Lembar Ke-79 : Panik

1.5K 60 12
                                    


Kriing ... Kriing ... Kriiing!!!

Handphone-ku berdering kembali dan aku segera menengok siapa yang melakukan panggilan, ada sebuah nama yang sudah ku kenal tersemat di layar ponselku. Tanpa banyak berpikir aku langsung menjawab panggilan ini.

''Assalamualaikum ...'' ujarku menyapa.

''Waalaikumsalam, halo Herio ... apa kabar'?' suaranya masih khas dan sangat aku kenal.

''Alhamdulillah, aku baik-baik saja ...'' jawabku datar.

''Syukurlah ... kamu lagi ngapain?''

Aku tidak langsung menjawab, aku terdiam sejenak karena aku merasa tiba-tiba aku sangat malas untuk berbincang dengan dirinya.

''Herio ... kok diem?''

''Mmmm .... '' Aku mengatur suaraku agar terdengar lebih tegas, ''ada angin apa, Aa' Iyan menelponku?'' kataku yang mungkin terdengar agak ketus.

''Kok begitu ngomongnya, Herio?''

''To do point aja, A' ... aku tidak suka basa-basi!''

''Aa' kangen sama kamu, Herio ... Aa' pengen ketemu kamu ... Aa' masih boleh 'kan nginep di tempatmu malam ini?''

''Apa?!'' Aku benar-benar terkejut.

''Aa' boleh gak nginep malam ini di kost-an kamu ... Aa' kemalaman di jalan jadi tidak bisa pulang ke Tangerang.''

Aku terdiam kembali, aku bingung harus menjawab apa ... aku tidak mungkin mengijinkan Aa' Iyan datang ke kost-anku untuk saat sekarang ini karena aku akan ada pertemuan dengan Andy di sini.

 aku tidak mungkin mengijinkan Aa' Iyan datang ke kost-anku untuk saat sekarang ini karena aku akan ada pertemuan dengan Andy di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''Herio ... Rio ... kok diem lagi, Say ... boleh gak Aa' nginep?''

''Mmm ... Maaf ya, Aa' ... ja-jangan sekarang!''

''Kenapa? Kamu lagi ketemuan ya, sama orang? Atau jangan-jangan kamu sudah punya BF baru, ya?''

''Itu bukan urusan Aa' ... pokoknya aku tidak bisa ijinkan Aa' datang ke sini!''

''Kamu sudah berubah, Herio ... kamu tega pada Aa'!''

''Yang membuat aku tega adalah Aa' sendiri ....''

''Herio ... Aa' cuma mau menginap aja, kok ... please!''

''Maaf ya, Aa' ... tidak bisa. Aa' Masih ingat 'kan? Beberapa waktu lalu Aa' nginap bersama teman Aa' di tempatku. Tapi Aa' tidak bisa menjaga perasaanku, Aa' ngentot dengan teman Aa' itu di depan mataku,  sakit tahu Aa' ... jadi maafkan aku, jika aku tidak mengijinkan Aa' menginap lagi. Saat ini aku juga sedang tidak ada di kost-an!''

''Oh ... gitu ... Ok Fine! Aa' mau nginep di tempat teman Aa' yang lain aja. Bye!''

Tut ... tut ... aku memutuskan panggilannya dan melempar HP-ku ke atas kasur.

(Maafkan aku Aa' Iyan, aku terpaksa berbohong).

Sebenarnya aku tidak tega, karena bagaimanapun juga Aa' Iyan adalah orang yang pernah singgah di dalam hatiku, aku masih memiliki sedikit rasa untuknya. Aku masih sayang kepada laki-laki itu. Tapi ... aku juga tidak bisa mengecewakan Andy yang sebentar lagi mau datang ke kamarku.

Tok ... tok ... tok!!!

Pintu kamarku terketuk dari luar, mungkin itu Andy yang sudah tiba.

Entah mengapa jantungku jadi berdebar-debar lebih keras. Aku jadi salah tingkah dan agak grogi untuk menyambut kedatangan cowok berwajah oriental itu. Aku mencoba menenangkan diriku dan tetap berpikir lebih positif. Aku memejamkan mataku sejenak dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu, aku bergegas berjalan ke arah pintu kamar dan perlahan menekan grendelnya.

Klik! ... daun pintunya terbuka, dan aku terbelalak langsung sangat terkejut seolah tak percaya, karena yang muncul di hadapanku ini bukanlah Andy melainkan si anak ibu kost yang ganteng dan manis itu.

 daun pintunya terbuka, dan aku terbelalak langsung sangat terkejut seolah tak percaya, karena yang muncul di hadapanku ini bukanlah Andy melainkan si anak ibu kost yang ganteng dan manis itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''Rangga ....'' ucapku dengan nada yang datar.

''Kenapa, Mas? Kok kelihatannya sangat terkejut begitu ...''

''Eh ... tidak apa-apa! Kamu cuma bikin aku sedikit kaget aja ... ada apa kamu ke kamarku?''

''Rangga lagi BT aja, Mas ... Rangga pengen curhat dan nginep di kamar Mas Her ... boleh, nggak?''

''Apa?'' Aku jadi membelalakan mataku.

__Mengapa semua orang jadi ingin menginap di kamarku? Aneh!

''Iya ... Rangga pengen tidur di sini bareng Mas Herio ... boleh 'kan?''

''Aduhhh ....'' Aku nyengir dan tak tahu harus bagaimana, aku cuma garuk-garuk kepala yang sebenarnya tak gatal, aku mendadak gugup dan resah karena tak bisa memberikan alasan yang masuk akal untuk menolak keinginan Rangga yang mau menginap di kamarku malam ini.

''Kenapa, Mas Her ... kok jadi seperti orang yang lagi bingung begitu, sih ... boleh gak nih Rangga tidur di sini? Please untuk malam ini saja, Mas!''

Aku menjambak rambutku sendiri, dan aku refleks mondar-mandir tak jelas karena terlalu gugupnya.

''Biasa aja kali, Mas Her ... kalau tidak boleh juga gak apa-apa kok! Tak perlu bersikap aneh begitu ...'' tanggap Rangga sambil membalikkan badannya dan hendak keluar dari kamarku.

''Eh ... Rangga, tunggu!'' Aku meraih lengan Rangga dan menahan langkahnya. Rangga langsung melengos dan menatapku dengan sorot mata yang sulit aku terjemahkan maknanya.

Mataku dan mata Rangga jadi saling berpandangan, dan saat itulah aku merasa ada pancaran yang membuat hatiku jadi berdesir. Kedua bola mata Rangga seperti ada rangkaian kata yang tak pernah terucap dari bibir mungilnya. Dan kata itu muncul dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Sebuah kata yang terlalu manis untuk dicerna namun terlalu getir untuk diucapkan.

Kriiing ... kriiing ... kriiinggg!!!

Nada dering ponselku berdering lagi dan langsung mengalihkan perhatianku. Aku memalingkan mukaku seketika dan segera mengambil handphone yang tergeletak di atas kasur. Aku melirik nomor telepon yang nongol pada layar ponselku itu, deretan nomor yang serupa dengan panggilan beberapa menit yang lalu dan aku yakin nomor itu nomor milik Andy.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now