Lembar Ke-83 : Tubuh Molek

1.8K 68 1
                                    


Karena sudah larut malam, aku dan Rangga langsung menyiapkan diri untuk tidur di kasur. Rangga mengambil posisi yang dekat dengan tembok sementara aku di sebelahnya. Kami memakai selimut yang sama untuk menyelimuti tubuh kami. Rangga tak banyak bicara, mungkin karena dia sudah terlalu mengantuk, sehingga dia langsung memejamkan matanya dan dalam sekejap cowok tampan ini sudah terlelap tidur.

Namun aku sendiri masih belum bisa untuk menenggelamkan diri ke alam mimpi. Pikiranku agak kurang fokus, apalagi di sampingku ada si Rangga. Kehadirannya benar-benar membuat nafasku jadi kembang kempis serta detak jantungku berdegup jauh lebih kencang. Wajah polosnya yang unyu-unyu menarik kedua mataku untuk selalu menatapnya. Alisnya natural dan tersusun rapi, hidungnya mancung, dan memiliki kumis yang tipis. Bibirnya mungil kemerahan, sehingga menambahkan kesan yang manis. Rangga bagaikan paket komplit bila diibaratkan dengan sebuah makanan. Wajah ganteng, body oke, dan masih brondong pula.

Uuuncchhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uuuncchhh ... bikin greng senjataku saja, apalagi bila memperhatikan sekujur tubuhnya dan terutama area selangkangannya, ah ... membuatku menelan ludah dan ingin segera mencicipinya.

Rangga seperti sebuah Marshmallow; kenyal, manis, lembut, lucu, imut dan yang pasti menggoda. Yah ... menggoda syahwat kaum penyuka sejenis.

__Ah ... Rangga, pesonamu membuat jakunku jadi naik turun, pikiran melayang, dan dada membara terasa sesak.

Aku bangkit dari tempat pembaringan, aku tidak bisa tidur bersanding dengan tubuh laki-laki semolek Rangga. Karena semua itu membuat dede kecilku berdiri tak terkendali. Badanku mendadak panas-dingin, karena pikiran kotor terus bermain-main dalam benakku. Malam ini di malam yang terlalu sunyi dan dingin, aku merasa horny. Entah mengapa, aku tidak bisa menahan rasa ini, padahal biasanya aku mampu menghalau gelembung-gelembung rangsangan yang menyebabkan ketengangan frontal pada alat vital.

Aduh ... haruskah aku ber- swalayan sex pada malam hari ini? Tidak ... aku harus bisa mengontrol diri dan menguasai pikiranku yang tiba-tiba ingin bertindak nakal ini. Tapi ... mampukah diriku melakukan itu semua di tengah gejolak jiwa yang sedang ingin bercinta? Aaahhh ... ini membuatku seperti gila.

Lagi ... aku pandangi wajah Rangga yang masih terlelap tidur, saat terpejam pun dia masih nampak mempesona, aku dekati wajahnya dan aku kecup keningnya perlahan. Dan, entah Jin golongan apa yang merasuki tubuhku, tanpa segan aku berani mengecup bibirnya, hmmm ... rasanya manis dan memabukan. Bibir tipis Rangga ini, membuat tubuhku bergetar-getar merasakan sensasi kenikmatan berciuman meskipun tanpa balasan dari Rangga.

Aku menyibakan kain selimut yang menyelimuti tubuh Rangga, mataku liar menyapu seluruh tubuh Rangga yang hanya mengenakan kaos tipis serta celana kolor futsal-nya yang tanpa dirangkapi dengan celana dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menyibakan kain selimut yang menyelimuti tubuh Rangga, mataku liar menyapu seluruh tubuh Rangga yang hanya mengenakan kaos tipis serta celana kolor futsal-nya yang tanpa dirangkapi dengan celana dalam. Ough ... tidak! benda kelelakian Rangga terbangun, dedek imutnya ngacung membentuk tenda di celana longgarnya itu. Aku yang dikuasai oleh nafsu yang menggebu, serentak meraih benda itu. Hangat, keras dan berkedut-kedut seperti urat nadi yang berdenyut. Aku remas kejantanan Rangga hingga benda ini semakin menegang dan memanjang.

Rangga masih tertidur pulas, ini kesempatan terbaik buatku untuk melorotkan celana futsal-nya. Dan tanpa banyak menunggu waktu lagi aku langsung menarik celana kolor itu hingga perkakas pribadi Rangga mencuat bagai meriam tempur yang siap berperang. Bagian kepalanya merona bagai helm baja yang mengkilat terkena cahaya lampu, bagian leher dedek imut tepatnya di bekas jahitan khitanannya sungguh rapi dan bagus. Batangnya mulus berwarna coklat terang serta bulu-bulu hutan alang-alangnya yang masih halus dan belum terlalu banyak. Dan kedua bola kembarnya nampak menggantung indah seperti bola pingpong yang penuh ukiran garis lengkung berkelok simetris dengan warna yang lebih gelap.

Ough ... pemandangan ini sungguh sangat menggiurkan, air liurku seolah menetes dan tak sabar untuk merasakan benda berurat itu. Meskipun jantung ini berdebar-debar serasa mau copot, aku tetap memaksakan diri untuk nekat dan memainkan kontol Rangga dengan jari jemariku. Aku mencengkram pusaka keramat Rangga ini dan mengurutnya dengan gerakan naik turun. Yups ... aku mengocok-ngocok organ pribadi Rangga yang sudah semakin padat dan mengeras.

Ough

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ough ... terdengar suara Rangga yang melengkuh sehingga dengan cepat aku melepaskan dedek imut Rangga dari tanganku. Aku sangat takut dan khawatir kalau Rangga jadi terbangun dan menyadari apa yang telah aku lakukan kepada bocah ini. Mataku seketika melirik ke arah wajah Rangga ... dan saat itu aku melihat Rangga masih memejamkan matanya, aku rasa dia masih tertidur dengan pulas.

Hmmm ... aku jadi bernafas lega ... Rangga hanya menggeliat sebentar dan belum tahu apa-apa ... ini saatnya aku melanjutkan gerilyaku kembali ... sebelum Rangga terjaga dari mimpi indahnya.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang