Lembar 125 : Numpang Mandi

1.3K 46 2
                                    

AKU tidak tahu pukul berapa aku bisa terlelap tidur, tahu-tahu saat aku buka mata, seluruh ruangan kamarku sudah terlihat terang benderang, hari sudah pagi dan ketika aku menengok screen di smartphone-ku jam digital-nya sudah menunjukan angka 8.15 WIB.


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَحْيَانَا بَعْدَمَآ اَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

(ALHAMDULILLAAHILLADZII AHYAANAA BA’DAMAA AMAATANAA WA ILAIHINNUSYUUR)

“Segala puji bagi Allah Dzat yang menghidupkan kami setelah kami mati (tidur) dan kepadanyalah kami kembali”.

Mataku masih mengantuk, rasanya ingin tidur kembali, namun aku tidak bisa memejamkan mataku ini. Apalagi telingaku mendengar suara dag dug dag dug! seperti orang sedang memalu dari kamar sebelah. Karena bising dan penasaran, akhirnya aku bangkit dari tempat pembaringanku, lalu aku keluar kamar dan mendekati sumber suara gaduh itu yang ternyata berasal dari kamar Mas Sofiano. Aku menghampiri kamar laki-laki dari Jawa itu, aku melihat pintu kamarnya terbuka lebar dan ketika aku melengoskan kepala dari balik pintu ini aku menyaksikan Mas Sofiano sedang menancapkan sebuah paku ke dinding dengan sebuah martil.

''Mas ... lagi ngapain? Sibuk amat!'' tegurku, dan laki-laki yang hanya mengenakan handuk itu langsung mendongak ke arahku.

''Hai ... sampeyan, Her ... ini aku lagi memasang paku buat memajang bingkai foto, semalam kayaknya jatuh karena pakunya terlepas ...'' terang Mas Sofiano sembari meletakan bingkai foto wedding-nya di dinding.

''Oh, gitu ..'' Aku manggut-manggut sembari memperhatikan setiap lekuk tubuh Mas Sofiano yang membuatku jadi melek. Tubuh kekarnya itu nampak mengkilat karena terguyur keringat yang membasahi di sekujur tubuhnya. Benar-benar jantan dan menggoda iman. Apalagi saat ini dia hanya mengenakan handuk tipis yang membelit di pinggangnya dan menutupi wilayah tubuh bagian pusar dan pangkal pahanya. Sungguh teramat sexy. Ditambah dengan gundukan menonjol pas di tengah-tengah selangkangannya. Uuuuhhh ... menggiurkan dan bikin jantungku berdebar-debar kencang serasa mau copot. Tonjolan itu nampak jelas memperlihatkan siluet bentuk kontolnya (orang Jawa bilang sih, njeplak). Batang dan kepala kontolnya tercetak sempurna di balik kain handuk itu.

''Kamu baru bangun toh, Her ...'' celetuk Mas Sofiano membuyarkan perhatianku.

''Emmm ... iya, Mas ... aku baru bangun ... '' jawabku mendadak gugup, ''aku juga terbangun gara-gara mendengar suara plak-plok ... plak-plok ... aku pikir suara apaan? Eh, ternyata Mas Sofiano lagi memartil.'' lanjutku.

''Hehehe ... sorry ya, Her ... aku jadi ganggu istirahatmu,'' ungkap Mas Sofiano.

''I'ts ok ... tidak apa-apa, Mas ... lanjutkan!'' sergahku sembari membalikan tubuhku karena tidak tahan melihat keseksian tubuh Mas Sofiano yang super duper bikin baper. Jujur, aku jadi ngaceng. Aku tak tahu apakah ini hanya morning erection atau stimulasi karena melihat pemandangan syur yang bikin celanaku jadi mendadak sempit. Diam-diam dan pelan-pelan aku pergi meninggalkan kamar Mas Sofiano.

''Herio ...'' ujar Mas Sofiano mencegah lagkahku.

''Ya, Mas ...'' sahutku pelan tapi aku tidak berani menengok.

''Aku mau numpang mandi di tempatmu ... '' ujar Mas Sofiano lagi seraya berjalan mendekati aku yang berdiri terpaku secara tiba-tiba.

''Hah ...'' Aku tak percaya dengan apa yang Mas Sofiano ucapkan itu.

''Kenapa ... kok sampeyan kayak kaget begitu sih, Her?'' tanya Mas Sofiano heran.

