Part 63 : Gunung Unta Putih

24 5 0
                                    

Bibir Anindhya memang terlihat sedikit pucat. Semenjak selesai berdoa tadi, memang ada sedikit yang tidak beres dengan Anindhya. Beberapa kali ia bergidik seperti orang yang kedinginan. Padahal, di dalam ruangan tersebut bisa dibilang hangat.

"Coba minum air hangat ya,"

Jayapati menuang air hangat di gelas Anindhya yang kosong. Kemudian, memberikannya kepada Anindhya. Perempuan itu lantas menyeruput air hangat itu perlahan-lahan.

"Badanmu dingin sekali Anindhya, beristirahat di kamar ya ? Mungkin kamu kelelahan seharian beraktivitas" ujar Liu Lingqi.

Anindhya hanya mengangguk.

Kemudian, Liu Lingqi beranjak lalu berjalan perlahan menghampiri Tuan Zhuge. Lalu, ia berbisik kepada Tuan Zhuge Zhan.

Laki-laki paruh baya itu mengangguk perlahan setelah mendengar bisikan Liu Lingqi.

"Anindhya, kamu beristirahatlah lebih dahulu. Aku yakin kamu pasti sangat lelah. Terimakasih ya," Tuan Zhuge Zhan mempersilahkan Anindhya untuk kembali ke kamar terlebih dahulu dengan bantuan Liu Lingqi.

Suasana menjadi hening setelah kedua perempuan itu keluar.

Namun, semuanya menjadi buyar setelah terdengar suara teriakan dari luar. Yang tak lain adalah teriakan Liu Lingqi.

"Lingqi,"

Jiang Ren adalah orang pertama yang menghampiri sumber suara. Kemudian Jayapati yang segera menyusul.

"Anindhya !"

Perempuan Singhasari itu tergeletak dipangkuan Liu Lingqi dengan mulut yang berdarah-darah, bahkan cairan merah itu sebagian tercecer di lantai koridor.

"Anindhya, bertahanlah."

Jayapati ganti memangku kepala Anindhya supaya lebih tegak.

"Jayapati," lirih Anindhya dengan nafas tersengal-sengal.

"Bertahanlah," jawab laki-laki Singhasari itu.

Anindhya belum membalas perkataan Jayapati, tiba-tiba ia memuntahkan darah lagi.

Warna pakaiannya sudah tidak karu-karuan tercampur darah segar berwarna merah terang.

"Segera bawa ke kamar saja," usul Liu Lingqi kepada Jayapati.

Laki-laki itu mengangguk kemudian membopong tubuh Anindhya dan segera berjalan cepat menuju kamar.

Sesampainya di kamar itu, ia segera membaringkan tubuh perempuan itu di atas kasur.

"Anindhya... Anindhya..,"

Jayapatig ternyata sedari tadi mencoba memastikan kondisi tubuh Anindhya dengan menyentuh urat nadinya.

Jiang Ren menepuk bahu Jayapati dan menyodorkan sapu tangan kepadanya.

Diterima lah sapu tangan putih itu, lalu Jayapati usapkan ke dagu Anindhya yang berlumuran darah.

"Tolong jaga dia baik-baik,"

Jayapati mencoba mendekati Pranandaka.

"Anindhya baik-baik saja !"

"Dia sedang tidak baik !" Pranandaka membalas perkataan Jayapati dengan nada tinggi.

"Bodoh,"

"Jayapati-"

Tuan Zhuge dan Ma Yitian tiba-tiba masuk ke kamar itu sambil membawa sebuah kotak kayu.

"-kalian minggir dulu, biar aku periksa. Yitian, tolong berikan aku jarum emas," pinta Tuan Zhuge Zhan.

Jiang Ren membantu Jayapati untuk menjauh sebentar dari kasur selama Tuan Zhuge Zhan dan Ma Yitian mencoba melihat kondisi Anindhya.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now