Arctic II

2.4K 390 206
                                    

Song recommendation
Emily Burns - Is It Just Me?


Changbin punya kekasih. Tentu, usianya sudah cukup matang untuk mulai mencari pendamping hidup. Sebelumnya ia tak pernah sempat berkencan karena sibuk dengan dunianya sendiri, namun karena desakan orang tuanya ia pun mulai mencari pasangan. Baru seminggu, melalui aplikasi kencan online. Lucu ketika orang-orang sekarang lebih memilih mencari pasangan lewat aplikasi semacam itu sedangkan di sekelilingnya ada banyak orang yang bisa dijadikan pasangan. Tapi Changbin sama saja, ia hanya coba-coba.

"Nanti siang mau makan bersama?" Tanya kekasihnya pagi tadi.

"Ok."

Begitu. Kekasih Changbin bekerja di gedung yang berada tepat di samping gedung kantor Changbin. Selama seminggu berkencan, mereka hanya akan makan siang bersama dan mengobrol hal-hal ringan. Changbin mencoba membuka hati, namun belum juga bisa. Ia berpikir mungkin hanya masalah waktu sampai ia memiliki rasa pada kekasihnya.

Mata lelaki itu menatap tas berisi bekal makan yang diberikan anak manis tetangganya. Senyumnya mengembang hanya dengan mengingat perhatian yang anak itu berikan. Changbin akan makan sedikit nanti ketika makan siang bersama, ia harus menyisakan ruang di perutnya untuk memakan masakan enak dari Felix. Ia harus menghargai usaha anak manis itu, bukan?





"Kenapa hanya makan sedikit?"

Changbin mendongak ketika wanita di depannya bertanya dengan heran. Lelaki itu hanya menggeleng sebagai jawaban kemudian kembali sibuk dengan ponselnya untuk melihat grup chat bersama beberapa sahabatnya.

"Hei lihat aku."

Dua tangan hangat Yeseul melingkupi pipi Changbin kemudian menarik pelan wajah tampan itu agar menatap ke arahnya. Changbin terdiam kemudian meletakkan ponselnya di meja.

"Aku sedang tidak lapar," jawab Changbin dengan sedikit kebohongan.

Yeseul menggeleng, kemudian mengambil makanan dari piring Changbin untuk ia suapkan pada kekasihnya. Changbin tak menolak, ia sungkan. Perlahan Changbin mengunyah makanannya dan mulai memakannya sendiri karena tidak ingin kembali disuapi.





"Sebenarnya apa yang mau kau beli?"

Seorang anak laki-laki mengenakan seragam SMA berjalan mengikuti temannya yang mengenakan seragam berbeda dengannya. Ia sudah cukup lelah karena baru pulang dari sekolah, namun tiba-tiba temannya itu menghubunginya dan memintanya ikut berkeliling daerah kantor yang menjulang tinggi.

"Seingatku di sekitar sini ada toko roti yang terkenal enak," jawab seseorang yang memimpin jalan.

"Yakin? Kau kan sering melupakan sesuatu."

"Kali ini aku sangat yakin, Jeongin."

Yang dipanggil Jeongin mendengus lelah, temannya selalu keras kepala.

"Felix!"

Felix menoleh ketika Jeongin memanggilnya kemudian anak manis itu bertanya pelan sembari mengelap keringat di keningnya.

"Apa?"

"Itu toko roti yang kau maksud?"

Felix mengikuti arah jari telunjuk Jeongin kemudian ia terdiam seketika. Benar, toko roti itu ada disana, tapi Felix tidak merasa senang ketika menemukannya. Matanya justru terpaku pada sebuah kedai makanan yang berada tepat di samping toko kue. Disana, di salah satu meja yang berada di belakang kaca, seseorang yang ia kenal tengah makan sembari bermesraan dengan seorang wanita.

Felix tak tau jika hanya dengan melihatnya saja jantungnya bergemuruh hebat. Hatinya sesak, perasaannya tak enak. Matanya mulai memanas dan ia memilih berbalik pergi meninggalkan Jeongin yang menatap kebingungan. Jeongin berlari mengejar kemudian menyamakan langkah dengan Felix yang masih berjalan cepat.

Three Words 3 [ChangLix] Where stories live. Discover now