Part 49 : Trik Licik

23 4 0
                                    

"Jadi, kamu adalah pengawal Yeon Eun ya". Kata Yuan Wuqi dengan mulut penuh dengan nasi.

"Bisa dibilang begitu". Jeong Yejun tersenyum. Kemudian meletakkan sumpitnya di atas mangkoknya yang sudah kosong.

"Cepat sekali kamu makan". Kata Jiang Ren.

"Aku sudah 4 hari belum makan nasi". Ujar Jeong Yejun sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku, izin pergi dahulu untuk mandi". Laki-laki murah senyum itu beranjak dari tempatnya duduknya kemudian pergi mengambil barang-barangnya dan berangkat mandi.

"Setelah ini, kita akan berangkat ke tempat kemarin. Tapi aku tidak bisa menemani kalian. Pertandingan dibuat tertutup. Hanya kakak pertama dan kakak kedua yang akan datang disana...". Kata Yuan Wuqi.

"...nanti kalau kalian pergi aku akan mengenalkan Jeong Yejun kepada semua orang". Lanjutnya.

"Baiklah kalau begitu".

...

Semua peserta pertandingan sudah siap di tempat masing-masing.

Dari pihak Shu Han, masih kurang Jayapati dan Jiang Ren yang belum bertarung.

Sementara di pihak Mongolia, masih kurang Sima Qian dan dan Cao Kang yang belum bertarung.

"Aku akan maju ! Siapa yang akan melawanku !". Jiang Ren menantang orang-orang pengikut Mongolia.

"Aku !".

Sima Qian tampil dengan muka sinisnya sambil memainkan kipas lipatdi tangannya.

"Sial, Qinggong dia lebih hebat daripada aku". Pikir Jiang Ren dalam hati. "Baiklah, rasakan pedangku !".

Jiang Ren melesat menghunuskan pedangnya memasuki arena.

Begitupula dengan Sima Qian, namun ia hanya menggunakan kipas lipatnya sebagai senjata.

Dua strategis muda itu bertarung di udara.

Keahlian meringankan tubuh mereka berdua patut diperhitungkan.

Berkali-kali Sima Qian bersalto di udara untuk menghindari sabetan pedang Jiang Ren.

Sejauh ini ia hanya menghindari serangan-serangan masif dari Jiang Ren.

Jiang Ren menghunuskan pedangnya ke arah dada Sima Qian.

Laki-laki bermarga Sima itu langsung menghindar dengan cara membalikkan tubuhnya ke samping.

Sima Qian menahan bedang itu dengan kipas lipatnya. Secara tak terduga ia melompat ke atas dengan pedang Jiang Ren sebagai tumpuannya.

Jiang Ren langsung menghunuskan pedangnya ke atas mengikuti gerak Sima Qian.

Sima Qian yang sudah memprediksi langkah itu kemudian berdiri tepat di ujung pedang Jiang Ren tanpa melukai tubuhnya sama sekali.

"Tamat riwayatmu".

Sima Qian membuka kipasnya yang semula tertutup kemudian mengibaskannya ke arah Jiang Ren.

Seketika muncul angin yang sangat kencang, sampai-sampai air di sekitarnya ikut terhempas.

Murid Zhuge Zhan itu terdorong sampai ke ujung arena. Untung saja, tidak sampai keluar.

Sima Qian turun dengan sangat anggun. Pakaian berwarna biru mudanya tersapu angin.

"Majulah". Tantang Sima Qian sambil menunjukkan senyum liciknya.

Jiang Ren yang tersulut emosinya segera menghunuskan pedangnya ke arah Sima Qian.

Vajra : Friend and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang