Lembar 106 : Brondong

1.7K 51 2
                                    

Angkot yang aku tunggu akhirnya datang juga. Aku segera masuk ke badan angkot berwarna biru telor asin ini. Di dalam angkot sudah ada beberapa penumpang, namun aku tidak begitu memperhatikan mereka, aku hanya fokus pada tempat kosong untuk aku duduki, kebetulan aku memilih bangku yang letaknya paling pojok.

Mobil angkot ini pun meluncur dengan kecepatan yang lumayan kencang hingga tiba di sebuah tempat angkot ini berhenti ketika ada seorang penumpang yang hendak menumpang. Seorang penumpang itu pun langsung masuk ke mobil ini. Sungguh, penumpang baru ini mampu mengalihkan perhatianku. Betapa tidak, penumpang yang mengenakan seragam sekolah tingkat SMA ini memiliki wajah yang super duper gantengnya, kulitnya putih dan juga mempunyai postur tubuh yang tinggi dan bongsor.

Aku makin terpesona ketika dia duduk tepat di hadapanku. Remaja laki-laki ini membuatku jadi tidak fokus, jantungku mendadak deg-degan tak karuan kala menatap kulit mukanya yang bersih dan kinclong. Hidungnya mancung seperti bintang film Bollywood. Alisnya tebal bagai deretan semut-semut hitam yang bergerombol. Kumis tipis ala-ala brondong dan bibirnya nampak gempal dan berwarna merah muda seperti buah delima yang sedang merekah. Perfect ... aku jadi salah tingkah sendiri dan mencuri pandang secara diam-diam ke arahnya. Brondong cakep ini sekilas mengingatkan aku pada Rangga, namun dia lebih tinggi dan tubuhnya juga lebih besar dari pada Rangga.

Dan yang menambah aku jadi kalang kabut, cowok manis ini membiarkan satu kancing bajunya yang paling atas terbuka, sehingga menampakan bulu-bulu dadanya yang halus dan cukup banyak

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Dan yang menambah aku jadi kalang kabut, cowok manis ini membiarkan satu kancing bajunya yang paling atas terbuka, sehingga menampakan bulu-bulu dadanya yang halus dan cukup banyak. Pandanganku menyapu makin ke bawah, lagi-lagi aku harus menarik nafas panjang ketika mata ini menatap tonjolan yang menggunung di area selangkangan bocah baru gede ini. Ough ... sialan ... remaja tanggung ini berhasil membuatku menahan konak saat aku memperhatikan bulu-bulu kakinya yang nampak liar dan mengkriting seperti hutan bakau. Inilah derita dan siksaan jiwa seorang homoseksual harus siap horny kapan saja dan dimana saja ketika berhadapan dengan cowok-cowok yang menarik secara visual.

Aku harus bisa menjaga pandanganku, agar aku tidak terbawa arus konak yang kian menjadi-jadi. Lebih baik aku alihkan pandanganku dan mencoba menenangkan gejolak nafsu yang secara tiba-tiba datang menghampiri aku, dan itu semua karena kehadiran si brondong yang belum ku kenali itu. Anak sekolahan yang masih bau kencur itu memang mempunyai daya pikat yang luar biasa hingga mampu membuat celana jadi basah.

''Sekolah dimana, Dek?'' Entah, kekuatan apa yang membuatku jadi berani untuk menegur remaja laki-laki tampan ini.

''Saya, Mas?'' sahut cowok brondong ini ragu-ragu, suaranya nge-bass banget, mirip suara Rangga.

''I-iya, kamu sekolah dimana?'' ujarku.

''Di SMK Ksatria, Mas ...'' jawab dia mantap.

''O, kelas berapa?''

''Baru kelas XI ...''

''Oh ...'' Aku manggut-manggut sok tahu, pengen rasanya aku menanyakan sesuatu lagi namun aku gugup dan tak tahu harus ngomong apalagi. Aku hanya diam sambil memandangi wajah ABG ini yang tak membuatku bosan hingga dia jadi salah tingkah.

Aku mencoba memperhatikan atribut di pakaian sekolahnya, namun sayangnya aku tidak menemukan nametag dia, yang aku lihat hanya ada logo OSIS dan bendera Republik Indonesia Sang Merah Putih, padahal aku berharap aku bisa mengetahui namanya. Huffttt ... ingin aku berkenalan tapi aku tidak punya nyali untuk mengajaknya berkenalan. Alhasil aku hanya puas memandangi tubuhnya tanpa tahu nama dia. Aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi, tapi kesempatan itu sirna karena remaja laki-laki ini harus turun tepat di depan sekolahnya. Dan aku cuma terbengong memandangi punggungnya tanpa bisa berbuat apa-apa. Hingga bayangannya hilang dari pandangan kedua bola mataku ini.

__Oh siapakah gerangan brondong itu? Pesonanya bikin aku klepek-klepek ... sama seperti pesona Rangga. Ah Rangga ... tiba-tiba aku jadi kangen berat sama bocah laki-laki itu.

Tinta Putih Di Lembar HitamDove le storie prendono vita. Scoprilo ora