghentakan titik-titik sensitif di permukaan kulitku. Bagai seekor banteng ketaton, Rangga menyerudukku dengan liar hingga aku tak bisa berkutik.

''Rangga ingin bercinta dengan Mas Her...'' Suara Rangga berat dengan nafas yang ngos-mgosan, tangannya masih bergerilya meremas dada dan perkakas pribadiku.

Sambil mencium dan melumat bibirku dengan sedikit kasar, Rangga melucuti semua pakaianku hingga aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat. Rangga nampak meringis menyaksikan tubuh polosku, kemudian dengan begitu bringasnya dia mempraktikan semua hal-hal yang pernah aku ajarkan kepada si brondong ganteng itu. Mulai dari menjilati leherku, kemudian mengusap dan meliuri putingku, menyapu manja perutku dengan lidah basahnya hingga dia membuatku menggelinjang tak karuan dengan memainkan buah zakarku lewat kenyotan nakal yang menggeliatkan badan.

Ough ... mendadak sekujur tubuh bugilku bergidik, manakala lidah Rangga meliuk-liuk deras memutari lubang sarang belutku. Sssshiiitttt ... aku mendesis tak beraturan karena sensasi yang luar biasa nikmatnya, bagaimana bisa Rangga membuat rimming-an seenak ini. Aku tidak percaya bila tidak merasakannya sendiri, ujung lidah Rangga mengebor dan menyodok lubang baby mouth-ku dengan ritme yang konstan seperti gerakan vibration yang menggetarkan jiwa ragaku.

Aaahhh ... aku terpaksa mendesah mengekspresikan rasa yang ku dapatkan ketika jari-jari tangan Rangga mulai menyelusup ke dalam liang persenggaman liwatku. Ough ... mataku jadi sebentar merem sebentar melek saat jari-jari itu menusuk-nusuk dengan gerakan maju-mundur seperti jet pump.

''Ijinkan Rangga menyetubuhimu, Mas!'' ucap Rangga sembari melepaskan satu persatu pakaiannya sendiri, cowok ABG itu menanggalkan pakaiannya hingga dia bugil. Dengan bangga Rangga memamerkan kemolekan tubuhnya sembari mengocok-ngocok kontolnya hingga organ kelaminnya itu menjadi ngaceng sempurna. Lalu dia mengarahkan senjata pribadinya itu ke mulutku, dengan kasar dan sedikit memaksa dia menyumpal mulutku dengan terong ungunya itu yang sudah membengkak karena ereksi maksimal.

''Sedot, Mas ... sedot! Aaaacchhh ...'' Rancau Rangga memberikan komando. Entahlah, seperti seekor anjing pesuruh, aku menuruti apa yang dia perintahkan. Dengan segenap rasa aku pun mengulum dan menyeruput dedek imut Rangga.

''Ough ahh ... ahhh ... enak, Mas ... terus Mas, Sedooot ... bikin Rangga menggelinjang, Mas! Aaachhh ....'' mulut Rangga komat-kamit ketika mulutku menghisap manja pusaka keramat miliknya. Aku sengaja membuat gerakan kuluman yang mengeksplore sisi sensitivitas alat vital Rangga hingga Rangga dapat merasakan kenikmatan sesuai yang dia inginkan. Diam-diam Rangga menggoyangkan pantatnya naik-turun sejalan dengan keluar-masuknya senjata pertempuran yang dia hujamkan di rongga mulutku. Aaaahhh ... Rangga memang sudah semakin lihai mempermainkan gerakan persenggamaan, tak perlu memberikan arahan lagi kepadanya, dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan untuk meraih impuls-impuls kenikmatan yang mampu meregangkan otot-ototnya.

''Aahhh ...'' Rangga menarik kontolnya dari dalam mulutku, ''Rangga ingin merasakan lebih dari pada oralanmu, Mas!'' gumannya seraya meremas-remaskan organ seksnya agar tetap keras dan tegak.

''Apa yang kamu inginkan lagi, Rangga?''

