Lembar Ke-63 : Pengakuan Dimoz

1.5K 67 6
                                    

Aku bersama Andy sudah berada di luar area kebon binatang, sementara Dimoz dan Andre masih berada di dalam. Sambil menunggu mereka berdua, aku dan Andy duduk di sebuah bangku yang ada di pelataran parkir yang letaknya tepat di depan pintu masuk Ragunan Zoo.

''Herio ... kamu tunggu di sini sebntar ya, dan jangan kemana-mana!'' ujar Andy tiba-tiba seraya bangkit dari bangkunya.

''Kamu mau kemana, Andy?'' tanyaku heran.

''Aku mau cari sesuatu, cuma sebentar kok!'' jawab Andy sembari ngeloyor pergi dan menghilang di antara kerumunan banyak orang. Aku tidak tahu dia hendak kemana dan mencari sesuatu itu apa.

Aku duduk sendiri di bangku ini, bengong dan plonga-plongo seperti anak yang hilang.

__Hmmm ... daripada aku bowring, aku mengambil HP dari dalam saku celanaku. Aku menyalakan fitur kamera dan mulai selfie deh.

Cekrek ... cekrek ... narsis!

''Herio ... selfie-selfie dewekan wae sampeyan ora ngajak-ngajak!'' celutuk Dimoz yang muncul tiba-tiba tanpa permisi.

''Eh ... Dimoz ...'' Aku tersenyum malu-malu karena ketahuan lagi selfie, aku memperhatikan Dimoz dan area di sekitar Dimoz, aku bingung karena Dimoz nongol sendirian dan tak bersama Andre.

''Lho ... Andre-nya mana, Moz?'' kataku dengan nada penuh tanda tanya.

''Andre masih di dalam ... gak tahu dia lagi sibuk dengan kenalan barunya aku dicuekin ...''

''Oh begono.'' Aku jadi melongo.

''Iya, Her ... eh ... terus kamu kenapa duduk sendiri di sini, Her ... kemana Andy-nya?''

''Andy lagi cari sesuatu ... tapi aku gak tahu nyarinya dimana?"

''Oh ngono toh.'' Dimoz duduk di sebelahku dengan memasang wajah manyunnya, dia jadi kelihatan bertambah jelek kalau sedang begitu, hehehe ....

''Dimoz ... kebetulan nih, aku mau ngomong sama sampeyan.''

''Arep ngomong opo, Herio?''

''Menurutmu piye liburan sampeyan di Jakarta, sampeyan merasa senang, ra?''

''Iyo ... aku sih hepi-hepi aja, kalian semua baik, aku anggap kalian saudara baruku di sini ... hari ini adalah kenangan yang terindah, tergokil dan mungkin tak akan pernah aku lupakan.''

''Syukurlah kalo sampeyan hepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''Syukurlah kalo sampeyan hepi ... aku jadi ikutan hepi.''

''Iyo, Her ... matur suwon, yo!''

''Iyo ... oh ya ... apa rencanane sampeyan sebanjure mulih soko kene, Moz?''

''Malam ini aku arep nginep di tempatnya Andre tadi aku sudah bicarakan dengan Andre, dan dia setuju ... pagi harinya aku akan langsung balik ke Semarang ...''

''Dimoz ... apa sampeyan menyukai Andre?''

Dimoz tidak langsung bersuara, dia menatap mataku terlebih dulu dengan pandangan yang sedikit nanar dan penuh misteri. Kemudian perlahan-lahan dia membuka mulutnya.

''Herio ... hal yang paling mendasar dan membuatku tergerak datang ke Jakarta itu karena aku tertarik sama sampeyan. Iki ora guroh (bercanda) lho ... sak nyatane aku pancen nyenengi lan tresno marang sliramu ...''

''O, ya?'' Aku mengangkat satu alisku, aku tak percaya dengan pengakuan Dimoz barusan.

''Iya ... kamu tuh punya kepribadian yang menarik, ramah, sederhana, baik hati dan aku akui kalau sampeyan itu ganteng tur manis ...''

''Hehehe ... sampeyan iku iso wae gawe aku mabur ...''

''Tenan lho, Her ... tapi sayangnya dari pertama ketemu, sampeyan tidak memiliki rasa sedikitpun terhadapku, aku sadar wajahku tidak seganteng Andre atau sebagus koko Andy, jadi wajar kalau kamu lebih melirik mereka tenimbang aku ...''

''Dimoz, kamu jangan ngomong begitu ...''

''Iyo tenang wae, Her ... aku tidak bakal sakit hati kok, meskipun kamu tidak tertarik kepadaku, kamu masih memberikan sikap yang baik dan sangat friendly terhadapku ... dan itu membuatku suka dan tidak berkecil hati lagi ...''

''Dimoz ... aku menganggap kalian semua itu sama, bagiku kalian adalah sahabat-sahabatku, bahkan lebih ... kalian seperti saudaraku.''

''Yo, Her ... aku mengerti ...''

''Lalu, bagaimana dengan Andre?''

''Andre itu emang sedikit unik orangnya, pada dasarnya dia baik ... namun, aku tahu dia adalah tipe teman yang asik untuk diajak bersenang-senang doang .... meskipun demikian aku tidak peduli ... karena aku datang ke Jakarta memang untuk bersenang-senang ... dan berbagi kegembiraan.''

''Dimoz ... kamu mempunyai hati yang mulia ... aku tidak menyesal punya teman seperti kamu.''

''Ya, Herio ... aku juga senang punya saudara seperti panjenengan iki,'' Dimoz tersenyum simpul memamerkan gigi-giginya yang gede-gede seperti gigi jagung.

Menurutku Dimoz adalah orang yang bijaksana, easy going dan berpikir rasional. Salut dengan prinsip hidupnya yang selalu menebar kebaikan tanpa memperdulikan balasan yang didapatkannya, ketulusannya benar-benar membuka mata hatiku untuk selalu berpikir positif dan berjiwa sosial. Dua jempol deh buat friend yang satu ini.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now