Part 37 : Purwa-Duksina

28 3 3
                                    

"Jayapati, kamu tidak apa-apa ?".

Anindhya mencoba membangunkan Jayapati yang tidak sadarkan diri.

Sosok orang yang menyerang Jayapati dari belakang itu mendekati Anindhya.

Anindhya yang sedang berlutut seketika mendongak keatas untuk melihat wajah orang itu.

"Kamu menangis ?".

Orang itu bertanya kepada Anindhya.

"Kamu lagi".

Anindhya seketika mengalihkan pandangannya setelah mengetahui siapa orang itu.

"Ya, ini aku, kamu rindu aku ?".

"Menyingkir dahulu, aku akan mengambilkan obat".

Anindhya yang hendak berdiri dan mengambil obat untuk Jayapati seketika direngkuh tangannya oleh orang itu.

"Pranandaka, hentikan !".

Pranandaka terus memegang tangan Anindhya.

"Serangan itu obatnya hanya ada padaku".

"Jangan bohong !".

"Siapa pula yang berbohong". Pranandaka tertawa kecil.

Ia kemudian menarik tangan Anindhya sampai tubuh Anindhya menempel dengan tubuh Pranandaka.

"Sebenarnya aku masih mencintai kamu..".

Pranandaka memeluk Anindhya dengan sangat erat.

"Aku yang tidak mencintaimu saat ini !".

Anindhya membuka paksa pelukan itu, sampai-sampai ia hampir terjengkang ke belakang.

"Bagaimana bisa aku mencintai orang yang telah membunuh orang tuaku !".

Anindhya terlihat sangat kesal. Ia tampak menuding-nuding Pranandaka.

Pranandaka tersenyum kecil.

"Makhluk apapun yang hendak menghalangi perjalanan cinta kita pasti akan ku musnahkan".

Anindhya tampak tersenyum dengan raut mengejek.

"Pantas saja orang tuaku tidak merestui hubungan kita karena sifat mu yang sangat jahat itu !".

Pranandaka menghampiri Anindhya lagi.

Kemudian merangkul Anindhya dengan paksa.

"Kalau kamu memang mau menyembuhkan si bedebah itu, besok sore datanglah dengan penampilan terbaikmu dan temui aku di pinggir sungai di sisi barat desa ini".

Pranandaka membisikan kalimat itu sambil terus memeluk Anindhya, bahkan semakin erat.

"Hei lepaskan dia !".

Liu Lingqi tiba-tiba berteriak dari depan pintu kamar sambil mengacungkan pedangnya.

"Anindhya aku pergi dulu".

Pranandaka seketika melesat keluar dari taman penginapan itu melewati pagar penginapan.

"Hei ! Jangan lari !".

Liu Lingqi berancang-ancang untuk melesat mengejar Pranandaka.

"Jangan dikejar !". Anindhya menghentikan gerak Liu Lingqi.

"Sebaiknya panggil Jiang Ren untuk membopong tubuh Jayapati. Nanti akan aku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Yang penting, Jayapati diamankan dahulu".

Liu Lingqi hanya mengangguk dan segera pergi ke kamar Jiang Ren.

...

"Jiang Ren ! Jiang Ren !, Bukakan pintunya !".

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now