''Rangga ingin menusuk lubang boolnya, Mas!''

''Hah!"

''Apa Mas Herio keberatan?''

''Jika kamu bisa ... lakukan saja, Rangga!''

Aku merubah posisi tubuhku, aku menunggingkan bokongku untuk mempermudah Rangga menjamah lubang sarang belutku. Dan seperti seekor kambing perah aku siap dan pasrah menyerahkan sekujur tubuhku untuk dinikamati oleh Rangga.

''Ayo tusuk, Rangga ... tusuklah!'' seruku dan Rangga pun langsung beraksi, tanpa segan lagi bocah laki-laki itu langsung bergerak di belakangku lalu dia membuka lebar bongkahan pantatku sehingga lubang baby mouth-ku dapat menganga jelas di hadapan Rangga. Dan sejurus kemudian Rangga mengarahkan organ kejantanan ngacengnya ke dalam lubang itu.

Jlebb!

Mataku seketika merem karena desakan senjata Rangga yang mulai menyelusup ke liang surga kenikmatanku.

''Aaahhhh ... sempit, Mas ... Kontol jumbo Rangga terasa terjepit ...'' celoteh Rangga berkomentar.

''Gimana rasanya, Rangga?''

''Hangat, Mas ... batang kontolku sulit untuk bergerak ... pantat Mas Her sepertinya menjepit erat kepala kontolku! Aaackhh ....''

''Bergoyanglah, Rangga ... maju-mundur, naik-turun dan lakukan sesukamu!''

''Iya, Mas!''

Tangan Rangga melingkar di pinggangku, kemudian dengan gesit dia memutar pinggulnya dan mulai menggerakan pantatnya maju-mundur.

''Aaackh .... enak, Mas ... enak!'' Rangga berguman ketika dia mulai mengentoti lubang sarang belutku.

Plok ... Plok ... Plok!

Rangga terus mengoyang pinggul dan pantatnya naik-turun, maju-mundur seirama dengan keluar-masuknya organ intim di lubang liwatku, sesekali dia menghujamkan dedek imutnya dalam-dalam hingga mentok di prostatku. Acckhhh ... aku pun menjerit karena sodokan Rangga masih terasa kasar dan menyakitkan perutku, namun aku berusaha tahan karena aku rela dan membiarkan Rangga memperoleh pengalaman pertamanya ini.

''Aackhhh .... ahhh ... ough ... ough ...'' desahan demi desahan yang keluar dari mulut Rangga menambah semarak aktivitas percintaan di tengah hari bolong ini, dia terus menusukan peralatan tempurnya kuat-kuat dan membuat cetakan gol-gol indah yang memporak porandakan gawang pertahananku. Sebagai pemula Rangga cukup bersemangat dan luar biasa karena sudah berhasil menyentuh sudut-sudut kenimakmatan liang dubur meskipun belum sempurna.

''Aackhh ... ahhh ... Rangga mau keluar, Mas ... Rangga mau ngecreet, Mas ... Aaacckkkhhh ...'' Tiba-tiba tangan Rangga mencengkram tubuhku dengan sangat kuat, badannya bergetar hebat, keringatnya bercucuran membasahi sekujur tubuhnya, dan satu hentakan terakhirnya yang membuatku merinding. Badan Rangga bergidik berkali-kali seiring dengan keluarnya magma putih dari lubang senjata rahasianya.

Crooot ... crooott ... crooott!

Tinta putih nun kentalnya membanjiri liang sarang belutku. Sebagian terserap di usus besarku dan sebagian meleleh dan luber menodai kain sprei.

Perlahan Rangga mencabut kontolnya dari dalam liang persenggamaanku, lalu dia menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Badannya mendadak lemas dan lunglai seakan tak berdaya lagi.

''Rangga sayang sama Mas Herio ...'' ujarnya pelan sambil bersandar di punggungku.

Aku hanya tersenyum ... tapi aku tidak tahu apa arti senyumanku ini, senyuman puas atau senyuman kepasrahan. Entahlah!

Tinta Putih Di Lembar HitamNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