Realised V

1.7K 309 160
                                    


Changbin duduk sendirian di kamarnya sembari menatap keluar jendela memandangi lalu lalang kendaraan yang melewati depan rumahnya. Sesekali ia akan bergerak tidak nyaman ketika perban elastis yang dililitkan di bahunya mengganggu pergerakannya. Bahunya terkilir dan ia butuh bantuan perban untuk menyembuhkan sakitnya, tapi sakit yang ia rasakan tak sebanding dengan sakit di hatinya.

Ini sudah 3 hari sejak terakhir kali Changbin bertemu dengan Felix namun mereka belum saling menghubungi tanpa alasan yang jelas. Mungkin Changbin memang masih ingin menghindar namun tidak ada alasan yang pasti kenapa Felix juga turut diam. Changbinpun tak mempermasalahkan hal itu, toh ia paham betul jika dirinya sedang tidak sanggup untuk berpura-pura bahwa dirinya baik-baik saja.

Changbin masih diam sampai suara ketukan di pintu kamarnya mengalihkan perhatiannya. Pemuda itu menghela nafas kemudian bicara pada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Tidak dikunci," ucap Changbin setengah berteriak agar orang di luar mendengarnya. Pemuda itu menatap ke arah pintu ketika mendengar suara pintu dibuka dan ia menemukan Hyunjin yang datang dengan membawa beberapa makanan dan juga bir di tangannya.

"Kau mau bir?" Tanya Hyunjin sembari mengangkat plastik yang ada di tangannya.

Changbin menatap Hyunjin sejenak sebelum kemudian mengangguk dan berpindah duduk di karpet kamarnya bersama Hyunjin yang mulai membuka beberapa kudapan dan juga sekaleng bir. Hyunjin memberikan sekaleng bir pada Changbin dan pemuda itu segera meneguknya dengan buru-buru membuat Hyunjin segera menahan tangan pemuda itu.

"Santailah, aku hanya membeli satu kaleng bir untukmu jadi kau harus menikmatinya dengan baik."

"Apa yang membawamu kesini?" Tanya Changbin langsung ke inti membuat Hyunjin tiba-tiba menjadi serius.

"Kau masih mencintai Felix?"

Changbin seketika terdiam mendengar pertanyaan Hyunjin. Ia tak menyangka jika sahabatnya akan bertanya hal semacam itu. Pemuda itu lantas meletakkan kaleng birnya kemudian memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

"Aku sedang tidak ingin membahas tentang cinta, bisakah kau membahas hal lainnya?"

Hyunjin mengangguk mengiyakan kemudian pemuda itu mengeluarkan sebuah buku diary milik Changbin dan meletakkannya di pangkuan Changbin membuat pemuda itu terkejut bukan main.

"Darimana kau mendapatkan ini?"

"Kau meninggalkannya di lapangan beberapa waktu lalu, kau tidak menyadarinya?"

Jantung Changbin berdetak lebih cepat melihat bukunya. Tenggorokannya tiba-tiba tercekat dan sulit untuk bicara. Ia tak tau harus mengatakan apa karena merasa sangat takut jika Felix akan melihat isi di dalam buku tersebut.

"Apa Felix melihatnya?" Tanya Changbin dengan tatapan gusar disertai rematan kencang pada buku miliknya. Hyunjin yang melihatnya mencoba menenangkan Changbin dengan menggenggam pergelangan tangannya kemudian pemuda itu mencoba bicara pada sahabatnya itu.

"Tidak, dia tidak melihatnya," ucap Hyunjin dengan nada yakin meskipun sebenarnya ia sedang berbohong.

Changbin perlahan merilekskan tubuhnya kemudian pemuda itu kembali meneguk birnya untuk sedikit menenangkan perasaannya yang sangat berantakan beberapa waktu terakhir.

"Apa yang kalian bicarakan ketika di tempat baseball?" Tanya Hyunjin dengan suara pelan. Felix menolak untuk bercerita perihal kejadian saat itu membuat Hyunjin khawatir dan mencoba menanyakannya pada Changbin yang justru terlihat lebih enggan membahas tentang masalah yang lalu.

"Bukan apa-apa, aku hanya membatalkan rencana pergi dengannya," ucap Changbin yang kemudian kembali meminum birnya sampai habis.

Hyunjin terdiam kemudian pemuda itu menatap bahu Changbin yang dililit perban membuatnya mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin membuat Changbin semakin tidak nyaman.

Three Words 3 [ChangLix] Where stories live. Discover now