Part 59 : Angliwet

22 6 1
                                    

"Liu Lingqi belum kembali ?"

"Belum"

Jayapati dan Ma Yitian sedang duduk bersantai di ruang milik Bai Ying. Sementara Anindhya pergi bersama sang pemilik restoran menuju ke dapur untuk bertukar ilmu memasak.

"Mau bermain dadu ?"

Ma Yitian berhasil membaca mimik muka bosan Jayapati.

"Berjudi ?" Laki-laki Nusantara itu balik bertanya.

Ma Yitian mengalihkan pandangannya sambil tertawa kecil. Dirinya refleks menutupi mulutnya dengan kipas lipatnya.

"Mungkin lain kali," jawab Jayapati.

"Aku mau berjalan-jalan sebentar, kamu mau ikut ?" Ma Yitian beranjak dari duduknya, membelakangi Jayapati sambil menoleh ke belakang.

"Boleh saja, tapi aku ingin pergi ke belakang dulu sejenak untuk mencuci muka dan buang air," jawab Jayapati.

"Setelah keluar dari tempat ini, belok ke kanan. Di ujung jalan ada pintu yang menuju ke tangga luar. Turun melalui tangga itu lalu belok kanan lagi. Di situ tempat buang airnya," Ma Yitian memberi tahu tempat buang air kepada Jayapati dengan memperagakan arahnya dengan tangannya. "Akan ku tunggu di sini,"

"Terimakasih,"

...

Jayapati menutup pintu kamar mandi setelah beberapa lama ia di dalamnya.

Ia lantas memakai sabuknya di luar sambil mengamati bagian belakang restoran itu yang ditumbuhi semak belukar dan pepohonan.

"Bodoh,"

Terdengar suara dari arah semak belukar.

Jayapati tercekat. Sorot matanya ia arahkan ke sumber suara.

Sesosok laki-laki melesat keluar dan langsung menghunuskan tinjunya ke arah Jayapati.

Seketika Jayapati menangkisnya dengan sigap.

Orang itu berputar kemudian menghujamkan tinjunya ke arah bagian tubuh bawah Jayapati.

Pemuda Singhasari itu menangkis serangan itu ke arah atas.

Seketika Jayapati mendorong tapaknya ke arah dada orang itu.

Tapi Jayapati kalah cekatan. Orang itu sudah keburu mundur perlahan sebelum tapak Jayapati tepat menyentuh dadanya.

"Pranandaka !"

Orang itu ternyata Pranandaka yang menyerang dengan cepat.

Pranandaka berjalan mendekati Jayapati.

"Kamu apakan dia ? Kenapa dia bisa begitu ?" Pranandaka mencecar Jayapati dengan pertanyaan.

"Dia siapa ?" Jayapati berbalik tanya.

"Dasar tidak peka !"

Pranandaka mendorong Jayapati dengan kedua tangannya. Seketika, Jayapati terhuyung ke belakang.

"Ada masalah apa ? Jangan hanya datang lalu marah-marah kepadaku !" Perwira Singhasari itu mulai kesal dengan perilaku Pranandaka yang  tidak jelas.

"Kejadian yang menimpa Anindhya malam itu-"

"Kenapa ? Dia memang digigit ular berbisa. Tapi sekarang ia sudah baikan," potong Jayapati.

"Cih," Pranandaka mendengus kesal. "Yueyang !". Pemuda itu berjongkok kemudian memukul tanah dengan keras sampai membekas.

"Tolong jaga dia baik-baik,"

Jayapati mencoba mendekati Pranandaka.

"Anindhya baik-baik saja !"

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now