Lembar Ke-97 : Kuli

1.5K 51 14
                                    

Di kamar kost, aku berbaringan sebentar di atas lantai hingga keringatku menghilang dari tubuh. Setelah butir-butir keringat itu lenyap, aku pergi ke kamar mandi untuk menyiram tubuh ini dengan air hingga aku merasa bersih, wangi, dan segar. Usai mandi aku membelitkan handuk ke pinggang dan menutupi separuh tubuh bagian bawahku. Saat aku keluar dari kamar mandi aku berpapasan dengan salah satu kuli pengangkut barang yang ada di bawah tadi.

''Permisi, Mas ... maaf saya mau numpang ke kamar mandi ... saya mau buang air kecil,'' ujar kuli ber-body kekar ini di depanku. Matanya liar memperhatikan sekujur tubuhku dan melempar satu senyuman yang terlihat genit.

''Oh iya, Bang ... silahkan!'' sahutku dan mempersilahkan laki-laki macho ini untuk memasuki kamar mandi. Aku terus menatap otot bisep dan trisep-nya yang keren bagai pahatan tubuh patung pancoran sehingga mampu mencuri perhatian mataku.

Ketika dia melintas di hadapanku, aroma tubuhnya benar-benar jantan sekali. Bau keringatnya cukup menyengat, namun sangat khas dengan bau badan laki-laki maskulin yang justru sangat aku sukai. Otakku pun mendadak jadi ngeres. Pikiran kotor dan cabul memenuhi benak homoseksualku. Sungguh keringat lelaki itu semacam fetish bagiku dan mampu membangkitkan gairah nafsu syahwatku.

Ah ... ini memang konyol, tak seperti aku yang biasanya malu-malu dan bisa meredam gejolak birahi, diam-diam aku mengintip kuli berbadan muscle itu dari lubang pintu kamar mandi. Dari lubang ini aku bisa melihat kalau Sang Kuli kekar sedang melorotkan celananya dan mengeluarkan organ vitalnya yang nampak WOW dengan ukurannya yang panjang dan GEDE. Kepalanya bengkak bagai helm baja tentara, batangnya lurus, gempal dan penuh dengan urat-urat yang menonjol membentuk ukiran urat syaraf yang menggiurkan.

Jantungku berdebar-debar, adrenalinku naik drastis saat lubang kencingnya mulai memancarkan air kemih yang deras seperti air mancur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jantungku berdebar-debar, adrenalinku naik drastis saat lubang kencingnya mulai memancarkan air kemih yang deras seperti air mancur. Aduh ... mataku tak bisa berkedip ketika lelaki macho itu menggoyang-goyangkan batang kelelakiannya untuk meniriskan air seni. Aku jadi menelan ludah, jakunku naik-turun dan air liurku menetes di tepi bibirku. Dan tentu saja dede kecilku ikutan terbangun seketika membentuk gundukan yang tertutup kain handuk.

Gawat ... dia sudah menuntaskan hajat kecilnya dan sedang mencuci senjata pribadinya dengan segayung air. Aku harus segera pergi dari tempat ini sebelum dia keluar dan membuka pintu kamar mandi. Dengan gesit aku berlari menuju ke kamar kost, aku tidak mau ketahuan oleh laki-laki itu kalau aku sedang mengintipnya.

Huh ... aku bisa bernafas lega, karena aku lolos dari misi pengintipanku tanpa diketahui olehnya. Dari dalam kamarku, aku masih memperhatikan kuli kekar itu dari balik tirai jendela. Achhh ... aku cuma bisa melihat punggungnya yang sangat lebar dan gempal. Lelaki yang ku perkirakan berusia sekitar 30-an itu memang terlihat manly dengan sikap jalan yang tegap dan pandangan mata yang tegas. Aaackkkhhhh ... kenapa aku jadi memperhatikan dia sih ... dasar mata HOMO ... tidak bisa jaga mata bila melihat cowok yang bening-bening ... apakah semua sifat gay semacam itu? Atau cuma aku saja? Ah, entahlah!

__Coba yang merasa HOMO, comment dong! Hehehe ....

Hmmm ... gara-gara kuli kekar yang satu itu, dedek imutku jadi ngaceng keras dan tidak mau melemas.

__Masa' iya, aku harus shake the banana sih!

Udah ah ... lupakan soal kuli itu, lebih baik aku berpakaian rapi dan buang semua pikiran-pikiran jorok yang hanya membuat jiwaku jadi bobrok. Mendingan aku merokok.

__Eeh ... aku 'kan tidak doyan rokok, ya? Kecuali rokok batangan coklat. Hehehe ... Iiiih, apaan sih, aku ini? GAJE banget!

Tok ... Tok ... Tok!

Pintu kamarku terketuk dari luar, suara ketukannya terdengar berirama dan beda dari biasanya. Kira-kira siapa yang mengetuk pintu, ya? Duh ... penasaran, aku masih ragu untuk membuka pintu kamarku, karena aku masih mengenakan handuk dan dalam keadaan horny pula. Hadewhhh ... bagaimana ini?

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now