Part 30 : Anadhah Sajeng

53 3 2
                                    

Ketika mereka tiba, hari sudah sore, walaupun cahaya matahari masih terlihat putih, belum menampakkan warna merah.

"Kak Lu Han !". Jayapati yang sudah berada di depan gerbang segera turun dari kuda dan menuntunnya.

Nampak ada Lu Han, Huang Shi, dan Tuan Zhuge Zhan berdiri di gerbang. Mereka bertiga menoleh ke arah Jayapati, Huang Shi, Jiang Ren, serta Zhao Mengshi dan Ji Xiaoqian.

"Huang Shi, kamu sudah baikan ?". Kata Liu Lingqi kepada Huang Shi.

"Sudah lebih baik". Kata Huang Shi sambil tersenyum. "Kami juga sudah menyelesaikan tugas kami untuk membuat replika kerbau kayu Zhuge Liang". Lanjutnya.

"Jayapati, Liu Lingqi, sore ini kami harus kembali ke rumah keluarga Wu.". Kata Lu Han.

Lu Han kemudian merogoh baju nya dan mengeluarkan sebuah ukiran batu giok berwarna merah yang dihiasi dengan sulaman benang. Di batu tersebut terdapat ukiran bertuliskan karakter Wu (吳).

Ia kemudian memberikannya kepada Liu Lingqi.

"Kalau kamu ada perlu dengan keluarga Wu, kamu bisa menunjukkan ukiran ini. Kau sudah dianggap keluarga oleh keluarga Wu". Kata Lu Han.

Liu Lingqi membalasnya dengan senyuman sambil memberikan hormat.

"Ah ya !". Tuan Zhuge tampak seperti mencari sesuatu.

Kemudian ia merogoh bajunya dan mengeluarkan ukiran yang serupa dengan milik Lu Han. Namun berwarna hijau dan ukirannya bertuliskan karakter Shu (蜀).

"Keluarga Wu sudah dianggap keluarga oleh keluarga Shu". Zhuge Zhan memberikan ukiran itu kepada Lu Han." Sampaikan salam hormatku kepada keluarga Wu, khususnya Zhou Tian".

Lu Han kemudian memberikan hormat kepada Zhuge Zhan. Diikuti oleh Huang Shi.

"Tuan Zhuge. Kami pergi dulu". Kata Lu Han, kemudian menaiki kuda nya. Diikuti dengan Huang Shi.

Mereka berdua mengucapkan salam kemudian memacu kuda nya melalui labirin. Tak beberapa lama mereka berdua menghilang dari pandangan.

"Qi'er, Jayapati, ayo masuk." Kata Zhuge Zhan.

Mereka bertiga kemudian masuk ke kompleks rumah. Tampaknya Jiang Ren, Zhao Mengshi, dan Ji Xiaoqian sudah masuk. Hanya ada Anindhya yang berdiri sambil menuntun kudanya.

"Tuan, ini Anindhya. Teman saya dari Nusantara". Kata Jayapati kepada Zhuge Zhan.

Zhuge Zhan kemudian tersenyum sambil memberi hormat kepada Anindhya. Begitupula Anindhya yang tampak sudah terbiasa dengan kebiasaan orang - orang Han.

...

"Selamat makan !".

Waktu itu semua keluarga Shu hadir dalam acara perkumpulan tersebut.

Zhuge Zhan bersama istri nya, Fan Zhenyu dan putrinya, Zhuge Luo yang baru berusia 8 tahun.

Guan Hong, Zhang Guoyu, Ma Yitian, Zhao Mengshi, Ji Xiaoqian, Huang Fengyan, dan Jiang Ren.

Jayapati, Liu Lingqi, dan Anindhya juga tampak hadir.

Beberapa gelas arak dapat menghangatkan tubuh di musim dingin. Ditemani dengan beberapa hidangan hangat merupakan perpaduan yang sangat pas kala itu.

"Aku dengar orang Nusantara sangat gemar meminum tuak, bagaimana kalau kita beradu ! Siapa yang mabuk duluan dianggap kalah !". Kata Zhang Guoyu yang dikenal sangat suka meminum arak. Bahkan ia meminum arak langsung dari gentongnya, tidak menggunakan gelas.

Jayapati hanya tersenyum tersipu.

Zhuge Zhan seketika mengibaskan kipas bulu angsa di tangannya dan sedikit berdehem.

Vajra : Friend and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang