Part 65 : Benci Rindu Dendam Cinta

35 6 2
                                    

"Kamu yakin ?"

Liu Lingqi bertanya kepada laki-laki dihadapannya itu. Sebuah keanehan kalau ada orang yang mau menempati gudang tua itu.

Jayapati mengangguk beberapa kali. Meyakinkan perempuan itu bahwa ia benar-benar yakin dengan pilihannya.

Harusnya, perempuan itu benar-benar paham dengan dirinya. Karena orang pertama yang ia temui di daratan Cina ini adalah dirinya. Ia menyelamatkan dirinya setelah kehilangan semua prajuritnya, lalu meminjamkan pakaian padanya, bahkan mengajarinya bahasa Cina yang lebih dalam.

Sebenarnya, banyak orang Singhasari pada zaman itu yang mengerti dengan bahasa Cina dasar. Terutama orang-orang pesisir dan para pedagang.

"Baiklah kalau begitu,"

Liu Lingqi lantas menyandarkan sapu yang dibawanya itu ke dinding belakang pintu, lalu melenggang keluar.

"Tunggu !"

Tiba-tiba Jayapati menghentikan langkah perempuan itu. Seketika, yang dipanggil menoleh kepadanya.

"Ada apa ?"

Jayapati berpikir sejenak. Sebenarnya, ia ingin meminta tolong agar membantunya mengambil kasur lipat dan barang-barang yang ia tinggalkan di kamar Anindhya. Tapi, ia merasa terlalu merepotkan. Hari ini saja, sudah dua kali ia dibawakan makanan untuk makan pagi dan makan siangnya. Lalu, dibantu membersihkan gudang tua itu. Belum lagi, pada hari-hari sebelumnya juga demikian.

Laki-laki itu terasa seperti menjadi beban bagi perempuan bermarga Liu itu.

"Tidak jadi, biar aku sendiri saja,"

Liu Lingqi tersenyum sinis lantas pergi meninggalkan Jayapati sendirian.

...

Angin malam yang menembus penutup jendela yang sudah berlubang membuat Jayapati menjadi tidak betah.

Yang ia butuhkan sekarang setidaknya ada dua. Selimut dan korek api.

Sedari tadi, memang ia tidak kemana-mana. Ia menunggu Liu Lingqi atau Ji Xiaoqian membawakan makanan jatahnya malam itu. Takutnya, kalau ia pergi Liu Lingqi akan mencarinya kesana kemari.

Tapi ia sudah tidak tahan.

Laki-laki itu keluar dari gudang yang letaknya cukup terpisah dari bangunan utama kediaman Zhuge. Kemudian, ia masuk lewat dapur yang terhubung dengan halaman belakang.

Namun ia terhenti ketika hendak naik di pelataran dapur bagian belakang. Pandangannya seakan terbayang dengan wajah berkeringat Anindhya yang sedang memarut kelapa hari itu. Tepat di tempat ia memandang saat ini.

Ia menarik nafasnya dalam-dalam agar air matanya tidak tumpah keluar.

Pikirannya membandingkan rupa perempuan itu ketika hari itu dengan hari ini. Ketika ia terakhir bertemu dengannya.

Sebenarnya tidak jauh berbeda. Wajah cantiknya masih bisa dilihat walaupun rona mukanya menjadi pucat. Bibirnya yang semula merona, kini mengering dan pecah-pecah. Wajahnya lebih tirus karena makanan sehari-harinya hanya bubur polos tanpa lauk yang bermacam-macam.

"Jia Yang,"

Jayapati tercekat ketika mendengar suara yang familiar itu. Hanya ia seorang yang memanggil namanya seperti itu.

"Sepertinya kamu kelaparan, aku membawakan makanan sesuai pesanan mu. Hanya yang berwarna putih,"

Jayapati memandangi baki berisi nasi putih dan segelas air putih yang dibawa perempuan itu.

Perempuan bermarga Liu itu lantas memberikan makanannya padanya.

"Terimakasih,"

Laki-laki Singhasari itu menerima makanan dari tangan Liu Lingqi. Lantas ia duduk di pinggir pelataran, kemudian menyantap hidangan yang bisa dibilang tidak wajar itu.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now