Through The Night

4.1K 376 108
                                    


Semua orang akan setuju soal tidak ada seorangpun yang sempurna di dunia ini. Setiap orang memiliki kekurangan masing-masing, entah yang terlihat maupun yang disembunyikan dengan rapi. Mungkin ada orang yang menganggap bahwa kehidupan seseorang sudah sempurna, namun kenyataannya tidak begitu. Mereka menganggapnya sempurna karena hidup orang lain terlihat lebih baik darinya, tapi siapa yang tau apa yang terjadi sebenarnya.

Felix sedang bekerja di cafe ketika seorang pemuda dengan tampilan lusuh datang ke arah kasir yang sedang ia jaga. Pemuda manis itu tersenyum ramah kemudian memperlakukan orang tersebut selayaknya ia memperlakukan pelanggan lainnya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Pemuda itu membenarkan letak topi yang dikenakannya kemudian berucap pelan dengan suara yang tak begitu jelas terdengar.

"Satu americano," ucap pemuda itu yang untungnya dapat Felix dengar.

"Atas nama?"

"Changbin."

Felix segera memasukkan pesanan Changbin kemudian menerima pembayaran dari pesanan yang baru saja dibuat. Pemuda manis itu lantas meminta si pelanggan untuk menunggu di salah satu meja namun ia merasa bingung ketika pemuda itu masih bertahan di tempatnya.

"Maaf, apakah ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Felix dengan nada ramah seperti sebelumnya.

"Piano disana, bolehkah aku memainkannya?"

Felix menatap ke arah piano yang diletakkan di sudut cafe, tempat itu biasanya akan terisi setiap Sabtu malam untuk pertunjukan musik live, selebihnya tempat itu akan selalu kosong dan tidak ada yang memainkan piano disana. Felix kembali menatap seorang pelanggan yang berdiri di hadapannya kemudian pemuda manis itu mengangguk sembari tersenyum dengan ramah.

"Tentu saja, anda bisa memainkannya sebanyak yang anda mau," ucap Felix sembari mempersilahkan pemuda itu untuk memainkan piano di cafe tempatnya bekerja.

Changbin mengangguk dan bergumam pelan mengucapkan terima kasih kemudian berjalan ke arah piano dan duduk disana untuk beberapa menit tanpa melakukan apa-apa. Cafe saat itu cukup sepi karena Senin pagi bukanlah jam sibuk, tidak ada pelanggan lain disana sehingga Felix bisa terus memperhatikan Changbin yang masih diam di depan pianonya sampai pesanan pemuda itu sudah selesai dibuat.

Felix meminta pada karyawan lain untuk ia sendiri yang mengantarkan pesanan kemudian pemuda manis itu mendekat ke arah Changbin dengan segelas americano di tangannya.

"Pesanan anda sudah selesai dibuat," ucap Felix mengalihkan perhatian Changbin yang sedari tadi hanya menatap kosong piano di depannya.

"Terima kasih," ucap Changbin sembari berdiri untuk menerima pesanannya.

"Anda tidak jadi memainkan piano?"

"Tidak."

Felix terus menatap Changbin yang terlihat berusaha menutupi wajahnya. Merasa diperhatikan pemuda itupun bergegas keluar cafe meninggalkan Felix dengan rasa penasaran yang mengganggunya.






Sebulan berlalu Changbin kembali datang ke cafe tempat Felix bekerja untuk memesan segelas americano. Ini sudah minggu keempat pemuda itu akan datang dan meminta izin untuk memainkan piano disana, namun pada akhirnya Felix tetap tidak bisa mendengar permainan pemuda itu lantaran Changbin akan bergegas pergi sesaat setelah pesanannya datang.

"Tunggu."

Felix memberanikan diri menahan tangan Changbin yang ingin pergi kemudian pemuda manis itu menarik tangan pemuda itu dengan pelan untuk kembali duduk di depan piano milik cafe.

Three Words 3 [ChangLix] Where stories live. Discover now