Lembar Ke-55 : Toilet

1.9K 64 6
                                    


''Herio ... ayo sini!'' seru Andre dengan melambaikan tangannya, ''ayo kamu pilih judul lagunya! Kamu mau menyanyikan lagu apa?'' lanjutnya sambil membujuk agar aku turut serta berpartisipasi.

''Tidak ... aku tidak bisa bernyanyi, suaraku jelek banget ...'' kataku mengelak.

''Tidak apa-apa ... ini bukan kompetisi, kok ... ini buat hepi-hepi aja ...'' timpal Andre membujukku.

''Ya, Her ... Rapopo, ojo minder! Aku juga gak bisa nyanyi ... sing penting goyangane,'' ujar Dimoz menimpali.

''Baiklah ... nanti aku coba. Hehehe ....''

''Nah, gitu dong!'' sambut Andre girang.

Andre menuntunku untuk memilih lagu dalam daftar yang tercantum di monitor, sejujurnya aku tidak tahu mau menyanyikan lagu apa, tapi teman-teman memaksaku untuk ikut menyumbang suaraku yang terlalu fals ini hanya untuk menambah keceriaan malam yang cukup membahagiakan bagi mereka semua.

__Hari ini ... adalah lembaran baru bagiku

Kudisini karena kau yang memilihku

Tak pernah ku ragu akan cintamu

Inilah diriku dengan melodi untukmu

Semua karena cinta ... Semua karena cinta.

Entahlah ... akhirnya aku memilih lagu itu dan menyanyikannya bersama-sama dengan ketiga temanku. Mereka cukup terhibur dan memberikan tepukan yang gemuruh kepadaku, padahal di layar monitor aku hanya mendapatkan score 65.

__Hahaha ... mesin aja tahu 'kan kwalitas suaraku.

Jauh berbeda dengan suara Andre yang selalu mendapat nilai yang tinggi, rata-rata lagu yang dibawakan Andre mendapat score di atas 90. Suara Dimoz juga lumayan, meskipun tak sebagus Andre, tapi setidaknya tidak sumbang dan mendapat score lebih tinggi dari score yang aku raih. Sedangkan Andy, tak mau bernyanyi mungkin dia tidak PD (percaya diri) dengan logat bicaranya yang agak cadel, tapi dia paling enjoy saat diajak berjoget saat Andre dan Dimoz menyanyikan lagu-lagu dangdut.

Usai menyanyi aku ijin keluar untuk pergi ke toilet, selama bernyanyi aku merasa sangat grogi, sehingga aku mengeluarkan keringat dingin, padahal mereka tidak mempermasalahkan kejelekan suaraku, tapi aku sendiri yang memiliki rasa nervous yang berlebihan.

Di dalam toilet aku hanya mencuci muka dan mencuci tangan di depan wastafel. Saat aku berkaca aku melihat ada seorang cowok yang sedang kencing di urinoir, aku memperhatikan bayangan cowok itu dari kaca ini. Dia berdiri menyamping sehingga memperlihatkan jelas alat vitalnya yang sedang memancurkan air seninya karena dia menghadap urinoir dengan jedah jarak yang cukup jauh.

Mataku jadi fokus ke benda kelelakiannya itu yang nampak besar dan belum disunat. Aku jadi deg-degan memandang pesona dedek imutnya yang sangat fantastis.

Aduh ... cowok itu melengos ke arahku, aku jadi salah tingkah dan aku buru-buru berakting membersihkan tanganku yang sebenarnya sudah tak kotor. Cowok itu sudah menyelesaikan hajat kecilnya, dia memasukan dedek imutnya ke dalam celana dan tak lupa menutup resletingnya. Lalu dia berjalan ke wastafel. Cowok berkulit putih ini melirikku dengan tatapan seperti seekor elang, aku tidak berani memandang wajahnya, aku menunduk dengan detak jantung yang kian berdebar-debar, aku takut bila dia mengetahui kalau aku sedang mengintipnya.

''Maaf, Mas ... aku mau ambil sabunnya!'' ujar cowok ini yang mengejutkan aku, dia ingin meraih sabun yang letaknya tepat di depanku.

''I-iya ...'' jawabku gugup sambil menggeser badanku ke belakang agar dia mudah mengambil sabunnya. Saat dia mengambil sabun, aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas, cowok berkaca mata ini ternyata sangat tampan sekali, sekilas seperti pemain drama korea yang sedang naik daun.

Usai mencuci bersih tangannya, laki-laki ganteng ini berkaca membetulkan bentuk rambutnya, lalu tanpa banyak tingkah lagi dia langsung keluar dari dalam toilet.

''Hmmm ... cucok banget!'' gumanku dalam hati.

Aaaakkhh ... cowok itu bikin imajinasiku melayang tinggi, wajah dan dedek imutnya benar-benar membuatku merasa mendapatkan bonus mendadak di toilet ini. Andai aku bisa berkenalan dengannya, tapi itu tidak mungkin! Yah ... sudahlah, lebih baik aku kembali ke dalam room karaoke dan bergembira bersama teman-temanku.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang