Part 17 : Jayapati Ngraman

54 9 0
                                    

"Awas Kamu "

Liu Lingqi segera melesat dari balkon dan berusaha menerkam tubuh Liu Lingqi.

"Kena kamu ".

Liu Lingqi memegang leher Yueyang dan mencoba membantingnya ke arah kanan. Yueyang berhasil jatuh, tetapi kaki Yueyang masih tersangkut pada pijakan pelana. Seketika kuda dari Yueyang juga ikut terjatuh.

Lelaki bertopeng yang merupakan teman Yueyang tidak tinggal diam. Ia turun dari kuda dan melepaskan Yueyang dari jeratan tangan Liu Lingqi.

Ia membanting tubuh Liu Lingqi dan melepaskan tenaga dalam. Seketika Liu Lingqi terpental ke dalam rumah makan dan menabrak sebuah meja.

"Lingqi !".

Jayapati yang tengah menyantap hidangan seketika berdiri menghampiri Liu Lingqi.

Ia menoleh ke belakang

"Pranandaka ?apa yang kau lakukan disini ?"

"Jayapati ? Mengapa kau bisa mengenaliku" kata lelaki bertopeng itu.

Jayapati melesat menuju Pranandaka . Kemudian Pranandaka segera mendahului serangan. Pukulan demi pukulan. Tangkisan demi tangkisan. Tendangan demi tendangan , mampu dihalau oleh Jayapati.

Pertarungan berjalan seimbang. Mereka berdua menggunakan teknik Kanuragan ala Nusantara.

Pertarungan semakin seru. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah.

"Jia Yang  ! Gunakan Chi dua negara !". Teriak Liu Lingqi.

Jia Yang tersenyum. Tampaknya lelahnya hilang. Ia melesat menuju Pranandaka dan menggunakan perpaduan ilmu silat Nusantara dan Tiongkok.

Pranandaka tampaknya kebingungan. Ia segera mengambil pedang di tangan Yueyang yang sedari tadi tergeletak di lantai.

Jayapati dengan refleksnya segera mengeluarkan karambit yang terselip di sabuknya dan memutar - putarnya dengan jari telunjuk.

Terjadi pertarungan yang sengit dengan mengadu dua senjata itu. Jurus - jurus gabungan yang diciptakan oleh seorang pendeta sekte Quanzhen tersebut mengeluarkan sebuah energi yang unik. Ditambah dengan senjata kecil pemberian dari sang Raja Dharmasraya yang menambah daya kekuatan jurus tersebut.

Pranandaka tampak kewalahan, tapi bukan berarti ia menyerahkan diri. Ia menggunakan ajian Segara Geni. Tampak cahaya kemerahan dari tubuh Pranandaka. Pedang yang dibawanya seakan - akan sedang dipanaskan oleh api yang membara.

Jayapati tidak habis akal. Ia menggunakan ajian Tirta Manguntur. Hawa tubuhnya menjadi dingin. Sedingin mata air di hulu sungai.

Terjadi pertarungan antara elemen air dan api. Tidak ada yang menang. Pernyataan 'api akan kalah dengan air' tidak berlaku di sini. 

Mereka berdua saling mengeluarkan energi yang sangat dahsyat. Energi itu bertabrakan dan akhirnya mereka berdua terpental cukup jauh.

...

"Jia Yang, apa kau baik - baik saja ?" Tanya Liu Linqi pada Jayapati. "Tidak apa - apa ".

Darah menetes dari mulut Jayapati. Beberapa kali lidahnya tergigit karena guncangan.

Liu Lingqi memandang ke arah Pranandaka yang tampak berdiri dari duduknya. "Awas Kamu "

Liu Lingqi berdiri dan menghunuskan pedang kembarnya. Kemudian berlari ke arah Pranandaka.

Baru setengah perjalanan, ia dihadang oleh selembar kain yang merupakan senjata Yueyang. Ia sempat terpental mundur, namun tidak sampai jatuh.

Yueyang yang telah berdiri segera melakukan serangan dengan senjata lembaran kain tersebut.

Tetapi, Liu Lingqi lebih cerdik. Ia memutar - putar pedang kembarnya, sehingga kain milik Yueyang melilit pedang kembarnya. Yueyang yang memegang erat kain tersebut, tertarik   ke arah Liu Lingqi. Liu Lingqi kemudian menendang Yueyang dengan tenaga yang sangat dahsyat hingga Yueyang terpental cukup jauh.
Kain yang dipegang oleh Yueyang lepas dari genggamannya.

"Lingqi ! Awas !".

Jayapati yang masih dalam keadaan lemas mengeluarkan ajian Jala Sutra dari telapak tangannya. Dengan sigap, Liu Lingqi segera menghindar. Pranandaka dan Yueyang yang ingin menyerang Jayapati yang masih lemas, seketika lumpuh akibat ajian Jala Sutra yang mengenai diri mereka.

Seketika mereka berdua jatuh ke lantai .


Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now