Part 67 : Kuatkan Aku

26 3 0
                                    

"Akkh..."

Zhou Tian mengerang kesakitan sambil memegangi dadanya. Perlahan, darah segar menetes keluar dari mulutnya. 

"Ayah,"

Puteranya satu-satunya itu membantu Zhou Tian untuk berjalan turun dari kasur tempat Anindhya tidur dan menuntunnya untuk duduk di kursi. Laki-laki setengah baya itu mencoba mengatur nafasnya dulu. 

Zhuge Zhan mengakhiri transfer energinya kepada Anindhya yang sedang didudukkan oleh Ma Yitian. Kegiatan seperti ini seakan sudah menjadi agenda rutin untuk mereka. Memberikan perempuan Singhasari itu ramuan, kemudian memberi energi tambahan untuk membantu Anindhya bertahan dari komanya.

"Jangan dipaksa, Shidi," ujar Zhuge Zhan sambil membantu Ma Yitian untuk menidurkan Anindhya kembali.

"Dia belum juga sadar, guru--" kata Ma Yitian memotong perkataan Zhuge Zhan. "--Stok bahan ramuan di gudang obat tinggal sedikit. Mungkin hanya bisa untuk besok saja,"

Zhuge Zhan mendecih. Seakan sudah pasrah dengan keadaan. Tidak biasanya seseorang seperti Zhuge Zhan menyerah di tengah jalan. Laki-laki itu berjalan gontai menghampiri kursi yang berada di sebelah tempat duduk Zhou Tian.

"Shixiong--" Zhou Tian memanggil nama kakak seperguruannya itu. Seketika, yang terpanggil menoleh ke sumber suara. "--Tenaga dalammu serupa dengan tenaga dalam yang ditulis dalam Kitab 9 Yang walaupun bukan. Kita bisa meminta bantuan kepada orang yang menguasai tenaga dalam Kitab 9 Yin, atau yang serupa dengannya,"

"Tapi siapa orang yang menguasai Kitab 9 Yin sekarang ?" '

Pertanyaan yang dilontarkan Zhuge Zhan membuat suasana mendadak hening. Tidak ada yang ingin menjawab pertanyaan laki-laki keturunan Zhuge Liang itu.

"Setahuku, Cao Kang memiliki tenaga dalam jenis Yang..."

"Tapi, kita tidak mungkin meminta tolong kepada musuh, bukan"

Zhuge Zhan memotong pembicaraan Zhou Tian. Suasana menjadi hening kembali. Sampai pada akhirnya, pintu kamar itu terbuka. Dan sesosok laki-laki memasuki ruangan itu.

"Tuan Zhuge, Perguruan Emei mengirim seekor merpati pos yang membawa pesan,"

Jiang Ren memasuki ruangan itu sambil membawa seekor merpati putih yang di kakinya menggunakan gelang emas bertuliskan "峨眉"(Emei). Kemudian, pemuda itu mendekatkan burung merpati itu kepada Zhuge Zhan.

Laki-laki setengah baya itu membuka gelang emas di kaki burung merpati itu dan mengeluarkan surat yang terselip di situ, kemudian membacanya. Ekspresi Zhuge Zhan tampak seperti terkejut ketika membaca kertas yang besarnya tidak lebih dari jari telunjuknya.

"Tetua Guo Xiang terkepung di puncak gunung Emei, tidak bisa menghadiri pertemuan,"

Semua orang di sana terkejut. Pasukan Mongolia ternyata bergerak lebih cepat dari perkiraan. Bahkan mereka mendahului langkah daripada pasukan aliansi. 

"Jiang Ren, katakan kepada Tetua Guo Xiang agar tetap bertahan selama pasukan Mongolia tidak menyerang. Pastikan suplai aman untuk 2 bulan kedepan, bantuan akan segera datang," Perintah Zhuge Zhan. 

Jiang Ren mengangguk lantas pergi membawa keluar merpati itu.

"Bagaimana mereka bisa mendahului langkah ? Sementara kita bahkan belum mengumpulkan pasukan," ujar Ma Yitian.

"Pertemuan akan dilakukan seminggu lagi,--" laki-laki bermarga Zhuge itu beranjak dari duduknya. "--Tian'er, persiapan pertemuan itu aku serahkan kepadamu. Sementara persiapan peperangan akan aku serahkan kepada Zhao Mengshi. Shidi, tolong kabari keluarga Wu agar segera kemari,"

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now