Lembar Ke-36 : Rencana

1.9K 73 3
                                    

''Teman-teman ... gue punya usul, nih!'' celetuk Adi di tengah obrolan kami yang kian seru.

''Usul apa, jeung?'' tanggap Ronal sok ganjen.

''Gimenong kalau kita ngumpul aja di rumah Gue ... kita bisa seru-seruan disana ... tenang aja ... rumah gue luas dan sepi kok, karena bokap dan nyokap gue lagi jelong-jelong ke Bandumg,''jelas Adi.

''Gue, setuju ...'' sambut Ronal dengan girang.

''Kalau gue, sih ... Yes!'' ucap Bram menirukan gaya Anang Hermansyah saat menjadi juri ajang pencarian bakat.

''Iya ... aku juga tidak masalah ... aku ikut saja!'' sambung Vero masih dengan gaya cool-nya.

''Gimenong dengan lo sendiri, Herio? Lo mau ikutan?'' tanya Adi kepadaku yang hanya diam menanggapi usulannya.

''Mmm ... sebenarnya aku kesini bareng kakakku ... jadi aku tidak bisa memutuskan sesuatu sendirian ... aku harus ijin dulu sama kakakku sebelum ikut dengan kalian,'' terangku akhirnya.

''Oh ... gitu.'' Adi mengangguk-anggukan kepalanya.

''Ayolah, Herio ... Lo ikutan aja dengan kami ... biar tambah seru!'' bujuk Ronal.

''Iya, Her ... Lo ikutan dong ... gak ada Lo gak Asik ...'' sambung Bram turut merayu.

Sementara Vero hanya tersenyum kepadaku, dia tak bersuara tapi aku tahu dia juga menginginkan aku ikut bersama ke rumah Adi.

''Tuh 'kan ... semua ingin Lo ikut ... udah deh ... Lo ikut aja napa! Gak usah ijin-ijin kakak Lo segala ... Lo 'kan udah gede. Lo bisa memutuskan sendiri!'' bujuk Adi lagi.

''Iya sih, tapi ...'' Aku masih bingung.

'' Aku masih bingung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Herio!"

Belum selesai aku ngomong tiba-tiba terdengar seseorang memanggil-manggil namaku. Seruannya sangat jelas karena orang itu berada pada jarak sekitar 10 meter dari kami berlima mengumpul. Aku terkejut saat memperhatikan dengan seksama siapa yang telah menyebut namaku itu dan aku makin kaget, karena yang berseru itu adalah orang yang sudah aku kenal. Dan dia adalah Aa' Iyan.

''Nah ... itu kakakku!'' Aku berkata kepada keempat temanku dan menunjukan Aa' Iyan yang masih berdiri disana tanpa berani mendekati aku, ''sepertinya dia memanggilku ....'' imbuhku.

''Maaf ya, teman-teman .... aku temui kakaku dulu ...'' ujarku berlanjut sambil berjingkat meninggalkan keempat temanku dan berjalan menghampiri Aa' Iyan.

''Siapa mereka?'' tanya Aa' langsung ketika aku sudah berada tepat di hadapannya.

''Mereka teman-temanku.'' Aku melirik ke arah empat temanku yang sepertinya sedang memperhatikan aku dan Aa' Iyan.

''Teman apa ... teman yang belok?'' ujar Aa' iyan ketus.

''Bagaimana Aa' tahu?''

''Ya tahulah ... Aa' sudah hafal gelagat cowok-cowok yang berkategori belok ... karena seekor burung hanya akan berkumpul dengan burung yang sejenisnya, termasuk kamu!''

''Oke ... kali ini Aa' benar ...''

''Jujur ... Aa' tidak suka kamu bergaul dengan mereka ...''

''Kenapa?''

Aa' Iyan hanya terdiam.

''Aa' cemburu?'' tanyaku.

''Tentu saja!'' jawab Aa'.

''Mereka hanya teman-temanku, Aa' ....''

''Iya ... Aa' tahu ... tapi Aa' tidak suka kalau kamu cengengas-cengenges bersama orang-orang itu!''

''Terus Aa' mau apa?''

''Tinggalkan mereka!''

''Tapi, A' ...''

Aku menengok ke arah empat teman-temanku, mereka masih memperhatikan kami tapi ku rasa mereka tidak mengetahui apa yang sedang kami bicarakan.

''Herio ... ini sudah saatnya makan siang. Anak-anak sudah pada kelaparan mereka sudah menunggu di luar ... kamu harus ikut Aa' ... karena Aa' membutuhkanmu sekarang ... kamu mengerti 'kan maksud Aa'?'' Aa' Iyan menatapku dengan pandangan yang tajam.

''Oke ... aku akan ikut Aa' makan siang ... tapi, tunggu sebentar ya! Aku mau ngomong sama mereka dulu.''

Aku membalikan tubuhku perlahan, lalu aku melangkah mendekati Adi, Ronal, Vero, dan Bram. Mereka masih terlihat memasang wajah serius memandangku dengan tatapan yang aneh.

''Teman-teman ... maaf ya, aku mau makan siang dulu bersama kakakku, nanti setelah makan siang aku akan menjumpai kalian lagi dan mengatakan keputusanku bisa ikut dengan kalian atau tidak ...'' ujarku kepada delapan pasang mata itu.

''Oke, Herio ... tidak apa-apa ... kami juga sepertinya mau cari makan dulu, nih!'' timpal Bram.

''Ya perut gue juga udah dangdut-an, nih!" sambung Ronal kocak sambil memegangi perutnya.

''Hehehe ...'' Vero hanya mesam-mesem saja.

''Ya, Herio ... mekong dulu sana ... dan setelah itu gue berharap lo mau ikut dengan kami ...'' lanjut Adi tak bosan-bosan membujukku.

''Well ... aku cabut dulu, ya ... daahhh!'' Aku melambaikan tangan kepada mereka berempat, kemudian aku pergi meninggalkan mereka dan berjalan kembali bersama Aa' Iyan.

Aa' iyan merangkul pundakku dan membawaku ke sebuah restoran cepat saji yang ada di foodcourt yang berada di Stasiun Gambir. Di tempat itu sudah ada keluarga Aa' iyan yang berdiri di luar outlet menunggu kedatangan aku dan Aa'.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now