Part 6 : Sebuah Kecerobohan

139 21 3
                                    

Mereka semua berangkat secara diam - diam. Menggunakan 2 buah kapal, mereka mengangkat sauh dari pelabuhan Palembang, menuju ke tanah Mongolia.

....

Lama kemudian, tiba mereka di sebuah pelabuhan tersembunyi di daerah Tianjin. Mereka turun dari kapal dan membuat sebuah perkemahan kecil di sana.

Semua kemah telah berdiri. Tiba - tiba angin berembus dengan kencang. Suhu tiba - tiba turun secara drastis. Para prajurit mengerang kedinginan. Sangat kedinginan. " dingin sekali tempat ini. " Kata Jayapati kepada salah seorang prajurit. Tiba - tiba seorang prajurit berlari dan melapor padanya. " Panglima, banyak prajurit yang suhu badanya tiba - tiba turun drastis. Bibirnya membiru. Dan sangat menggigil. ". Jayapati kaget dengan keadaan itu. " Ada berapa orang ?". " Awalnya ada 20. Kemudian bertambah terus menerus."

Jayapati segera berjalan cepat menuju tenda pengobatan. Ada sekitar 100 prajurit yang sangat kedinginan, meringkuk di dalam selimut. " Panas api kurang membantu dalam keadaan ini, Panglima. " kata tabib yang mengobati para Prajurit. " Bertahanlah ! Saudaraku !. Besok pagi kita akan mencari tempat berkemah yang lebih baik." Teriak Jayapati membangkitnkan semangat prajuritnya.

Keesokan harinya, mereka berpindah menuju sebuah tempat. "Lihat ngarai itu. Sebelah kanan dan kiri ditutupi oleh tebing. Angin tidak akan mudah menembus tempat itu ". Kata Jayapati pada seorang marsekal muda. " Maaf tuan, tetapi posisi terjepit seperti itu akan menyulitkan kita apabila diserang." Kata marsekal itu. " Kita akan buat formasi pertahanan yang biasa kita buat !.

Kemah didirikan di tempat itu. Formasi pertahanan juga sudah dibuat. Tiba - tiba puluhan anak panah menghujani perkemahan mereka. " Serangan mendadak !! Serangan memdadak !!". Semua prajurit panik dan berlarian mengambil senjata masing - masing.

Ratusan panah menghujani mereka. Tiba - tiba hujan panah berhenti." HA HA HA. Tidak perlu kami membuang suplai makanan untuk membinasakan orang - orang Singhasari. Kalian ternyata sudah bosan hidup sepertinya !! Hahaha." Seorang panglima Mongolia bernama Niger.

"Sialan, orang - orang Mongolia memang licik. " gumam Jayapati. Tanpa bisa apa - apa, dalam posisi terjepit. Ratusan anak panah menghujani mereka. Mereka yang hanya bisa bertahan lama kemudian menemui ajalnya. Para prajurit tumbang satu persatu. Mayat bergelimpangan.

Sebuah anak panah kemudian menembus bahu Jayapati. Merusak armor kulit kerbau yang ia pakai. Kemudian ia berlutut. Tetsan darah mengalir menuju lengan dan dadanya. Kemudian bergumam " aku siap untuk mati"

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now