Fortune Cookies II

2.8K 400 156
                                    


"Mau pulang denganku atau menunggu disini sampai besok?"

Felix hanya sekilas melirik Changbin kemudian pemuda manis itu pura-pura tidak tau dan memilih memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Changbin yang melihatnya tertawa kemudian mencolek pipi Felix dengan seenaknya membuat pemuda manis itu menatapnya galak.

"Aku sedang menunggu bus datang, jangan ganggu!"

"Biar aku ingatkan jika sopir angkutan umum sedang mogok kerja hari ini."

Felix berkedip beberapa kali kemudian segera mengecek ponselnya untuk melihat tanggal hari ini. Benar saja apa kata Changbin, pantas saja sedari tadi tidak ada angkutan umum yang lewat. Dalam hati Felix kembali menggerutu karena kesialannya semakin bertambah. Ia harus bagaimana? Masa iya dirinya harus menumpang pada Changbin? Gengsi dong.

"Sekali lagi aku tanya, kau mau pulang denganku atau masih mau menunggu disini?"

Felix menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Sekolah sudah sepi dan langit juga semakin gelap menandakan hujan deras akan segera datang. Jika dirinya masih disana ia tidak tau apa yang harus ia lakukan, tapi jika pulang bersama Changbin juga itu sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya.

"Baiklah aku akan pulang sendiri," ucap Changbin yang kemudian bangun untuk pergi.

"Tunggu!"

Felix refleks menahan tangan Changbin dan itu membuat pemuda itu menahan senyumnya karena tingkah lucu si pemuda manis. Dengan segera Changbin menggenggam pergelangan tangan Felix dan membawa pemuda manis itu kembali ke sekolah menuju motornya yang terparkir di halaman.

"Kau bawa jas hujan?" Tanya Changbin sembari mengambil jas hujannya.

"Tidak, aku kira musim hujan belum tiba."

"Cuaca tidak dapat diprediksi, ini pakai."

Felix menerima jas hujan milik Changbin dengan perasaan bingung. Kenapa Changbin jadi sok romantis begitu? Selama Felix mengenal Changbin di ekskul yang sama, tak pernah sekalipun ia melihat Changbin bertingkah manis begitu. Changbin adalah tipe orang yang berprinsip pada "aku tidak akan berbagi apapun yang menjadi milikku," begitu.

"Itu milikmu jadi kau pakai saja, lagipula belum tentu juga akan hujan."

"Cepat pakai."

"Aku tidak mau."

Changbin berdecak malas dan segera memakai jas hujannya. Pemuda itu cukup malas untuk melanjutkan perdebatan dan memutuskan untuk membiarkan Felix melakukan apapun yang pemuda manis itu mau. Padahal kan dirinya sudah berbaik hati meminjamkan jas hujannya, tapi kenapa Felix begitu keras kepala?

Setelah perdebatan tak penting tadi mereka segera meninggalkan sekolah sebelum hujan turun. Tapi benar saja, di tengah jalan tetesan air hujan mulai berjatuhan membuat Changbin menepikan motornya sejenak. Meski ia cuek, tapi ia masih punya rasa peduli pada orang lain. Changbin membuka kaca helmnya kemudian menoleh ke belakang untuk menatap Felix di boncengannya.

"Pakai jas hujannya, Fel."

"Tidak mau, ayo cepat pulang sebelum hujan semakin deras."

"Pilih pakai atau berteduh?"

Felix berdecak tidak suka. Alasan mengapa Felix tidak menyukai Changbin adalah mereka itu sama-sama keras kepala, meskipun Changbin seringkali cuek tapi pemuda itu memiliki caranya sendiri untuk memaksakan keinginannya. Sedangkan Felix juga menggunakan emosinya untuk mengomel ketika dirinya tidak menyukai sesuatu. Mereka benar-benar tidak cocok, jadi orang-orang harus berhenti menganggap bahwa mereka adalah pasangan yang manis seperti yang ada di film pendek.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang