Lembar Ke-82 : Waduh!

1.6K 64 1
                                    

Rangga masih berdiri mematung, mulutnya menganga dengan tatapan mata yang kosong. Entah, apa yang ada pada pikiran bocah baru gede itu. Raut wajahnya tak berubah, dia tetap memperlihatkan sisi yang sulit aku terjemahkan. Aku mendekatinya lagi, aku merasa khawatir karena Rangga terbengong dalam waktu yang cukup lama.

''Rangga ... Rangga!'' ujarku sambil menggerak-gerakan telapak tanganku di depan mata Rangga, namun cowok yang masih duduk di bangku SMP ini tak kunjung berkedip, aku terus melambaikan tanganku dan mengusap bahu Rangga hingga akhirnya dia terperanjat dan sadarkan diri.

''Duh ... malah bengong, sih!'' tuturku, ''Rangga ... udah selesai, woy!'' lanjutku.

''Hmmm ... Hehehe ...'' Rangga malah nyegir dengan pandangan mata yang aneh ke arahku.

''Apa yang kamu rasakan, Rangga?''

''Amazing ... umbelievable!''

''Hah ...'' Aku memperhatikan raut wajah Rangga lekat-lekat.

''???''

''Iyaa ... ciuman Mas Herio sungguh luar biasa ... ini pengalaman yang tak terduga bagi Rangga ... bagaimana bisa Mas Her, melakukan ciuman sedahsyat itu ...''

''Gak usah lebay deh, Rang!''

''Serius ... saat Mas Herio mencium Rangga ... seolah ada getaran aneh yang mengalir ke sekujur tubuh Rangga, hingga Rangga merasakan debaran jantung  yang kian kencang ... dan ketika tangan Mas Her, menjamah bagian-bagian tubuh Rangga yang lain ... Rangga merasakan ada sebuah sensasi yang membuat tubuh Rangga merinding! Geli, tapi enak!''

''Ya, Tuhan ... kamu menikmati itu, Rangga?''

''Rangga tidak tahu, Mas ... Rangga hanya merasa terangsang hingga kontol Rangga jadi tegang ...'' Rangga melirik ke arah selangkangannya, dan seketika itu juga aku turut menatap daerah terlarangnya itu. Memang benar, celananya membentuk gundukan yang sangat menonjol.

''Gila ... kamu jadi horny, Rangga!''

''Apakah Rangga tidak normal, Mas Her?''

''Rangga ... saat berciuman biasanya seorang cowok terpicu oleh adrenalin-nya yang lebih meningkat, saat itu hormon testosteron-nya bekerja maksimal hingga menimbulkan rangsangan di alat vitalnya ... jadi wajar kalau cowok mendadak erection saat berciuman ...''

''Apakah kontol Mas Herio jadi ngacung juga?''

Aku jadi terdiam, pertanyaan Rangga seolah sebuah jebakan yang membuatku jadi mati kutu. Aku tidak tahu apakah aku harus menjawab jujur atau berbohong. Rangga terus menatapku dengan sorot mata yang meyelidik seakan tak sabar menunggu jawaban dariku.

''Rangga ... saat aku memperagakan ciuman denganmu tadi aku tidak menggunakan nafsuku ... jadi aku tidak terangsang dan tidak erection pula ...''

Aku terpaksa ngomong tak sesuai fakta, padahal aku sedang menahan konak. __Sorry Rangga... aku membohongimu, karena aku tidak mau menarikmu terlalu dalam.

''Oh ... gitu ya, Mas ...'' Rangga manggut-manggut sambil menggigit bibirnya sendiri, ekspresinya seperti orang kecewa, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.

''Iya ... dan kini kamu sudah tahu 'kan? Seperti apa orang yang berpacaran itu?''

''Iya, Mas Her ... Rangga sudah tahu sekarang ... tapi ada satu hal yang tak Rangga mengerti, Mas ...''

''Apa lagi, Rangga?''

Rangga menatapku lekat-lekat sebelum dia membuka mulutnya untuk bersuara.

''Kalau Rangga perhatikan ... Mas Herio adalah cowok yang romantis, baik hati dan juga menyenangkan. Tapi kok ....''

''Tapi apa, Rangga?'' Aku memotong perkataan Rangga.

''... Tapi kok Mas Herio gak punya cewek ... masak iya sih, gak ada cewek yang tertarik sama Mas Her?''

''Hehehe .... kalau itu aku juga tidak tahu, Rangga.''

''Kapan terakhir kali Mas Herio pacaran dengan cewek?''

''Mmmm ... sudah lama, sih ... waktu duduk di bangku SMA.''

''Hah ... itu sudah lama banget dong, Mas?!''

''Iya ... kira-kira 5 tahun lalu.''

''Betah banget sih Mas, nge-jomblo ...''

''Hehehe ...'' Aku tersenyum getir.

''Kalau Rangga cewek ... Rangga mau lho jadi pacar Mas Herio ...''

''Hehehe ... Rangga kamu bisa aja!''

''Rangga serius, Mas ... Rangga suka banget sama Mas Her!''

''Tapi sayangnya kamu cowok, Rangga ...''

''Iya ... dan cowok gak boleh pacaran sama cowok ...'' Rangga jadi menunduk lesu.

''Emang kalau cowok boleh pacaran sama cowok kamu mau gitu pacaran dengan aku, Rangga?''

''Hahaha .... bercanda kali, Mas! masa' jeruk minum jeruk sih ... tentu saja Rangga ogah! Emang Rangga cowok apaan? Huwekk!''

''Hahaha ... dasar!!!'' Aku menjitak manja kepala Rangga.

Rangga tertawa ngakak, aku juga.

''Eh, Rangga ... turun yuk! Udara malam sudah terasa dingin ... ini tidak baik buat tubuh ... besok kamu juga sekolah 'kan?''

''Iya, Mas ...'' Rangga mengangguk.

''Kamu jadi nginep 'kan di kamarku?''

''Jadi, dong ....''

''Oke, deh ....''

Aku merangkul bahu Rangga dan mengajaknya turun bareng, lalu kami langsung masuk ke  kamarku.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now