Lembar Ke-67 : Pijat

1.7K 68 5
                                    

Tok ... tok ... tok!

Pintu kamarku diketuk, kemudian terbuka perlahan dan Rangga langsung masuk ke kamarku, ABG cowok ini hanya mengenakan celana kolor futsal-nya dan membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka tanpa baju.

''Mas Herio ... kamu lagi apa?'' Rangga menghampiri aku dan duduk di pinggiran kasur.

''Lagi tiduran aja nih, Rang ... capek!'' jawabku bermalas-malasan di atas bantal.

''Mas Herio, mau Rangga pijitin?''

''Emang kamu bisa?''

''Bisa dong ... bokap aja kalo lagi capek selalu minta dipijitin sama Rangga!''

''Seriusan kamu bisa mijit, Rangga?''

''Iya, Mas Her ... Rangga bisa, tenang aja ... pijitan Rangga dijamin kepenak deh! ... gak kalah kok sama terapis-terapis profesional ... dan untuk Mas Herio ... Rangga kasih gratis pokoknya!''

''Ah, yang bener Rangga? jadi penasaran!''

''Daripada penasaran mendingan dicobain aja, Mas Her!''

''Ya, udah ... kamu mulai mijit aja, Rang... Kebetulan aku juga lagi pengen dipijit!'' Aku membalikan tubuhku dengan posisi tengkurep.

''Mendingan buka baju dulu aja, Mas! ... biar lebih enak Rangga memijitnya.''

''Hah ... harus gitu, ya?''

''Harus dong, Mas!''

Entahlah, mengapa aku jadi menurut dengan ucapannya, tanpa ragu aku langsung membuka pakaianku di depan Rangga.

''Celananya juga, Mas Her!'' perintah bocah ini dan anehnya aku manut saja. Aku melolosi juga celana panjangku hingga aku menyisahkan celana dalam ketat yang menutupi tubuh bagian ter-vitalku.

''Waw ... badan Mas Herio sexy sekali!'' Rangga melototi tubuhku yang setengah telanjang ini, matanya liar menyapu seluruh bagian tubuhku dari atas kepala hingga ujung kaki.

''Walau badan Mas Her agak kurus, tapi mempunyai bentuk dada yang bidang ... perutnya datar dan rada kotak-kotak ... wow, keren Mas Her!'' celoteh Rangga yang terdengar agak genit karena terlalu memuji tubuhku.

''Udah ... buruan mijitnya ... aku tidak bisa lama-lama buka baju ... nanti masuk angin ...'' Aku langsung tengkurep dan siap dipijit jari-jemari Rangga yang ngakunya mahir dan sebanding dengan terapis profesional.

''Ya, Mas Her ...'' kata Rangga sigap, lalu dia mengambil botol minyak kelapa yang dia bawa dan membalurkankanya ke sekujur tubuhku.

Rangga mulai melakukan aksinya. Awalnya dia mengusap-usap leherku, dia urut bagian tengkukku hingga aku merasa ada kehangatan di wilayah tubuh di bagian itu, emang benar sih ... aku merasa lebih enak ... urutan Rangga cukup mengena sasaran.

Telapak tangan Rangga berlanjut turun ke bagian punggungku, lalu dia menekan-nekan otot punggungku dengan separuh tenaganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Telapak tangan Rangga berlanjut turun ke bagian punggungku, lalu dia menekan-nekan otot punggungku dengan separuh tenaganya. Lagi-lagi dia membuat gerakan teknik memijit yang benar sehingga aku merasa peradaran darah di sekitar jamahan tangan Rangga jadi lancar dan aku bisa mendapatkan langsung manfaatnya.

Pijatan Rangga terus bergerilya ke bagian pinggangku, kemudian bokongku, paha belakangku dan terakhir di kedua betisku. Menakjubkan, setiap centi tubuhku yang diusap dan diurut oleh Rangga memang terasa nyaman dan menjadi enteng, pegal-pegalku juga berangsur-angsur menghilang. Aku jadi lebih bugar seketika bersama keluarnya keringat tipis di sekujur tubuhku.

''Mas Herio, sekarang berbaliklah!'' perintah Rangga untuk mengatur posisi tubuhku, dan seakan dihipnotis oleh cowok bau kencur ini, aku menurut begitu saja. Aku berbaring terlentang pasrah, seperti seekor kodok yang sedang dieksperimen di laboratorium biologi.

Sejurus kemudian Rangga membalurkan minyak kelapa lagi di bagian dada dan perutku. Dia meratakan sambil memijat-mijat lembut di seluruh daging dadaku ini, sesekali dia menyentuh putingku hingga aku bergidik, aku mencoba menikmati setiap sentuhan demi sentuhan tangan Rangga yang cukup membuatku jadi merem-melek karena pijitan Rangga seperti cowok-cowok homo yang merangsang pasangannya.

Aaahhh ... diam-diam aku mendesah ketika jari-jari tangan Rangga mengurut-urut bagian perut dan pubisku. Dan, karena asiknya aku menikmati pijitannya, tanpa aku sadari perkakas pribadiku berdiri tak terkendali membentuk tonjolan yang besar. Dedek imutku mengembang dan berontak di balik celana dalamku yang ketat.

''Enak 'kan, Mas Her ... burung kecil Mas Herio jadi bangun tuch ...'' celoteh Rangga dengan nada polos, ''wow ... gede juga kontolmu, Mas ...'' imbuhnya terheran-heran. Lalu tanpa basa-basi pemuda yang belum genap berusia 16 tahun ini menyentuh dan meremas dedek imutku hingga aku tersentak kaget. Kemudian dengan ganas Rangga melorotkan celanaku dan mencuatlah dedek imutku yang sudah ngaceng itu bagai basoka yang siap bertempur. Belum berhenti dari rasa kaget karena ulah nekat Rangga ini, dengan gesitnya mulut Rangga mencaplok benda bulat-panjangku dan menyedot-nyedotnya dengan sangat keras. Tubuhku mendadak bergetar dan terperanjat seketika ... aku berontak dan aku bangkit dari tempat tidurku.

Oh My God ... aku terbangun dari tidur soreku. Aku mendapati tubuhku masih lengkap dengan pakaianku dan suasana kamarku yang sudah mulai gelap. Tak ada Rangga dan ulah nakalnya, karena semua kejadian tadi cuma berada dalam mimpi saja. Uuuucckkkhhhh ... syukurlah!

Tinta Putih Di Lembar HitamWhere stories live. Discover now