Part 4 : PERANG !!!

230 29 8
                                    

Para prajurit tiba di tujuannya. Kerajaan Dharmasraya namanya. "Prajurit disiagakan. Ini ekspedisi damai ! Apabila ada serangan, prajurit siap untuk menyerang !!" Teriak Anabrang.

Anabrang-pun memasuki benteng kotaraja diikuti 5 orang prajurit pilihan. Dengan kuda hitam legamnya, Anabrang menyusuri jalan yang beralaskan pasir dari dataran tinggi. Memasuki keraton, Anabrang diaambut oleh sang Raja Dharmasraya. Srimat Tribhuwana Mauli Warmadewa.

"Ha..ha kau pasti utusan dari Singhasari ? Selamat datang..selamat datang..." Sang Raja mempersilahkan tamunya memasuki keraton

Sepanjang jalan dipenuhi dengan para prajurit. Taman yang indah tertutupi oleh barisan prajurit berbaju Zirah. Memasuki ke dalam balairung keraton. Semua prajurit duduk. Senjata tombak yang mereka bawa menghunus ke depan atas dan dipanggul dengan bahu mereka.

"Anabrang, silahkan duduk nikmati apa yang ada didepanmu.." sang Raja Mauli Warmadewa mempersilahkan tamunya. Semua orang duduk disitu. " Yang Mulia, saya hanya mewakili Sang Raja Kertanegara untuk meminta Yang Mulia untuk bergabung dengan kerajaan kami Singhasari. Beberapa bulan yang lalu, sang Raja Kertanegara membuat sebuah pernyataan permusuhan secara tidak langsung dengan prajurit Mongolia. Maka, untuk meminimalisir adanya kerugian yang ditimbulkan oleh perang, kami mohon Yang Mulia dapat bergabung dengan barisan kami." Anabrang memulai percakapan.

Sang Raja Warmadewa meminum arak yang terhidang di depanya. Diam sejenak, dan menjawab dengan sebuag pertanyaan. " Hmm.. apakah Singhasari mampu menjamin ? ". "Singhasari akan mengusahakanya " Jawab Anabrang. " Apakah alasan dari Singhasari untuk meminta kami agar bergabung ?. Balasnya. " Karena kami yakin, Kerajaan Dharmasraya merupakan kerajaan yang tidak dapat diremehkan dalam peperangan. " Anabrang menjawab pertanyaan Sang Raja Warmadewa. " Engkau mengakui bahwa kami kerajaan yang tidak dapat diremehkan. LALU MENGAPA KAU MENYURUH KAMI AGAR MENGIKUTIMU ?? APAKAH KAU MEREMEHKAN KAMI ??."

Seketika, semua prajurit berdiri dan bergerak dalam posisi siaga. " Serang !". Semua prajurit bergerak mendekati Anabrang. Dengan sigap Anabrang mengangkat pedangnya dan menebas prajurit yang mendekati dirinya. Sang Raja Warmadewa pergi kebelakang. Suasana sangat kacau di dalam balairung.

Sementara di luar, Jayapati telah bersiap. " Serang !! " Jayapati memberangkatkan para Prajurit menuju ke dalam benteng. Seketika, terjadi hujan panah dari atas benteng. Cukup banyak prajurit yang terkena anak panah. Jayapati dengan keberanianya menaiki benteng dengan tangga dan tiba di atas benteng. Ia kemudian menebas para pemanah yang memanahi prajurit Singahasari. Keadaan di atas benteng mulai terkendali.

Serangan berlanjut di dalam benteng. " Senggana, Cakradewa, Manggarama ! Pimpin prajurit, aku akan menyelamatkan Paman Amabrang dulu. " perintah Jayapati. Dengan gagah ia membawa tombaknya berlari menuju keraton. Setiap musuh yang menghadangnya ia lawan dengan mudah.

Keadaan keraton kacau balau. Penuh dengan prajurit musuh. Ia kemudian menaiki atap keraton dan melompat dari pohon ke pohon lainya. Menuju balairung, ia telah melihat Anabrang bersama 5 prajurit pilihan dengan kewalahan melawan para prajurit musuh. Seketika, Jayapati melompat dari pohon dan menghunuskan tombaknya ke bawah. Ia kemudian bertarung dengan para Prajurit Dharmasraya.

Lama kemudian, prajurit Dharmasraya yang berada di dalam keraton habis. Tubuh Jayapati penuh dengan luka. Begitupula Anabrang dan keempat prajurit pilihan. Satu prajurit gugur. " Paman Anabrang hendaknya mundur sementara. Biar aku yang hadapi Warmadewa. " Jayapati dengan semangatnya berkata pada Anabrang. " Jayapati, aku minta jangan bunuh Warmadewa dan keluarganya. " Jawab Anabrang.

Jayapati kemudian berangakat ke belakang. Ia menuju Kepatihan. Kemudian ia diam - diam masuk ke setiap ruangan yang ada. " Yang Mulia sebaiknya kabur. Saya telah membuat sebuah terowongan di bawah rumah yang Mulia. Dan akan menuju ke luar benteng." Tiba - tiba terdengar suara dari salah satu ruangan.

Jayapati segera berlari menuju ke dalam rumah Raja. Ia mencari terowongan tersebut. Lama kemudian, ia menemukannya. Segera ia masuk dan berjalan menyusurinya.

"Yang Mulia, silahkan masuk. " terdengar suara dari luar. "Sial, dia sudah masuk." Gumam Jayapati dalam pikiranya. Jayapati segera berlari ke arah dalam terowongan. Tetapi, langkahnya terlihat oleh para prajurit Dharmasraya yang masuk terowongan. Dengan segera ia melawan prajurit itu. Pertarungan itu terdengar oleh Sang Raja Warmadewa, kemudian segera berlari menghampirinya. "Hei! Pergi kau dari sini ! Jika tidak maka kau akan kuhabisi !!" Sang Raja Warmadewa berteriak padanya. 3 orang prajurit maju dan dihabisi dengan mudah oleh Jayapati.

Patih negara Dharmasraya kemudian maju. Ia menggunakan pedang melawan Jayapati yang menggunakan tombak. Seketika, sang Patih terbunuh. Kemudian, sang Raja bertarung dengan Jayapati menggunakan tombak.

Pertarungan berlangsung seru. Seakan - akan tidak ada yang unggul maupun kalah. Saling hunus - menghunus. Tusuk - menusuk. Tangkis - menangkis. Tiada yang kalah. Namun, mengagetkan. Tombak sang Raja tiba - tiba terlempar. Kemudian Jayapati mengarahkan tombaknya pada leher sang raja.

"Ampuni kami, kami akan bergabung dengan Singhasari".

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now