Realised III

1.7K 321 251
                                    


Apa yang sedang seseorang rasakan belum tentu disadari oleh orang itu. Perasaan adalah hal paling abstrak yang sulit ditebak maupun diterka. Tak ada yang bisa menjelaskan perasaan secara jelas namun apa yang dirasa merupakan suatu hal yang nyata.

Felix sudah duduk manis di boncengan motor Changbin ketika jam belum menunjukkan pukul 6 pagi. Changbin datang sangat pagi ke rumah Felix namun pemuda manis itu juga sudah siap di depan rumahnya ketika Changbin menjemput. Kini dua pemuda itu berboncengan mengelilingi pinggiran kota yang cukup sepi, namun mereka menikmati karena udara disana masih segar dan belum banyak polusi.

"Kakak tidak kedinginan?" Tanya Felix ketika merasakan terpaan angin dingin yang cukup kencang pagi itu.

Changbin memelankan laju motornya untuk bisa mendengar perkataan Felix dengan jelas kemudian pemuda itu dengan berani menarik tangan Felix untuk melingkar di perutnya.

"Bantu aku menghangatkan tubuh," ucap Changbin setelah dengan nekat melakukan suatu hal yang bisa dibilang sangat bukan dirinya.

Changbin sangat berbeda dengan Hyunjin, jika Hyunjin bisa lebih berani mengekspresikan perasaannya melalui sentuhan dengan Felix, Changbin lebih berhati-hati dan selalu merasa gugup tiap kali ia melakukan kontak fisik dengan pemuda manis itu. Sama seperti sekarang, jantungnya sudah berdegup kencang ketika tangan Felix melingkar di perutnya, bahkan kini kepala pemuda manis itu bersandar di punggungnya.

"Kak."

"Ya?"

"Aku boleh bertanya sesuatu?"

Changbin tiba-tiba merasa takut tanpa sebab. Jika boleh memilih maka ia akan mengatakan tidak pada permintaan Felix, tapi ia tidak mungkin melakukannya karena itu akan membuatnya terlihat arogan.

"Ya, kau bisa menanyakannya nanti ketika kita sudah sampai tujuan," ucap Changbin yang akhirnya mengambil jalan tengah.

Changbin dapat merasakan Felix yang mengangguk kecil di punggungnya kemudian pemuda itu kembali melajukan motornya membelah jalanan yang sepi.






Felix tau Changbin adalah orang yang menyukai ketenangan, jadi ia tidak heran ketika pemuda itu mengajaknya pergi ke pantai yang cukup jarang dikunjungi orang. Mereka duduk berdampingan di sebuah gazebo yang terdapat di pinggir pantai ditemani secangkir latte hangat yang mereka beli di sebuah kedai dekat sana.

"Kak."

"Hm?"

"Menurut kakak apa persahabatan bisa berubah jadi cinta?"

Changbin cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Felix. Jantungnya berdetak lebih cepat karena perasaan gugupnya itu. Pertanyaan itu rasanya seperti sedang menamparnya dengan keras karena ia memiliki perasaan lain pada Felix yang merupakan sahabatnya. Changbin mengatur dirinya sebelum kemudian bicara dengan nada tenang.

"Perasaan cinta bisa timbul tanpa bisa dikendalikan, jadi ku rasa persahabatan pun juga bisa menjadi sebuah perasaan cinta," jawab Changbin mencoba tenang meski hatinya sudah tak karuan.

Felix hanya mengangguk menanggapi ucapan Changbin dan setelahnya pemuda manis itu hanya diam sembari menatap ke pantai yang ada di hadapannya.

"Sebenarnya cinta itu apa?" Ucap Felix tiba-tiba membuat Changbin kembali menoleh ke arahnya.

"Aku.. Tidak tau," jawab Changbin sembari menunduk menatap sepatunya. Ia memang tidak paham mengenai cinta, yang ia tau hanyalah perasaan aneh yang selalu menyergapnya tiap kali berdekatan dengan Felix. Ia hanya tau itu dan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan itu bisa muncul di hatinya.

"Apa jatuh cinta menyenangkan?"

"Entahlah, mungkin menyenangkan."

"Bukankah kakak pernah berkencan? Bagaimana rasanya berkencan dengan seseorang?"

Three Words 3 [ChangLix] Where stories live. Discover now