Like A Flowing Wind VI

4.6K 465 102
                                    


Changbin meletakkan ponselnya ke meja kemudian lelaki itu mengibaskan tangan kanannya sembari berdecak lumayan keras. Tangannya terasa sakit setelah memberi "kenang-kenangan" pada mantan karyawannya yang sudah menyebarkan gosip tadi pagi. Tapi ia tidak peduli, bahkan tonjokannya tidak setimpal dengan rasa sakit hati yang ditanggung Felix.

"Aku benar-benar harus menjaga sikap di depan umum," gumam Changbin pada dirinya sendiri.

Changbin melirik jam tangannya kemudian berjalan keluar ruangan untuk menemui Felix yang sudah kembali bekerja setelah menangis tadi pagi. Ia berhenti di depan meja Felix kemudian merebut pena yang dipegang Felix membuat pemuda manis itu terkejut.

"Waktunya makan siang Lee."

Felix menggeleng pelan kemudian mengambil penanya kembali dari tangan Changbin. Pemuda manis itu kembali bekerja tanpa mempedulikan Changbin yang masih berdiri di hadapannya.

"Ayo makan," ucap Changbin lagi dengan melembutkan suaranya.

"Tidak usah, kakak makan dulu saja. Saya tidak lapar."

Changbin berdecak kemudian mendekat pada Felix dan menarik tangan pemuda manis itu agar berdiri, setelahnya ia menyerahkan dasinya yang sedari tadi belum dipasang pada Felix.

"Pakaikan."

Felix menatap dasi Changbin sebentar kemudian pemuda manis itu mendekat dan mulai memasangkan dasi pada atasannya. Sedangkan Changbin diam memperhatikan, rasanya masih tidak tega ketika ia melihat wajah Felix yang terlihat kelelahan.

"Pulanglah."

Felix menggeleng pelan masih dengan tangannya yang bergerak memasang dasi Changbin. Ia tidak ingin pulang cepat dan membuat karyawan lain memandangnya lemah.

"Kau selalu bertingkah sok kuat, tapi kenyataannya kau sangat rapuh."

Tangan Felix berhenti sejenak kemudian senyum tipis muncul di bibirnya diikuti tangannya yang kembali bergerak.

"Kak Changbin pernah mengatakan hidup ini keras, dan memang begitu kenyataannya. Saya sendiri yang pertama kali memulai semua ini, jadi inilah yang harus saya hadapi."

"Tapi mereka hanya menyerangmu!"

"Karena orang-orang lebih suka menindas yang lemah."

Felix merapikan letak dasi Changbin kemudian mengangguk puas ketika dasi yang ia pasangkan sudah rapi. Pemuda manis itu lantas mundur untuk kembali duduk namun Changbin lebih dulu menarik tangannya pergi.

"Kalau kau terus bersama orang yang kuat maka kau juga akan kuat kan," ucap Changbin sembari menautkan jari-jari mereka.

Felix hanya diam mengikuti. Ia merasa malu dan jantungnya berdebar ketika Changbin kembali melakukan hal manis padanya. Ia takut jatuh cinta pada atasannya, ia merasa tak berhak dengan itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau makan sekarang?"

Felix menatap wajah Changbin dari samping kemudian pemuda manis itu buru-buru memalingkan wajahnya karena jantungnya semakin berdebar ketika menatap wajah tegas atasannya.

"Tidak ada, saya tidak lapar."

"Kau harus makan. Ini perintah."

Changbin mengajak Felix ke cafetaria perusahaan kemudian lelaki itu segera memesan makanan tanpa mempedulikan beberapa karyawan yang diam-diam memperhatikan mereka. Berbeda dengan Felix yang terlihat tidak nyaman disana membuat Changbin menatap para karyawannya dengan tajam.

"Apa kalian tidak diajarkan sopan santun untuk tidak memandang rendah orang lain?" Tanya Changbin dengan suara yang cukup keras membuat perhatian para karyawan tertuju padanya.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang