Part 33 : Gedhe Rasa

45 3 2
                                    

"Jayapati, aku hendak mandi dulu ya". Anindhya berpamitan kepada Jayapati.

Jayapati hanya mengangguk. Tubuhnya sepertinya masih sangat capai.

Jayapati pun membanting tubuhnya ke atas kasur, tak lama setelah Anindhya keluar untuk mandi.

...

"Jayapati ! Jayapati !". Jiang Ren tampak menggedor-gedor pintu kamar Jayapati.

Jayapati seketika terbangun dan langsung berjalan cepat menuju pintu. Kemudian membuka pintu kamar dengan cara menggesernya.

"Ada apa ?". Jayapati bersandar di pintu kamar sambil mengucek matanya.

"Anindhya.." Jawab Jiang Ren.

"Kenapa Anindhya ?".

"Ia tampak berteriak-teriak di kamar mandi. Tadi aku mendengarnya ketika lewat".

Jayapati terhenyak.

Seketika ia berlari ke arah kamar mandi yang berada tak jauh dari kamarnya.

"Anindhya ! Buka pintunya !". Jayapati menggedor-gedor pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu itu.

Anindhya membuka pintu tapi hanya sedikit. Hanya kepalanya yang ia tampakkan, sementara tubuhnya ia sembunyikan di balik pintu.

"Apa ?"

"Kenapa tadi kau berteriak ?"

"Siapa yang berteriak ?"
.
"Kata Jiang Ren tadi kamu berteriak teriak di kamar mandi ?"

Anindhya tampak tak bisa menyembunyikan yang sebenarnya terjadi.

"Ehh.. airnya sangat dingin, ketika air itu mengenai tubuhku serasa menusuk hingga ke tulang, seketika aku berteriak kedinginan".

Jayapati menghembuskan nafasnya.

Kemudian ia menarik pintu kamar mandi dan seketika pintu itu tertutup.

"Jiang Ren". Jayapati tampak geram dengan Jiang Ren yang sedari tadi hanya diam saja.

"Awas saja kalau kau berhasil ku tangkap !".

Jiang Ren seketika berlari sambil tertawa dan meringankan tubuhnya.

Begitupula Jayapati yang mengejar Jiang Ren dari belakang sambil meringankan tubuhnya.

Ilmu meringankan tubuhnya terasa beberapa kali lipat lebih kuat daripada biasanya. Kemungkinan besar, itu adalah efek dari meditasinya tadi.

...

Tak terasa mereka berdua berkejaran hingga tiba ke taman. Tampak Zhao Mengshi dan Ji Xiaoqian sedang berduaan dan bermain dengan seekor kucing.

"Kakak Zhao ! Kakak Ji !". Jiang Ren menyapa, kemudian ia turun dari meringankan tubuhnya.

Tak lama, Jayapati pun turun. Namun ia membatalkan niatnya untuk bermain dengan Jiang Ren. Ia pun memberi salam kepada Zhao Mengshi dan Ji Xiaoqian.

"Itu kucing jantan berwarna tiga ?". Jayapati tampak antusias dengan seekor kucing yang sebelumnya dipangku oleh Ji Xiaoqian. Namun kini, turun dan dielus-elus oleh Jiang Ren.

"Ya, kucing seperti ini sangatlah langka, kamu memberinya nama Xiao Mao". Ji Xiaoqian menjawab pertanyaan Jayapati.

"Boyue ! Kamu bawa Xiao Mao untuk bermain". Zhao Mengshi memerintahkan Jiang Ren agar membawa kucing berusia 5 bulanan itu ke tempat lain.

"Kebetulan, kami hendak berlatih tombak, apakah kamu mau ikut ?". Zhao Mengshi menawari Jayapati.

"Kebetulan pula, aku juga ingin berlatih tombak. Sudah beberapa lama aku tidak mengangkat gagang tombak". Jawab Jayapati sambil tersenyum.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now