Part 47 : Kebenaran Absolut (2)

29 5 0
                                    

"Nyonya Heo !".

Darah mengucur dari dadanya.

Nyonya Heo hanya bisa merintih kesakitan sambil memegangi dadanya dengan kedua tangannya. Tubuhnya perlahan-lahan roboh ke tanah.

Sementara yang Yeon Eun hanya bisa memegang dan meraba-raba tubuh Nyonya Heo yang sudah tergeletak di tanah.

Tuan Yuan menyeka air matanya dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang Pedang Lidah Naga Suci yang telah berlumur dengan darah.

"Tuan Yuan!".

Jayapati segera melesat ke arah Tuan Yuan yang sudah mengarahkan  pedangnya ke arah Yeon Eun yang memegangi tubuh tak bernyawa Nyonya Heo.

"Tuan Yuan ! Jangan seperti itu".

Jayapati memegangi tangan kanan tuan Yuan yang membawa pedang dengan erat.

Sementara Tuan Yuan terus memberontak dan berusaha melepas genggaman tangan Jayapati.

"Lepaskan !".

"Tuan Yuan, sadarlah ! Itu putri anda sendiri !".

Yeon Eun mulai sadar bahwa nenek yang menggantikan posisi orang tua asuhnya itu meninggal dunia.

Penutup mata Yeon Eun mulai basah terkena air mata perempuan lugu itu.

"Tuan Yuan !".

Jayapati terus menenangkan Tuan Yuan yang hendak menghabisi nyawa Yeon Eun.

Yeon Eun mulai menangis terisak-isak sambil memegangi jenazah Nyonya Heo.

Tuan Yuan seketika diam. Pedang kebanggaannya ia jatuhkan. Seketika ia berlutut. Kemudian memberikan penghormatan terakhir kepada Nyonya Heo dengan bersujud tiga kali.

"Tuan Yuan". Jayapati berbicara lirih.

Tuan Yuan tanpa banyak berbicara segera bangkit kemudian mengambil pedangnya dan berbalik badan lalu melesat menghampiri Xue Yindan yang sudah menunggu di dekat paviliun.

"Siapkan kuda, aku akan mampir ke makam istriku".

Xue Yindan memberi hormat kemudian mempersilahkan Tuan Yuan untuk berjalan keluar area kolam.

"Hei ! Jenazah Nyonya Heo tidak kamu bawa ?!". Liu Lingqi berteriak dari kejauhan.

Tapi Tuan Yuan maupun Xue Yindan tidak menoleh bahkan melirik mereka sama sekali.

Liu Lingqi mulai jengkel dan mengambil sebuah batu dan hendak melemparnya ke Tuan Yuan tapi dicegah oleh Jiang Ren.

"Jangan menangis, ayo". Jayapati membantu Yeon Eun untuk berdiri dan berjalan menuju arah Liu Lingqi, Jiang Ren, dan Anindhya berkumpul.

"Anindhya, kamu sudah baikan ?". Tanya Jayapati.

Anindhya hanya mengangguk.

"Syukurlah". Jayapati tampak lega dengan jawaban Anindhya.

"Jia Yang, biar aku bantu Yeon Eun". Liu Lingqi menawarkan dirinya untuk membantu Yeon Eun berjalan.

"Jayapati ! Ayo kita pulang !". Dari kejauhan Yuan Shui sudah memanggil mereka.

"Kalian naik kereta dulu, aku akan mempersiapkan pengurusan jenazah Nyonya Heo. Prajurit, bantu aku membawa jenazah Nyonya Heo !". Pesan Jayapati kepada Liu Lingqi kemudian memerintahkan beberapa  prajuri pengawal untuk membantunya.

...

"Sudah, jangan menangis. Hari ini kamu sudah bertemu dengan orang tua kandungmu". Kata Liu Lingqi untuk menghibur Yeon Eun yang duduk bersimpuh di depan nisan makan Nyonya Heo sambil membakar Jinzhi.

Vajra : Friend and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang