Lembar Ke-43 : Dibobol

3.9K 83 6
                                    

Tubuhku menggelinjang tak karuan, mataku merem-melek menikmati setiap sentuhan demi sentuhan erotis yang diperagakan Aldi dengan menggunakan ujung lidahnya yang basah menjilati beberapa bagian tubuhku. Aku menjadi pasrah dan rela membiarkan Aldi memberikan segenap pelayanan sensualnya di titik-titik rangsangan yang membuat bulu kudukku berdiri. Bukan karena aku takut. Bukan! Tapi, aku justru merasa berani untuk mengekspresikan sensasi-sensasi kejutan yang sulit aku ungkapkan dengan kata-kata. Aku mengerang bagai seekor kucing betina yang sedang digagahi pejantannya.

Saking terlenanya aku menikmati belaian dan kecupan binal yang disebarkan di sendi-sendi sarafku. Aku tidak sadar kalau Aldi telah menelanjangi tubuhku hingga aku benar-benar polos seperti seorang bayi yang baru lahir, tanpa selembar kain pun yang menempel di badanku. Aldi menggenggam alat vitalku, kemudian tanpa ragu dia mencaplok kepala dedek imutku yang merona tegang ini dan menyedotnya perlahan-lahan.

Ough ... aku tak bisa bersuara, ritme nafasku mendadak berat, getar-getar kehangatan bercampur rasa enak yang luar biasa menjalar dari ujung dedek imut hingga bagian skrotum-ku.

Aldi terus mengulum dan menjepit batang kejantananku dengan mulutnya hingga ujung dedek imutku becek penuh dengan cairan percum. Puas memanjakan organ pribadiku, Aldi mencium bibirku kembali dan melumatnya dengan penuh gairah.

''Gantian, Say! Buat aku klimaks!'' bisik Aldi di kupingku.

Aldi melorotkan celana panjang serta celana boxernya, celana-celana itu dilemparkan begitu saja hingga berserakan di lantai. Kini Aldi telah bugil di hadapanku, dia menunjukan betapa wow-nya senjata seksual miliknya. Ukuran dedek imutnya lebih panjang dari punyaku, diameternya tebal, batangnya berurat seperti tonjolan ukiran yang berwarna biru kehijauan, dan rambut di area kemaluannya gondrong seperti hutan belantara, kepalanya cukup mengkilap seperti helm tentara berwarna hitam keunguan, jahitan di bekas khitannya nampak rapi hingga terbentuk warna yang kontras di wilayah leher kontolnya. Tanpa komando, aku menjilati benda hidup yang berdenyut-denyut ini seperti sedang menikmati sebuah es mambo.

Lelaki berwajah tampan ini menjambak rambutku dan memasukan seluruh batang kelaminnya dengan paksa ke dalam mulutku. Pantatnya bergoyang naik-turun seiring dengan gerakan keluar-masuknya dedek imut di rongga mulutku ini.

''Sedot, Say ... sedot!'' rancau Aldi yang tak sabar mendapatkan pelayanan ekstra dariku.

Aku hanya bisa mencengkram kuat-kuat pusaka keramat Aldi, karena benda ini terlalu besar dan bergerak lincah, mulutku terasa penuh sehingga membuatku tersedak, namun Aldi tak menghiraukan hal itu, dia terus menyodok-nyodok rahangku hingga dia mendapatkan kenikmatan sesuai yang dia inginkan.

''Ough ... ah ... ah ... ah ... '' desahan Aldi mengiringi genjotan demi genjotan yang mengoyak-ngoyak rongga mulutku yang sudah kelelahan mengoral organ kelelakiannya.

Aldi menarik dedek imutnya dari dalam mulutku, kemudian dia mendorong tubuhku hingga terlentang di atas kasur, dengan cepat dia mengangkat satu kakiku dan meletakannya di pundaknya, dia mengarahkan ujung dedek imutnya ke lubang gua becekku yang belum siap untuk dimasuki.

''Jangan, Al ... jangan masukin!'' rengekku menahan gerakan Aldi yang sudah menggebu-gebu untuk membobol pertahanan gawangku.

Aldi tidak mengubris sedikit pun ucapanku, dia terus bekerja keras dan memaksa dedek imutnya masuk ke liang kenikmatanku. Usahanya memang tidak sia-sia, dengan segenap tenaganya dia berhasil mencetak gol dan mulai mengobrak-abrik gawang penjagaanku yang seakan jebol karena desakan kontol Aldi yang sangat bringas dan memporak-porandakan dinding-dinding goa becekku yang sempit dan berlendir.

''Aaaccckhhh ...'' jeritku, namun dengan suara yang tertahan karena aku takut, jeritannya terdengar hingga keluar kamar.

Aldi terus menghujamkan dalam-dalam perkakas kejantanannya, geal-geol, maju-mundur, naik-turun, berputar, dan bergoyang, hingga otot-ototnya terasa kaku, persendiannya mengejan dahsyat, keringatnya bercucuran bersamaan dengan keluarnya cairan putih kental dari lubang dedek imutnya dan membanjiri ladang persenggamaanku. Croot.. crooot... croot ... Cairan madu keperjakaan itu luber dan meleleh mengotori sprei yang sudah berantakan akibat pergulatan ranjang yang super menggelora. Aldi mengecup keningku sebagai akhir perjuangannya meraih puncak asmara.

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now