Part 66 : Harapan

41 3 3
                                    

"Begitulah kondisinya, Shidi,"

Tuan Zhuge Zhan berbincang-bincang dengan tamunya yang tak lain adalah adik seperguruannya, Zhou Tian.

Beberapa jam yang lalu, berapa orang marga Wu datang atas permintaan Tuan Zhuge Zhan.

Tidak banyak. Hanya Zhou Tian dan puteranya satu-satunya, Zhou Fen, serta Lu Han yang mendampingi mereka berdua

"Jumlah pasokan bahan obat penambah darah di daerah kami juga sudah menipis. Untung saja, kami berhasil mendapatkan cukup banyak dari pelosok," kata Lu Han kepada Tuan Zhuge Zhan.

"Persediaan kami sebenarnya cukup untuk beberapa kali pengobatan, tapi kita sendiri tidak tahu harus berapa kali melakukan pengobatan," balas Tuan Zhuge Zhan.

Pertemuan pribadi antara Tuan Zhuge Zhan dan marga Wu itu menjadi hening. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.

"Sedari tadi, saya tidak melihat keberadaan Jayapati. Kemana dia ? Apakah masih di sini ?"

Zhou Fen memberanikan diri untuk berbicara. Laki-laki pendiam itu tentu tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikirannya. Mungkin, ia terlihat seperti tidak terlalu dekat dengan pemuda Singhasari itu ketika pertama kali bertemu di kediaman keluarga Wu. Tetapi, sebenarnya dia adalah orang yang cukup perhatian.

Tuan Zhuge Zhan tidak langsung menjawab pertanyaan Zhou Fen. Lelaki paruh baya itu mencoba menenangkan dirinya dulu dengan menyeruput teh hangat yang tersedia.

"Ehm. Lupakan saja,"

Zhou Fen seakan menarik pertanyaannya. Ia merasa mungkin bukan saatnya ia harus menanyakan keberadaan orang Nusantara itu. Laki-laki itu lantas menundukkan pandangannya di hadapan tuan rumah.

"Tuan Zhuge, maaf kalau kami lancang-," Lu Han mencoba mencairkan suasana yang terasa kaku "-Zhou Fen. Ayo kita keluar,"

...

"Mengapa kita keluar ?"

Tanya Zhou Fen dengan polosnya. Lu Han tidak lantas menjawab. Laki-laki itu sibuk memainkan kipas lipat yang ia bawa.

Zhou Fen dibuat penasaran. Namun, ia sedikit sungkan dengan kakaknya itu. Bukan kakak kandung sebenarnya.

"Tuan Zhuge dan ayahmu sedang memikirkan cara untuk menyembuhkan Anindhya, sebaiknya kita keluar daripada mengganggu,"

Lu Han angkat bicara. Pandangannya sama sekali tidak memandang Zhou Fen. Bagi pemuda bermarga Zhou itu, mungkin Lu Han sedang memarahi dirinya yang berani memotong pembicaraan dua orang senior.

"Maaf ..."

Lu Han seketika memalingkan wajahnya ke arah Zhou Fen. Memandangi adik seperguruannya dengan pandangan yang sedikit tidak enak. Perkataannya seperti menusuk ke adiknya itu.

"Ehm, tidak-tidak. Tidak perlu minta maaf. Kamu ingin bertemu Jayapati kan ? Kita cari dahulu Jiang Ren, atau Liu Lingqi. Nanti biar mereka mengantar kita," ucap Lu Han dengan sedikit salah tingkah. Bisa dikatakan, salah satu kelemahan Lu Han. Yaitu mudah panik.

"Mungkin, memang tidak terlalu tepat aku menanyakan itu sekarang," ujar Zhou Fen.

Lu Han diam saja sambil terus berjalan menyusuri koridor kediaman Zhuge yang terlihat sederhana. Tiang-tiang tanpa ukiran berdiri tegak di samping kanan dan kiri jalan yang lantainya menggunakan marmer yang sedikit kusam.

Dari jauh di seberang pandangan laki-laki bermarga Lu itu, tampak sosok dua orang yang sudah tak asing baginya.

Jiang Ren dan Liu Lingqi.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now