''Emang kenapa kamar mandi di tempat Mas Sofiano? Kok sampai mau numpang mandi segala di tempatku, Mas?'' ucapku balik bertanya.

''Kran di kamar mandiku lagi rusak, Her! Gak keluar airnya ... aku sudah beritahukan kepada pemilik kost-an ... baru nanti siang bisa dibenerin ...'' jawab Mas Sofiano menjelaskan.

''Oohhh ...'' Aku melongo.

''Iya ... boleh 'kan aku numpang mandi di kamar mandimu, Her?''

''Iya, Mas ... bo-boleh ... boleh ... silahkan!'' jawabku yang mendadak gagap.

''Matur nuwun, Her ...''

Mas Sofiano berjalan mendahului aku, dia berada di depanku, dan saat itu aku jadi memperhatikan bongkahan bokongnya yang terlalu bohai dan bahenol meskipun tertutup handuk. Ckckckc ... tubuh Mas Sofiano memang terlihat sempurna baik dipandang dari depan maupun dari belakang.

Mas Sofiano masuk ke kamarku, kemudian dia langsung bergerak menuju kamar mandi. Dia tidak menutup rapat pintu kamar mandi itu dan membiarkan pintunya terbuka separuh. Lantas, tak seberapa lama aku mendengar suara gebyar-gebyur. Mas Sofiano tengah mengguyur tubuhnya dengan air. Hmmm... rasanya aku ingin sekali mengintip dia saat mandi, tapi aku tidak memiliki nyali. Hati nuraniku berkata, tidak! dan menyuruhku untuk selalu bersikap manis dan wajar.

Baiklah, sambil menunggu Mas Sofiano selesai mandi aku memanaskan air untuk menyeduh kopi sebagai menu breakfast-ku. Aku juga menyalakan TV untuk menonton acara berita terkini yang dibacakan oleh host-host keren yang sedap dipandang mata. Berita-berita viral yang cukup menggemparkan di jagat bumi Indonesia ini. Baik berita kriminal, video mesum artis, atau pun berita-berita heboh lain yang jadi trending topic dan jadi konsumsi publik.

''Herio!'' seru Mas Sofiano tiba-tiba dari balik kamar mandi.

''Ya, Mas!'' sahutku segera.

''Di mana sampeyan menyimpan shampoo dan sabunnya, Her ... bolehkah aku meminta sedikit saja?'' ujar Mas Sofiano.

''Ada di luar, Mas ...'' jawabku.

''Maaf, Her ... bisa sampeyan ambilkan, tidak?!''

''Mmmm ...'' Sejenak aku terdiam.

''Herio ... sampeyan bisa ambilkan sabun dan shampoo-nya!''

''Mmm ... i-iya, Mas ... bisa!'' aku kembali gugup. Ini adalah kesempatan baik untukku agar aku bisa mengintip tubuh Mas Sofiano yang sedang bugil di kamar mandi.

''Bawain ke sini ya, Her ... tolong!'' Lagi-lagi Mas Sofiano berseru.

''Ba-baik, Mas!'' Aku segera mengambilkan sabun dan shampoo-nya, lalu aku bergegas ke kamar mandi, tapi di muka kamar mandi, aku malah tidak berani untuk melirik Mas Sofiono. Dengan pandangan tertunduk dan pura-pura melengos aku menyerahkan sabun dan shampoo itu ke tangan Mas Sofiano.

''Ini, Mas ... Sabunnya!'' kataku.

''Oke, Her ... thanks, ya!'' sambut Mas Sofiano sembari mengambil benda-benda itu dari tanganku, lalu cowok ini menutup rapat pintu kamar mandi itu dengan cepat. Huh ... hilang deh kesempatan aku mengintip tubuh polos Mas Sofiano.

__Hmmm ... Kenapa sih aku harus bersikap jaim? Padahal 'kan tadi adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan keindahan tubuh seorang laki-laki jantan seperti Mas Sofiano. Kalau tadi melirik sebentar saja, aku pasti bisa melihat perkakas kelelakiannya, aku juga pasti tahu ukuran besar kecilnya dan panjang pendeknya. Ahhh ... sudahlah, aku tidak mau jadi mupeng.

''Aduhhh!!'' Aku menepok jidat, kebanyakan melamun nih, aku jadi lupa, kalau aku lagi memanaskan air.

__Ahhh ... jadi gosong deh!

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now