Like A Flowing Wind V

4.6K 467 152
                                    

Dua laki-laki yang terikat pada benang merah tak kasat mata dipertemukan dengan cara yang sangat luar biasa dan munculnya cinta pun terjadi dengan sangat absurd dan tak disangka-sangka. Takdir benar-benar bekerja keras untuk mempersatukan mereka.

"Ahh jangan disini."

Felix mendorong pundak Changbin ketika lelaki itu mengigit lehernya. Mereka masih ada di basement perusahaan, meskipun tempat itu sepi tapi Felix takut jika ada seseorang yang melihat mereka berdua sedang bermesraan disana. Awalnya memang hanya ciuman biasa, tapi ia tidak menyangka jika nafsu bosnya bisa tiba-tiba muncul dan menyerang lehernya juga.

Changbin menatap Felix dengan dalam. Wajah Felix yang merona dan bibir yang sedikit bengkak terlihat begitu manis dan menggoda membuatnya kelepasan menggigit leher sekretarisnya itu. Ketika melihat Felix yang begitu serius, ia pun berniat untuk menjahili pemuda manis itu.

"Lalu dimana? Kau mau ke hotel?" Tanyanya dengan datar seperti biasa agar aktingnya berhasil, tapi siapa sangka jika Felix justru menanggapinya dengan anggukan.

"Saya takut kita ketahuan jika terus disini," ucap Felix dengan pelan sembari menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Aku bisa saja melenyapkan orang yang melihat adegan panas kita."

Mata Felix terbelalak kemudian pemuda manis itu menatap atasannya dan menggeleng dengan kencang.

"Saya tau itu mudah untuk dilakukan orang seperti kakak, tapi bagi kami pekerja biasa, bertahan hidup adalah yang paling penting karena kami memiliki keluarga yang harus dihidupi. Tidak bisakah kakak sedikit memiliki rasa empati pada orang lain? Meski kakak tidak akan benar-benar melakukannya, tapi mengatakan akan melenyapkan orang dengan semudah itu bukanlah hal yang bagus. Itu menakutkan," bisik Felix di akhir ucapannya. Ia sangat tau rasanya ketakutan di bawah tekanan Changbin dan itu terasa sangat menakutkan karena apa yang Changbin katakan selalu dilakukan.

Changbin menghela nafas pelan kemudian mendekat dan memeluk Felix dengan erat. Ia juga tidak segila itu untuk melakukannya, ia hanya asal bicara tapi sepertinya Felix menganggap ucapannya serius. Tapi namanya juga Seo Changbin, bukannya memberi penjelasan lelaki itu lebih memilih memanfaatkan keadaan dengan sedikit bermain-main lagi.

"Aku punya pilihan," ucap lelaki itu sembari masih memeluk Felix. Changbin meraba leher Felix kemudian ia berucap dengan suara rendah membuat Felix merinding mendengarnya.

"Kau membiarkanku memberi tanda disini sekarang."

Changbin berhenti sejenak kemudian sebelah tangannya beralih mengusap pantat Felix dan merematnya pelan sebelum melanjutkan ucapannya.

"Atau kau biarkan aku memasukimu malam ini di hotel?"

Changbin melepas pelukannya kemudian memasukkan dua tangannya ke saku celana dan diam menatap Felix untuk menunggu jawaban pemuda manis itu. Sejujurnya ia sangat ingin tertawa melihat ekspresi Felix yang terlihat sedang memperhitungkan penawarannya dengan sangat lucu, tapi ia harus menahannya agar wibawanya tidak hilang.

Felix menggigit bibir bawahnya pelan sembari memainkan jari-jarinya. Pilihan pertama jauh lebih baik tapi ia benar-benar merasa takut jika ada orang yang melihat, sedangkan pilihan kedua akan aman karena dilakukan di hotel tapi itu artinya ia harus merelakan lubangnya digempur habis-habisan. Felix bingung tapi sepertinya pilihan kedua lebih baik daripada mempermalukan diri sendiri. Baiklah, ia sudah memilih.

"Saya—"

"Bercanda. Ayo cepat masuk ke mobil, aku sudah lapar."

Felix melongo ditempatnya ketika Changbin tiba-tiba mencubit pipinya dan masuk ke dalam mobil lebih dulu. Apa maksud Changbin dengan mengatakan bercanda? Tidakkah candaan atasannya barusan terlalu ekstrem?

Three Words 3 [ChangLix] Where stories live. Discover now