Lembar Ke-26 : Selingkuh

2.6K 88 1
                                    

''Ekhemmm ... yang jadi tukang sate semangat sekali ...'' celutuk Aa' Iyan menghampiri aku yang sendirian bergulat dengan tusukan daging-daging mentah ini dan memanggangnya di atas perapian. Beberapa menit yang lalu aku ditinggal Mas Darto karena Mas Darto pergi bersama Om Gani untuk sebuah urusan yang tidak aku ketahui.

''Eh ... Aa' Iyan ... Ayo sini Aa' ... bantuin Herio!'' Aku menarik tangan Aa' Iyan dan menyerahkan sebuah kipas ke tangannya.

''Hehehe ... Herio ... apakah kamu senang disini?''

''Iya ... seperti yang Aa' lihat, aku enjoy A' ....''

''Syukurlah ... karena Aa' pikir kamu akan bowring Aa' ajak main ke tempat ini.''

''Jujur sih ... awalnya agak BeTe ... karena tidak ada kegiatan, tapi setelah ada bakar-bakaran begini, Bete-ku seketika hilang Aa' ... oh ya, kenapa Aa' datang kemari, Aa' tidak mengobrol lagi dengan mereka?''

''Ga ah ... Aa' gak mau ganggu orang yang sedang pacaran ....''

''Hah ... siapa yang lagi pacaran, Aa'?''

''Seperti yang kamu ketahui ... Om Gani sedang keluar jadi otomatis hanya ada Dirno dan Teh Mona ... kamu tahu 'kan kalau Dirno itu pacar gelapnya Teh Mona ... kalau Aa' berada di antara mereka Aa' nanti dianggap setannya ....''

''Hahaha ... kok setan, A'?"

''Iya ... 'kan orang bilang, kalau ada orang berduaan dan lagi mojok, orang ketiganya adalah setan ....''

''Hehehe ... Aa' bisa aja.''

Aku dan Aa' Iyan jadi tertawa.

''Makanya Aa' kesini temani kamu aja ....''

''Emang ... Mas Dirno dan Tante Mona lagi mojok, A'?''

''Kamu lihat aja sendiri!''

Aku mengkerutkan keningku, karena aku penasaran, kemudian aku melengos ke arah jendela, dari kaca ini aku mengintip ke ruangan tamu, ruang dimana ada Tante Mona dan Mas Dirno yang sedang duduk berdekatan di atas sofa. Kedua insan ini memang nampak seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Mas Dirno memegang tangan Tante Mona, lalu menciumnya perlahan, tak berhenti disitu, Mas Dirno juga mendekatkan wajahnya ke wajah Tante Mona, tangan Mas Dirno bergerilya menyentuh gunung kembar milik Tante Mona dan meremasnya, lalu sejurus kemudian Bibir Mas Dirno menyentuh Bibir tante Mona. Mereka berciuman dengan french kiss style yang menggoda. Aku buru-buru memalingkan mukaku karena aku tidak ingin menyaksikan adegan selanjutnya yang tentunya lebih hot dan lebih intim, dan aku tidak berhak untuk menontonnya.

Aku membuang nafas dalam-dalam, sebelum membuka mulutku untuk bersuara di depan Aa' Iyan.

''Sejak kapan hubungan mereka sedekat itu, A'?''

''Aa' kurang tahu sih ... tahu-tahu mereka sudah menjalani perselingkuhan semacam itu.''

''Apakah Om Gani mengetahuinya?''

''Tentu saja tidak ... karena Om Gani berpikir kalau Dirno itu cuma sebatas teman saja, sama seperti Aa'. Karena kita semua sering bertemu di gerbong Commuter Line dan berangkat bareng menuju Jakarta ....''

''Ohhh begitu ... terus ngomong-ngomong, apakah Mas Dirno sudah menikah?''

''Ya ... Dirno sudah beristri dan punya seorang anak yang masih balita.''

''Hmmm ... tak kusangka, wajah polos dan selugu Mas Dirno ternyata doyan juga main perempuan ....''

''Itulah dunia orang dewasa Herio ... mereka tak hanya mencari kepuasan semata ... tapi juga diperbudak dengan sesuatu yang bernama UANG ... jadi apa pun akan dilakukannya demi mendapatkannya.''

''Apakah Aa' ... punya pemikiran yang sama dengan mereka?''

''I don't know ... Aa' tidak bermain dengan perempuan, tapi Aa' lebih suka bermain dengan orang-orang seperti kamu, Herio ...'' Aa' mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, dia memelukku dan mengecup pipiku.

''Hahaha ... dasar!'' Aku melepaskan pelukan Aa' karena ada Mbok Darmi yang tiba-tiba muncul di antara kami. Aku dan Aa' saling berpandangan, muka kami memerah seperti daging mentah, dan berharap Mbok Darmi tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mbok Darmi hanya tersenyum serta menggeleng-gelengkan kepalanya saja melihat tingkah kami yang mungkin menurutnya konyol. Perempuan tua ini sepertinya acuh tak acuh dan tak mau peduli dengan urusan kami ... kemudian setelah dia mengambil sate yang sudah matang, dia segera pergi meninggalkan kami berdua.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now