Part 35 : Flashback

25 3 2
                                    

Byurr !!

"Apa-apaan ini !!".

Jiang Ren seketika kelabakan melihat dirinya disiram air.

"Lihat ! Bukankah matahari sudah terang !". Liu Lingqi tampak membentak Jiang Ren.

Matahari memang sudah cukup tinggi. Bayangan yang dihasilkan juga sudah cukup pendek.

"Iya, maaf..".

Jiang Ren kemudian bangun. Kemudian ia mencari pakaiannya yang kering dan membawanya ke belakang sebuah pohon besar.

"Jangan lihat !".

Liu Lingqi memalingkan mukanya.

Beberapa lama kemudian Jiang Ren keluar dari belakang pohon besar itu dengan pakaian berwarna coklat.

"Aku lapar, ada makanan ?". Ia berkata dengan nada memelas kepada Liu Lingqi.

"Tidak"

"Sedikitpun ?"

"Tidak ada, salahnya bangun kesiangan".

Liu Lingqi pergi meninggalkan Jiang Ren, dan menghampiri Jayapati dan Anindhya yang sedang merapikan pelana kuda masing-masing.

"Bisa berangkat sekarang ?". Anindhya berkata kepada Liu Lingqi.

Liu Lingqi hanya mengangguk.

Mereka bertiga menaikan kuda masing-masing.

"Jiang Ren !".

Liu Lingqi memanggil Jiang Ren sambil melambaikan tangannya.

Jiang Ren berjalan menemui Liu Lingqi dengan lesu.

Kemudian, ia menaiki kudanya.

Mereka berempat kemudian memacu kuda mereka perlahan-lahan.

Liu Lingqi merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah roti.

"Jiang Ren !".

Jiang Ren tercekat.

Roti itu kemudian dilemparkan kepada Jiang Ren. Kemudian Jiang Ren berhasil menangkapnya.

"Terimakasih !".

Jiang Ren seketika menggigit dan menghabiskan roti itu dengan cepat.

...

Mereka berempat memacu kencang kuda mereka.

Mereka kemudian memasuki sebuah hutan yang cukup lebat. Bahkan cahaya matahari hanya samar-samar memasuki sela-sela dedaunan.

"Awas !".  Liu Lingqi tiba-tiba berteriak.

Puluhan anak panah melesat dari samping kanan dan kiri.

Untungnya mereka berempat siaga.

Mereka berhasil menghindari serangan jebakan itu.

"Panah beracun". Anindhya berhasil menangkap salah satu anak panah tersebut. Kemudian, ia mengendusnya.

Dari atas pohon, datanglah dua orang berpakaian serba merah yang turun secara bersamaan.

Berbarengan dengan itu, dari belakangnya muncul gerombolan orang berbaju merah juga.

Orang yang turun dari atas pohon itu tampaknya tidak asing bagi mereka.

"Pranandaka ?". "Yueyang ?".

Liu Lingqi dan Jayapati hampir berkata berbarengan.

"Ya, benar".

Pranandaka menjawab seruan itu.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now