Play Or Be Played III

2.2K 393 232
                                    


Changbin menggosok dadanya dengan bangga kemudian pemuda itu semakin memamerkan tattoo yang ada di dadanya pada Felix yang masih menatapnya dengam curiga.

"Temanku baru saja membuka usaha tattoo jadi aku hanya datang berkunjung untuk mencoba tattoo temporernya. Kenapa? Apa menurutmu aku gangster atau semacamnya?"

Felix memperhatikan sekali lagi kemudian pemuda manis itu melengos ketika dilihatnya beberapa bagian tattoo Changbin sudah memudar, ia hampir saja berpikir yang tidak-tidak tadi. Jika Changbin gangster mungkin ia akan lari dan tidak mau mencari masalah dengan Changbin, tapi karena bukan ia akan terus mencari gara-gara dengan pemuda itu.

"Jadi apa yang mau kau bicarakan denganku?"

"Aku ingin tau alasanmu mengubah penampilanmu di kantor," ucap Felix menyuarakan rasa ingin taunya yang semakin besar. Menurutnya Changbin itu orang yang sangat misterius membuatnya tidak bisa menebak hanya dengan gerak-geriknya saja.

"Jadi ini soal penampilan lagi? Sepertinya percuma aku membungkam mulutmu tadi. Kau membuang-buang waktu makan siangku," ucap Changbin yang kemudian kembali merapikan penampilannya seperti sedia kala dan bersiap pergi dari mobil Felix.

"Kau mau kemana?"

"Makan."

"Aku belum selesai bicara!"

Changbin berdecak malas kemudian pemuda itu mendekat pada Felix membuat pemuda manis itu berangsur mundur sampai punggungnya menempel pada pintu mobil.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mengambil ini," ucap Changbin sembari menunjukkan sebuah kunci mobil membuat Felix melotot tidak terima pada pemuda itu.

"Kenapa kau mengambilnya?"

"Tidak peduli sehebat apa kau dalam mengemudi, jika kau tidak memiliki surat izin mengemudi maka kau tidak diizinkan duduk di kursi kemudi. Aku sita ini, aku akan mengantarmu pulang setelah makan siang."

Changbin keluar dari mobil Felix begitu saja tanpa banyak bicara membuat pemuda manis itu mau tidak mau ikut serta mengikuti kemanapun Changbin pergi. Jangan salah paham, ia hanya mengikuti karena kunci mobilnya ada pada pemuda itu, jika tidak sudah pasti ia akan pergi.

"Kau mau makan dimana?" Tanya Felix mengimbangi langkah kaki Changbin yang berjalan cepat.

"Bukan urusanmu."

Felix mencebik kesal, ia sudah berusaha baikpun Changbin masih tetap menyebalkan, lalu ia harus apa jika sudah begitu? Akhirnya pemuda manis itu tidak lagi bertanya dan hanya diam mengikuti kemana arah kaki Changbin melangkah.






Keduanya sudah sampai di daerah pertokoan dekat dengan perusahaan, disana ada banyak pilihan makanan rumahan dengan aroma yang menggugah selera. Felix melihat-lihat lingkungan sekitar tanpa memperhatikan jalan membuat Changbin diam-diam melambatkan langkahnya untuk mengawasi Felix.

Si pemuda manis yang masih asik melihat-lihat itu membaca sebuah plang toko bertuliskan sup ayam kemudian dengan semangat Felix menarik tangan Changbin untuk mengajak pemuda itu makan disana.

"Changbin! Ayo makan– eh? Maaf salah orang."

Felix segera melepas genggaman tangannya ketika dirinya salah menarik orang asing, sedangkan Changbin yang melihatnya menahan tawa geli melihat ekspresi Felix yang panik dan malu.

"Dasar bodoh," ucap Changbin sembari menggenggam tangan Felix untuk mengurangi rasa malu yang terlihat jelas di dalam wajah manis Felix.

"Kenapa kau berjalan di belakangku? Lihat kan aku jadi salah orang!"

Three Words 3 [ChangLix] Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz