Like A Flowing Wind II

5.4K 467 102
                                    


Warn! Lil bit spicy
Sign delapan belas coret hanya akan muncul di part 1 karena seterusnya akan ada banyak adegan tidak senonoh.





Hidup harus terus berjalan. Tetesan keringat harus terus berjatuhan. Dalam sunyi hati ia berjalan tertatih menyusuri hidup yang terasa perih. Orang-orang menatap prihatin, namun tak ada satupun yang mengulurkan tangan untuk memberikan ketenangan. Ia sendiri. Sepi. Semuanya penderitaan pasti akan berakhir, entah sekarang, nanti, atau ketika ia mati.

"Kau terlihat pucat, apa kau sakit?"

Felix mendongak, menatap ibunya yang kini menatapnya dengan dua mata teduhnya yang kini terlihat sayu. Felix tersenyum kemudian menggeleng dan menggenggam tangan dingin ibunya dengan erat.

"Aku baik-baik saja, hanya saja akhir-akhir ini semakin banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Banyak. Ya, banyak. Bukan pekerjaan utamanya, melainkan pekerjaan melayani nafsu bosnya.

"Jangan bekerja terlalu keras, ibu khawatir kau akan jatuh sakit."

Felix menggeleng kencang. Tangannya meraih sebotol air putih dan meminumnya sampai habis.

"Aku baik-baik saja. Putra ibu sangat kuat! Lihat ini, aku sudah punya otot di lenganku sekarang," ucap Felix dengan bangga sembari memamerkan lengannya yang sebenarnya sangat mulus dan kecil.

Ibu Felix tersenyum lembut. Ia merasa bangga karena putranya tumbuh dengan baik. Tapi ada sesuatu yang mengusik perasaannya. Perasaan seorang ibu tidak mungkin salah, ia merasa bahwa putranya sedang tak baik-baik saja. Tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk meminta Felix bercerita.

"Jika kau memiliki waktu luang datanglah ke restoran, ayahmu mengatakan sedang mengembangkan resep baru. Ibu tidak tau ayahmu membuat apa, jadi tolong lihat untuk ibu," ucap wanita itu setengah bercanda. Felix tertawa dan menganggukkan kepalanya.

"Aku yakin ayah sedang membuat keributan di dapur," jawabnya disertai kekehan.

Keluarga Felix memiliki sebuah restoran olahan ayam. Mereka menjual berbagai macam masakan dengan bahan utama ayam. Restoran itu cukup ramai dan bisa dibilang menjadi restoran favorit, usaha itu pula yang menghidupi keluarga mereka dan bisa menyekolahkan dua putra keluarga Lee. Tapi hasil dari restoran itu tetap tidak cukup untuk membiayai pengobatan ibunya, itu kenapa Felix bekerja keras tetap bertahan pada pekerjaannya meski harus merelakan tubuhnya dijamah dengan seenaknya.

Felix mengunjungi ibunya ketika waktu makan siang. Tadi ia bergegas pergi meskipun Changbin memanggilnya. Felix hanya tidak ingin membuang waktu, ia ingin lebih lama berada di sisi ibunya. Jika ia meladeni atasannya lebih dulu pasti ia tidak memiliki cukup waktu mengobrol dengan ibunya. Biarlah, ia tak apa jika nantinya Changbin akan marah padanya.


"Hei Lee."

Felix berhenti berjalan di tengah lobby rumah sakit dan tubuhnya menegang ketika beberapa meter di depannya ada seorang lelaki yang sangat tidak asing untuknya. Itu atasannya, sedang menatap dengan tatapan mengejek dan menyebalkan andalannya. Lelaki itu mendekat dengan sebelah tangannya berada di saku celananya.

"Apa yang kau lakukan disini anak nakal? Kau kabur dariku hanya untuk pergi ke rumah sakit?"

Felix menunduk, ia hampir lupa jika hari ini adalah jadwal Changbin melakukan cek kesehatan rutin. Pemuda manis itu memejamkan matanya sebentar kemudian ia bergumam pelan dengan ekspresi keruh.

"Maaf, saya hanya terburu-buru tadi."

"Apa kau disini untuk cek kandungan? Mungkinkah kau takut akan hamil setelah bercinta denganku beberapa waktu lalu?"

Three Words 3 [ChangLix] Où les histoires vivent. Découvrez maintenant