Lembar 136 : Interview

1.3K 46 1
                                    


LANGKAH panjangku tergerak dengan spirit yang sempurna meniti jalanan keras beraspal di trotoar pertokoan Ruko Mega Grosir Cempaka Mas. Mataku jeli memandang deretan blok dan nomor bangunan ruko untuk mendapati nomor yang sesuai dengan yang aku cari. Dan setelah berkeliling kesana-kemari akhirnya aku mendapatkan bangunan ruko tersebut.

Dengan langkah tegap dan penuh rasa percaya diri, aku memasuki pintu masuk bangunan ini. Lalu, seorang wanita bergincu merah dengan mimik wajah yang cerah menyambutku. Dia wanita yang bertugas menjadi reseptionis.

''Selamat pagi, Mbak ...'' salamku pada wanita itu yang duduk manis di kursi kerjanya.

''Selamat pagi ... ada yang bisa saya bantu, Mas?'' sahut sang reseptionis ini dengan menyunggingkan senyuman lebar di bibir manisnya. Sungguh, senyuman simpul yang kelewat gurih. I like this!

''Saya, Herio Purnama ... saya mau bertemu dengan Bapak Johan Kumbara!'' ujarku.

''Ooh ... mau interview ya, Mas?'' tanya Mbak Reseptionis yang name-tag-nya tertulis dengan nama Wulan.

''I-iya .. benar, Mbak!'' jawabku rada gugup, namun tetap semangat.

''Kalau begitu Mas, mengisi formulir terlebih dahulu, ya!'' Mbak Wulan ini menyerahkan selembar kertas yang berisi form pendaftaran karyawan baru ke tangannku.

''Terima kasih, Mbak!'' aku menerima formulir tersebut dengan senang hati, lalu aku bergerak ke sebuah kursi kosong yang berderet di samping meja resepsionis. Aku duduk, kemudian aku mulai mengisi data-data pribadi di formulir tersebut.

Beberapa menit kemudian setelah semua form sudah ku isi semua, aku mengembalikan ke tangan Mbak Wulan. Lalu perempuan yang mengenakan kemeja putih dan celana bahan warna hitam ini menelpon seseorang. Aku tidak memperhatikan apa yang dibicarakannya. Aku terdiam dengan pikiran yang harap-harap cemas sambil menunggu komando berikutnya. Setelah wanita berhidung hemat itu selesai menelpon dia langsung menyuruhku naik ke lantai 3 dengan membawa formulir yang sudah terisi dengan data pribadiku tadi. Dia bilang, ''Pak Johan sudah menunggu anda!''

Tanpa banyak berpikir aku pun langsung berjingkat menuju ke lantai 3, saat aku menaiki tangga aku mendadak nervous tak karuan. Perlahan aku memejamkan mataku dan menghirup nafas dalam-dalam lantas menghempaskannya perlahan-lahan. Aku berusaha menenangkan diriku agar aku tidak canggung saat bertemu dengan Interviewer.

Aku tiba di lantai 3, dan ketika aku berada di depan pintu masuk ruangan HRD jantungku kembali ber-dag-dig-dug jauh lebih kencang, meskipun aku sudah bersikap setenang mungkin.

Tok ... Tok ... Tok!

Aku mengetuk pintunya perlahan.

''Permisi ...'' ujarku dengan suara yang gemetar dan kaku.

''Iya, silahkan masuk!'' Suara seorang laki-laki dari balik ruangan ini. Suaranya tegas, datar, dan berwibawa.

Aku pun perlahan menekan grendel pintu dan membuka lebar-lebar pintunya, sejurus kemudian aku memasuki ruangan HRD ini, dan aku melihat sesosok laki-laki dewasa yang berdiri tenang menyambut kehadiranku. Laki-laki berkumis tebal ini tersungging dengan senyuman manis di wajahnya yang memberikan kesan ramah kepadaku, lalu dia menyalami tanganku dan menyuruhku duduk tepat di hadapannya. Tentu ... aku menuruti semua perintahnya itu.

