Lembar Ke-69 : Cowok Misterius

1.4K 60 2
                                    

Saat bekerja aku melupakan semua tetek-bengek yang berhubungan dengan masalah pribadiku, aku memang memprioritaskan pekerjaanku dibandingkan dengan kerumitan penghidupan yang aku jalani. Sebagai seorang homoseksual terkadang kita harus pintar-pintar menyembunyikan jatidiri tentang ketidaknormalan ini di depan banyak orang, sebisa mungkin kita tetap berperilaku straight act agar mereka semua tidak mencurigai penyimpangan orientasi seksual yang kita miliki. Dan biasanya trik ini dilakukan oleh para pria yang bercenderungan menjadi biseksual. Karena kita semua sadar kalau kondisi yang kita alami ini kurang diterima di kehidupan bermasyarakat. Padahal sebagai mahluk manusia biasa kita memiliki hak dan hasrat yang sama.

Hasrat bercinta dan menyukai seseorang tentu pernah kita rasakan. Tak terkecuali para pria Maho seperti kita-kita ini. Karena pada dasarnya sebagai insan laki-laki yang telah memasuki masa puber ada saat-saat dimana kita merasakan keinginan bercinta yang menggebu-gebu. Orang bilang sih, lagi Horny atau lebih sering kita mendengarkan dengan istilah sangek. Nah ... ketika seorang pria lagi sangek, tentu mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memlampiaskan gelora syahwatnya. Yang memiliki pasangan mereka bisa melakukan Making Love (eM-eL), dan apabila mereka masih single, aktivitas terpaksa yang mereka kerjakan pasti aksi 501 (Lima jari tangan yang mengitari satu buah benda hidup yang bedenyut-denyut). Aksi ini biasa kita kenal dengan sebutan onani atau masturbasi, dan setiap makhluk berjenis kelamin laki-laki pasti sudah pernah melakukannya meskipun dengan cara yang berbeda-beda serta menggunakan media yang bermacam-macam sesuai dengan selera dan tingkat sensitifitas organ intim mereka masing-masing. Tujuan mereka Cuma satu, yaitu mendapatkan kenikmatan dan mencapai klimaks. Croot ... Croot ... Croot ... mereka berejakulasi mengeluarkan sel-sel peranakan mereka.

Bagi yang doyan ngentot baik pria normal maupun homo, mereka merasa tidak cukup bila hanya beronani saja, sehingga banyak di antara mereka yang berkelana mencari orang untuk dijadikan partner bercintanya. Biasanya mereka berburu di media-media sosial yang kini semakin mudah buat mereka akses untuk mendapatkan pasangan yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Aduh ... aku terlalu banyak ngomong, nih ... sampai aku lupa kalau jam di tanganku sudah menunjuk angka 7, saatnya aku makan malam. Aku bangkit dari tempatku berbaring dan melenggang manja menuju pintu kamar kost-anku. Saat aku menekan grendel-nya dan membuka perlahan daun pintunya di depanku sudah berdiri dengan tegapnya sesosok pria muda tampan dengan memasang wajah inocent-nya yang imut-imut. Yah ... siapa lagi kalau bukan si brownis Rangga.

''Ada apa, Coy?'' ujarku pada si baby face ini.

''A-anu, Mas ...'' jawab Rangga terdengar gugup.

''Anu ... anu ... anu ... anunya siapa?''

''A-anunya, Mas Her ...''

''Hah ... kenapa anu-ku?'' Aku mengernyitkan jidat.

''Itu anu-nya, Mas Her ... ada di bawah!''

''Hah. .. ada dibawah?'' Aku bingung dengan yang diucapakan Rangga, dengan refleks aku memeriksa area selangkanganku, dan aku rasa tidak ada masalah, aku sudah menutup resleting celanaku dengan rapat-rapat. "Anuku tidak apa-apa, Rangga ...'' imbuhku.

''Aduh!'' Rangga menepok-nepok jidatnya sendiri, ''bukan anu yang itu, Mas Her ...'' lanjutnya agak kesal.

''Terus ... anu yang mana?''

''Hmmm ... maksud Rangga ... ada anunya, Mas Her sedang menunggu di bawah!'' terang Rangga yang masih kurang jelas.

''Anu apaan, sih? Kalau ngomong yang jelas dong, Rangga!''

''Itu ... ada seorang cowok ... dia cari, Mas Herio ... dia lagi ada di bawah ...''

''Seorang cowok? Siapa?''

''Gak tahu ... bilangnya sih, dia temannya, Mas Herio ...''

''Ohhh ...''

''Ya ... cepatan temuin dia, Mas ... orangnya cakep banget, lho ... tinggi, putih ... kayak bintang film Thailand!''

''Ah ... yang benar kamu, Rang ... jangan bikin aku penasaran begini dong!''

''Hehehe ....'' Sialan si Rangga cuma cengengesan saja.

Aku bergegas keluar dari kamarku dan meninggalkan Rangga yang masih cekikikan, lalu aku menuruni tangga dengan gesit dan aku melihat ada seorang laki-laki di depan pintu gerbang. Dia masih menghadap ke arah jalanan dan membelakangi tubuhku. Rangga benar, postur tubuh lelaki ini terlihat tinggi dan memiliki kulit lengan yang putih bersih. Aku jadi deg-degan dan semakin penasaran dibuatnya. Siapakah gerangan sosok laki-laki di hadapanku ini?

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now