Part 40 : The Return of Condor Heroes

23 4 0
                                    

"Masuklah".

Perempuan berbaju putih itu mempersilahkan Jayapati, Liu Lingqi, Jiang Ren, dan Anindhya memasuki sebuah gua yang terlihat sangat kuno.

Tanaman rambat ada di mana-mana. Belum lagi di luarnya penuh dengan ilalang kering yang tertutup oleh salju.

"Sepertinya aku pernah tahu ini dimana". Gumam Liu Lingqi ketika masuk ke dalam gua yang cukup dimasuki oleh satu orang dewasa.

Perempuan berbaju putih itu tiba-tiba menghentikan jalan mereka bertiga.

"Ringankan tubuh kalian".

Perempuan berbaju putih itu seketika melesat menuju bangunan yang berada di tengah-tengah jurang itu.

"Jangan-jangan tempat ini memang...". Gumam Liu Lingqi.

"Kamu pernah kesini ?". Tanya Jayapati.

"Tidak, tapi aku pernah membaca deskripsi yang menggambarkan sebuah gua yang sangat mirip dengan gua ini. Selain itu, pasangan pendekar yang membantu kita sepertinya juga tidak asing".

"Lingqi, kamu maju duluan !". Tiba-tiba Jiang Ren berteriak kepada Liu Lingqi.

Liu Lingqi hanya mengangguk.

Kemudian ia segera meringankan tubuhnya dan melesat menuju bangunan itu. Disusul oleh Jiang Ren, Jayapati, dan Anindhya secara berurutan.

Wanita berbaju putih mengintip dari balik pintu dan memberi isyarat untuk masuk.

Mereka berempat akhirnya masuk ke dalam rumah yang terhitung sederhana itu. Tampilan luarnya terlihat suram, namun ketika masuk di dalamnya jauh dari kata menyeramkan.

Rumah itu sebenarnya tidak terlalu besar untuk menampung banyak orang. Namun sekiranya cukup untuk dua orang.

Liu Lingqi, Jiang Ren, Jayapati, dan Anindhya duduk di tempat yang telah disediakan.

Disekitar tempat mereka duduk terdapat beberapa kayu papan peringatan orang meninggal yang disusun memanjang rapi. Di depannya diletakkan aneka sesajian dan beberapa batang dupa.

"Yang Kang.. Mu Nianci...". Jiang Ren membaca nama dari beberapa papan peringatan yang tersusun.

"Huang Rong, Guo Jing..". Begitupula Liu Lingqi yang membaca papan peringatan orang meninggal.

"Sebenarnya ini rumah...".

Tiba-tiba pintu utama rumah terbuka. Masuklah pendekar laki-laki berlengan satu yang membawa sebuah golok besar bersimbah darah.

"Guo'er kamu sudah datang...".

Perempuan berbaju putih itu tiba-tiba datang sambil membawa baki berisi 6 buah gelas teh.

Laki-laki bernama Guo itu seketika duduk sambil memangku golok besar yang terlihat sangat berat itu. Kemudian mengambil lap dari sela-sela sabuknya dan mengusap golok besar yang bersimbah darah itu.

Di saat yang sama, perempuan berbaju putih itu menyajikan teh yang telah disiapkan.

"Mohon maaf, penatua. Beberapa nama yang ada di papan peringatan seperti tidak asing bagi kami". Jiang Ren sedikit menyela.

"Sebelumnya, kami mengucapkan terimakasih atas pertolongan dari penatua. Namun, beberapa bagian dari bangunan ini seperti tidak asing. Kalau kami boleh menebak, anda itu adalah...".

"Sepertinya dunia persilatan belum melupakan kita sepenuhnya...".

Perempuan berbaju putih itu memotong perkataan Jiang Ren.

"全身雪白,面容秀美絕俗,清麗秀雅,莫可逼視,神色間卻是冰冷淡漠. (Quánshēn xuěbái, miànróng xiùměi jué sú, qīnglì xiùyǎ, mò kě bīshì, shénsè jiān què shì bīnglěng dànmò)".

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now