''Saya, Johan Kumbara ... saya salah satu HRD di perusahaan ini ... oh ya, boleh saya minta formulir dan CV-nya?'' ujar Pak Johan mengawali perbincangan yang lebih serius .

''I-iya, Pak ...'' Aku segera menyerahkan formulir beserta CV-nya ke tangan laki-laki ini yang wajahnya sekilas seperti Mas Adam Suseno, suaminya Mbak Inul Daratista (artis dangdut yang terkenal dengan goyang ngebornya).

Pak Johan langsung memeriksa formulir dan CV yang aku berikan. Laki-laki berpostur tinggi besar ini membaca dan membolak-balik semua berkas yang aku serahkan kepadanya.

''Namamu, Herio Purnama?'' Pak Johan melirikku dengan tatapan mata yang tajam, namun dengan sikap yang rileks.

''Namamu, Herio Purnama?'' Pak Johan melirikku dengan tatapan mata yang tajam, namun dengan sikap yang rileks

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''Ya, Pak ...'' jawabku tegas.

''Panggilannya siapa?'' Pak Johan kembali menatapku dengan seksama.

''Herio, Pak ...''

Pak Johan nampak manggut-manggut.

''Kamu sudah punya pengalaman bekerja di mana saja, Herio?''

Sejenak aku terdiam sebelum menjawab pertanyaan Pak Johan, lalu ...

''Saya pernah bekerja di sebuah restoran sebagai waiter dan admin, saya juga pernah bekerja di sebuah perbankan di bagian telephone verification dan saya juga pernah jadi seorang teller di sebuah money changer!''

''Baik ... apakah kamu sudah pernah bekerja di bidang marketing atau penjualan retail?''

''Belum, Pak ...'' Aku menggeleng.

''Terus apa motivasi kamu melamar pekerjaan di perusahaan kami?''

''Saya ingin mendapatkan penghasilan yang lebih baik, saya ingin belajar dan juga mendapatkan kesempatan pengalaman bekerja yang lebih banyak ...'' jawabku tanpa ragu.

''Baik ... kamu ingin melamar di bagian apa?'' Mata Pak Johan memandangku lekat-lekat.

''Sales Counter!''

''Kamu sudah tahu tugas-tugasnya?''

''Ya, Pak ..., saya tahu!''

''Apa?'' tubuh Pak Johan lebih condong di bagian kanan. Tangannya bersandar di atas meja sambil memperhatikan aku dengan penuh antusias.

''Setahu saya, tugas seorang sales adalah menjual produk-produk perusahaan.''

''Tidak hanya menjual barang Herio, tapi juga menjaga, merawat dan selalu bersikap baik dengan pelanggan!'' sambung Pak Johan.

Aku hanya tersenyum sembari menganggukan kepala.

''Baiklah, kapan kamu bisa mulai bergabung dengan kami?''

''Segera, Pak!''

''Baik ... kalau begitu besok kamu datang lagi kemari sambil membawa ijasah asli untuk membuat perjanjian kontrak kerja ... Selamat bergabung dengan kami, Herio!'' Pak Johan langsung meyalami tanganku.

''Maksudnya?''

''Kami membutuhkan orang sepertimu!''

Aku terbengong mendengar pernyataan Pak Johan, aku masih tidak percaya kalau lamaran pekerjaanku diterima.

''Jadi saya diterima bekerja di perusahaan ini, Pak?''

''Iya!'' Pak Johan mengangguk mantap.

''Terima kasih, Pak ...'' balasku dengan wajah sumringah.

Aku benar-benar senang sekali mendapatkan kabar ini, aku tidak tahu harus berkata apalagi selain ucapan Alhamdulillah dan Allahuakbar! Aku sangat bersyukur karena besok aku sudah bisa bekerja di tempat yang baru.

__Terima Kasih Tuhan!

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now