Fortune Cookies VI

3K 405 204
                                    


Mama Felix menatap dua pemuda di depannya dengan tatapan mengadili, kemudian setelah meminum tehnya wanita itu berbicara layaknya ibu-ibu yang sedang mengomel.

"Mama kan sudah bilang jangan lepas cincinnya. Apa susahnya menggunakan satu cincin saja? Atau kalian sedang bertengkar?"

Dua pemuda itu menggeleng bersamaan kemudian Changbin yang lebih dulu berbicara untuk mewakili mereka berdua.

"Bukan begitu, kami melepasnya karena takut jika cincin itu akan hilang," ucap Changbin beralasan dengan sangat lancar.

Mama Felix yang masih tidak puas dengan jawaban itu pun menatap curiga ke arah dua pemuda di depannya.

"Jangan-jangan salah satu di antara kalian memiliki kekasih," ucap wanita itu sok menganalisa.

Kali ini Felix hanya diam sedangkan Changbin segera menggeleng dan menarik pundak Felix mendekat ke arahnya.

"Tentu saja tidak."

"Mama jangan mengomel terus ah, kami kan hanya melepasnya sebentar," ucap Felix buka suara.

"Kalian memang harus diawasi. Baiklah kalau begitu, mama akan menginap disini untuk beberapa hari. Karena hanya ada 2 kamar, jadi mama akan menggunakan kamar Felix."

Felix mendelik tidak terima kemudian dengan segera pemuda manis itu protes pada mamanya.

"Lalu aku tidur dimana?"

"Apa gunanya punya suami jika tidur terpisah? Tidurlah di kamar Changbin."

Felix cemberut kemudian melepas tangan Changbin yang ada di pundaknya. Pemuda manis itu bersiap mengomel namun mulutnya lebih dulu dibungkam dengan tangan Changbin.

"Mama bilang kami tidak boleh tinggal di kamar yang sama sampai kami lulus," ucap Changbin mengingatkan.

"Sebentar lagi juga kalian lulus, jadi tidak apa-apa jika kalian tidur bersama. Sudah ya, mama mau beristirahat dulu."

Felix masih ingin protes namun mamanya lebih dulu pergi meninggalkan ruang tengah. Dengan kesal pemuda manis itu menghentakkan kakinya dan berjalan cepat memasuki kamar Changbin sesuai perintah mamanya.






Changbin masuk ke kamarnya dengan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Pemuda itu dengan segera mengganti pakaiannya kemudian mendekati Felix yang kini sedang bermain game di ponselnya.

"Masih marah?" Tanyanya pelan sembari mengusap rambut Felix. Pemuda manis itu hanya menggeleng kemudian kembali fokus pada gamenya.

"Felix, aku mau bicara serius. Letakkan dulu ponselnya."

Jika biasanya Felix akan marah-marah dan mengomel, maka kali ini pemuda manis itu menjadi penurut pada ucapan Changbin. Felix meletakkan ponselnya kemudian menyamankan duduknya dan menatap Changbin yang duduk di hadapannya.

"Apa?"

Changbin berdehem sebentar kemudian dengan perlahan mengutarakan segala hal yang sudah ia pikirkan dengan matang ketika ia mandi.

"Kau tau kan jika hal seperti ini akan terjadi? Mungkin ini sedikit lebih cepat dari yang diperkirakan, tapi mau tidak mau kita harus menerimanya dan menjalaninya dengan baik."

Changbin menjeda ucapannya untuk mengambil kotak cincin dari laci meja belajarnya kemudian pemuda itu kembali ke hadapan Felix yang sedari tadi hanya memperhatikan dalam diam.

"Kau tidak perlu memaksakan diri jika memang belum siap, kita bisa memulainya perlahan agar kau merasa nyaman."

Changbin menggenggam tangan Felix kemudian mengusapnya pelan dan memasangkan cincin pernikahan mereka ke jari pemuda manis itu.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang