Afterglow

3.2K 334 167
                                    


Hidup itu gelap bagai malam tanpa bintang. Hidup itu membingungkan bagai jalan dalam labirin yang menyimpang. Hidup itu sulit, bahkan untuk bernafas ia perlu berusaha keras tetap bertahan hidup. Setidaknya begitu menurut Lee Felix yang kini duduk diam di sebuah sofa yang terletak di satu rumah yang megah.

Felix yang masih mengenakan seragam sekolahnya duduk diam memperhatikan dua orang dewasa yang kini tengah berdebat di hadapannya. Wajah anak itu begitu datar dan tidak menunjukkan ekspresi apapun disana seakan pemandangan di depannya adalah suatu hal yang sudah biasa baginya.

"Ini tidak seperti aku membesarkannya dengan buruk! Kau yang seharusnya merawatnya dengan baik, bukannya menyerahkannya padaku yang bahkan sulit untuk bertahan hidup," ucap seorang wanita pada lelaki di depannya.

"Jadi apa maumu?"

"Rawat anakmu dengan baik dan jangan sekali-kali kau ganggu hidupku lagi," ucap wanita itu dan segera pergi dari rumah mewah itu tanpa menoleh sedikitpun pada Felix yang masih duduk diam di tempatnya.

Seorang laki-laki yang merupakan ayah kandung dari Felix menghela nafasnya dengan kasar kemudian lelaki itu mendekati Felix yang menatapnya dengan datar.

"Tinggallah disini, mulai sekarang kau menjadi hak asuh ayah."

"Kenapa kalian saling lempar?" Ucap Felix mengeluarkan suaranya untuk pertama kalinya sejak ia masuk ke rumah itu.

"Saat aku kecil anda tidak mengakuiku sebagai anak, dan setelah aku tumbuh besar wanita itu membuangku kesini. Tidak perlu mengasihani aku dengan memberikan tempat tinggal, aku bisa bertahan hidup dengan sisa uang tabunganku."

Felix bangun dari duduknya dan bergerak merapikan seragamnya sebelum kemudian pemuda manis itu menunduk sopan pada ayahnya dengan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya.

"Terima kasih untuk niat baik anda, saya permisi."

"Tetaplah tinggal disini. Ayah mengakui kesalahan yang sudah ayah perbuat jadi biarkan ayah membayar kesalahan itu dengan merawatmu."

"Apa menjadi kaya bisa membuatku bahagia?" Tanya Felix sembari menatap ke dalam mata ayahnya yang cukup terkejut mendengar nada dingin yang terlontar dari bibir putranya.

"Tentu saja, ayah akan memberikan apapun yang kau mau."

Sudut bibir Felix terangkat dengan sinisnya kemudian pemuda manis itu kembali duduk dengan santai di sofa yang ada disana. Sejujurnya ia tidak berminat hidup dengan ayahnya, bahkan ia sudah menganggap ayahnya telah mati sesaat setelah lelaki itu tak mengakuinya sebagai anak.

"Tidak buruk juga, aku tidak perlu lagi bekerja setiap malam jika tinggal dengan anda."

"Kau bekerja?"

"Seseorang yang menyebut dirinya sebagai ibuku memiliki hutang yang banyak hanya demi menggoda para lelaki kaya dengan dandanan mewahnya. Meski aku hidup dengan tidak bahagia, setidaknya aku harus tetap bersekolah dan aku harus bekerja untuk membayar biayanya sekaligus membantu ibu membayar hutang. Apa cerita itu semakin membuat anda merasa bersalah?"

"Maaf, ayah–"

"Aku senang jika anda merasa bersalah telah menelantarkan kami. Jadi, dimana kamarku?" Tanya Felix memotong ucapan ayahnya membuat lelaki itu terdiam karena tak menyangka putranya tumbuh dengan begitu keras.

"Ayo ikut ayah," ucap lelaki itu sembari berjalan lebih dulu untuk menunjukkan sebuah kamar kosong untuk Felix tempati.

Felix mengikuti ayahnya dengan ekspresi yang sama datarnya sejak ia datang kesana. Rumah itu begitu besar membuatnya tak masalah tinggal disana meski ia harus menahan kebenciannya pada sang ayah. Ia hanya ingin memperbaiki hidupnya, jadi tak masalah baginya untuk tinggal dengan lelaki itu.








Three Words 3 [ChangLix] Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum