Part 13 : Mengisi Kekosongan Sejarah

61 7 0
                                    

Malam itu, keadaan di sekitar aula sekte Quanzhen sedang gelap. Para murid semuanya sedang tidur. Kecuali para guru, mereka tampak cemas. Seteko teh yang mereka minum tampaknya tidak berpengaruh apa - apa.

...

Cahaya bulan terpantul oleh besi yang telah berbentuk baju zirah dan pedang. Nyala obor menyinari sepanjang perjalanan. Suara tapak kuda menghiasi ruang dengar para prajurit.

"Lihat" kata seorang panglima sambil menunjuk ke arah gunung. "Itu adalah sekte Quanzhen. Itu tujuan kita".

...

Lama kemudian, sampailah para prajurit di depan gapura. "Tuan muda, silahkan". Kuda ferghana berwarna merah pekat itu meringkik. Penunggangnya yang berbaju keemasan turun. "Tuan Cao Kang, ini gapura depan perguruan Quanzhen" kata panglima mongolia itu. "Döjin, jebol pintunya !". Perintah Cao Kang.

Brakk!!! Pintu gapura Quanzhen didobrak berkali - kali. Tapi tiada hasilnya. "Bakar!" Perintah Cao Kang. Seketika, obor - obor dilemparkan ke arah gapura. Angin yang kencang mengakibatkan api cepat tersulut. Api seketika menerangi langit."Serang!!!!!"

...

"API !!! API !!!" Semua orang di dalam perguruan kalang kabut kebingungan. Guru Ma dan Guru Qiu langsung keluar. "Cao Kang ?" Kata Guru Ma dan Guru Qiu hampir bersamaan. Seketika terlihat bayangan seorang muda yang menaiki kuda sambil membawa pedang. Kilatan baju zirah keemasan dengan paduan kain berwarna biru menghiasinya. Diikuti dengan suara teriakan pilu dari para murid yang sekarat.

Para murid yang memiliki tingkatan lebih tinggi mencabut pedangnya melawan prajurit Mongolia yang kejam. Guru Qiu kemudian maju melawan Cao Kang. Ia kemudian meringankan tubuhnya dan melayang kearah Cao Kang sambil menghunuskan pedangnya.

Cao Kang dengan sigap menebaskan pedangnya ke samping. Guru Qiu kemudian berputar dan turun ke tanah. Kemudian Cao Kang melompat dari kudanya sambil menghunuskan pedangnya ke bawah. Guru Qiu dengan sigap segera menangkis serangan. Terjadi pertarungan diantara mereka berdua. Pedang mereka berdentang dan memercikkan api.

...

"Selamat Pagi !!" Teriak Liu Lingqi kepada Jayapati dan Sun Yi, sambil menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Pintu toko dibuka. Keadaan diluar telah ramai. Orang - orang saling berkomunikasi. Ada yang sedang transaksi ada juga yang sekedar bergunjing.

"Apa kau sudah dengar ? Kalau perguruan Quanzhen di atas bukit diserang pasukan Mongolia ?" Kata seseorang yang lewat. "Benarkah !? Pantas saja tadi malam aku melihat barisan prajurit menaiki gunung. Aku kira akan menyerang kota kita" jawab teman orang yang lewat tadi.

"Orang - orang yang lewat semua membicarakan tentang Quanzhen yang diserang. Apakah benar ?" Gumam Liu Lingqi sambil menggigit roti yang ia bawa. "Ada apa ? Apakah hari ini kau tidak latihan ?" Tiba - tiba Jayapati datang dari belakang. "Ah, benar !" Kata Liu Lingqi. Kemudian ia melahap semua rotinya sambil berlari menuju kamar. Kemudian ia keluar sambil membawa bungkusan. Lalu Jayapati dan Liu Lingqi segera menuju Quanzhen, diikuti oleh Sun Yi

...

"Berantakan sekali" kata Liu Lingqi sambil membuka runtuhan puing - puing bangunan. Keadaan di Quanzhen sangat rusak. Angin yang kencang menerbangkan abu puing - puing kayu. Sisa - sisa bara api masih berbekas di beberapa titik. Mayat - mayat yang ada telah dikumpulkan di tengah lapangan.

"Guru Ma !" Teriak Liu Lingqi sambil berlari pada gurunya. "Guru apa yang terjadi ? Ceritakan guru ! Dimana guru Qiu sekarang ?." Paksa Liu Lingqi. "Akan ku ceritakan" kata guru Ma.

...

Pertarungan antara guru Qiu dan Cao Kang masih berlanjut. Sementara Guru Ma melawan prajurit dan petinggi - petinggi prajurit yang hendak membantu Cao Kang. Sabetan pedang Cao Kang yang ganas menyulitkan gerak Guru Qiu. Tetapi guru Qiu bertahan dengan tenaga dalamnya. Tiba - tiba guru Qiu menghempaskan tenaga dalamnya. Pedangnya dan pedang Cao Kang seketika patah. Guru Qiu dan Cao Kang terlempar cukup jauh. Guru Qiu kemudian menarik tombak yang tertancap di dada seorang murid, kemudian ia meringankan tubuhnya dan menyerang Cao Kang. Namun malang, tombak itu meleset dan berhasil dipegang oleh Cao Kang. Tombak itu seketika ditarik, tubuh Guru Qiu juga ikut tertarik, Cao Kang seketika menyentuh dada Guru Qiu.

...

"... Tubuh Qiu terlempar dan jatuh tepat di hadapanku. Seketika aku bopong dan kubawa ke dalam tempat persembunyian rahasia. Ketika kulihat, sepertinya Guru Qiu terkena jurus 'Cakar 9 Yin'. Dan pada saat itu juga ia menghembuskan nafas terakhirnya." Kata Guru Ma sambil menunduk.

Liu Lingqi kemudian berjalan menuju jasad Guru Qiu. Kemudian ia berlutut dan memberikan penghormatan terakhir. Matanya tampak berair. "KEPARAT KAU CAO KANG !!!" . Kemudian ia berteriak sambil menangis.

Guru Ma sedari tadi menatap bungkusan milik Liu Lingqi. Kemudian, ia mengambil isinya, yang tak lain adalah benda yang Liu Lingqi temukan tempo hari. "Benda ini.." kata Guru Ma. Wajahnya tampak berseri - seri. Semua orang menoleh padanya. "Liu Lingqi, Jayapati, Sun Yi, kau adalah orang yang terpilih untuk mengisi kekosongan sejarah." Kata guru Ma sambil mengangkat benda itu.

Vajra : Friend and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang