Part 58 : Segelas Teh

30 5 6
                                    

"Baik. Sangat baik,"

Ma Yitian menutup kembali luka Anindhya dengan perban sebagaimana mestinya, kemudian kembali duduk di kursi.

"Terimakasih," ucap Anindhya kepada Ma Yitian dengan nada setengah berbisik.

Ma Yitian tak langsung membalas ucapan terimakasih Anindhya. Ia menatap mata Anindhya beberapa saat.

Sebelum si pelayan datang membawa 5 gelas teh yang membuyarkan semuanya.

Mereka berlima menikmati rasa teh yang sedikit pahit itu. Jayapati menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang luka itu, dan tentang Xiaojun yang misterius.

"Aku sendiri tidak bisa memastikan jenis obat apa yang diberikan, tapi sepertinya itu memang bukan obat biasa," kata Ma Yitian.

"Tentang reputasi Xiaojun ?" Tanya Jayapati kepada Ma Yitian.

"Aku tidak tahu,"

"Bagaimana kalau kakak tanyakan ke teman-teman perempuan kakak yang tersebar di seluruh kota. Barangkali mereka ada yang tahu," usul Jiang Ren.

"Adik yang pintar,"

Ma Yitian merasa gemas dengan Jiang Ren. Dia mengacak-acak rambut pemuda itu, kemudian mencubit pipinya dengan keras sampai memerah.

"Tapi memang ada benarnya, relasi-relasi seperti itu pada beberapa kondisi memang sangat berguna," kata Liu Lingqi mengiyakan perkataan Jiang Ren.

"Dua hari lagi kita akan sampai di sebuah kota yang cukup besar. Aku akan menyebar informasi tentang Xiaojun ini. Kemudian setelah perjalan sehari semalam, kita akan sampai di Jiangning, lalu sampai di kediaman Zhuge," kata Ma Yitian.

"Baguslah kalau begitu, kita berangkat sekarang saja," ujar Jiang Ren sambil menaruh gelas tehnya yang sudah kosong ke atas meja.

...

"Sudah lama aku tidak makan yang enak-enak, duoxie Yi Tian-ge"

Jiang Ren terus menjilati permen yang berada di tangan kanannya. Persis seperti anak kecil.

"Ketika di rumah Tuan Yuan, kamu menghabiskan jatah ikan bakar milikku, sampai-sampai aku cuma makan nasi dengan tahu saja. Cepat sekali kamu lupa ?" Ejek Liu Lingqi.

Jiang Ren mencoba tak acuh dengan Liu Lingqi. Sementara Ma Yitian yang berada di antara mereka sedikit khawatir jika mereka berdua bertengkar.

"Anindhya, kalau kamu ingin sesuatu bilang saja kepadaku. Jangan diam saja," kata Jayapati kepada Anindhya yang berjalan di sebelahnya.

"Matur singgih kawula anuhun,"

Anindhya membalas dengan terimakasih dan senyuman manisnya.

"Rindu kampung halaman ?"  Tanya Jayapati.

Perempuan Singhasari itu tersipu.

"Sama, aku juga,"

Mereka berlima berjalan di tengah-tengah kota setelah dua hari yang lalu berangkat bersama dari sebuah desa.

"Sudah sampai,"

Mereka tiba di depan sebuah restoran yang besar dan ramai. Banyak pemuda seumuran mereka berlima yang lalu lalang di pintu masuk restoran.

"Paviliun Kebahagiaan (Xingfu Ting 幸福亭?)" Liu Lingqi mengeja tulisan di plakat nama yang tergantung tepat di atas pintu masuk yang terbuka lebar.

"Kota ini tidak sebesar Jiangning tapi tempat ini memiliki pusat kesenangan yang lebih besar daripada di Jiangning," kata Ma Yitian dengan ekspresi yang sangat senang. "Jiang Ren, ayo kita ma..."

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now