Part 9 : Chi Dua Negara

116 14 3
                                    

Pagi di Cina sangat berbeda dengan di Nusantara. Dingin sekali. Hanya sedikit suara burung yang terdengar. Hiruk pikuk para pedagang mulai menggelar daganganya.

"Selamat pagi !" Liu Lingqi menyapa Jayapati yang sedari tadi diam di pinggir jendela. "Ayo makan " Liu Lingqi kemudian menghidangkan beberapa makanan hangat. Jayapati kemudian duduk dan mengambil mangkok nasinya. Ia mulai mengambil daging panggang yang Liu Lingqi sajikan menggunakan tangan. " Oh ya ! Aku lupa. Kau belum bisa menggunakan sumpit ya ". Jayapati hanya tersenyum sambil sedikit malu.

...

Semua hidangan habis. "Aku mau buka toko dulu. Tolong bawakan peralatan makan ini kebelakang ya." Liu Lingqi memohon pada Jayapati. Jayapati kemudian pergi ke belakang. Sementara, Liu Lingqi membuka pintu toko. Udara dingin seketika memenuhi ruangan. "Aw, dingin sekali" kata Liu Lingqi sambil menyalakan bara api yang digunakan sebagai penghangat.

"Selamat pagi nona Liu !" Seseorang kemudian masuk ke dalam toko barang antik Liu Lingqi itu. Pada waktu yang sama Jayapati juga masuk ke dalam ruangan toko dari belakang. "Ah, tuan Tang Xi. Selamat pagi. Apa yang perlu kami bantu ??" Jawab Liu Lingqi dengan ramah. "Nona, aku memiliki sebuah guci dari dinasti Han. Apa kau bisa membuat tiruanya ? Barang ini terlalu berharga bila kupajang di dalam rumahku. Anak - anaku masih kecil sehingga kemungkinan mereka bisa merusaknya." Kata orang bernama Tang Xi. "Emm, Lingqi, apa boleh membuat tiruan dari sebuah benda antik seperti ini ?" Tanya Jayapati. "Boleh - boleh saja, asal diberi tanda seperti ini" Jawab Liu Lingqi sambil menunjukkan sebuah stempel kecil dari kuningan." Tunggu sebentar ya tuan akan ku hitungkan biayanya ?" Lanjutnya.

Liu Lingqi kemudian menaruh guci itu di kamarnya. Kemudian keluar membawa sebuah alat hitung. Sementara tuan Tang Xi berkeliling melihat koleksi - koleksi toko. "Lingqi ! Benda ini apakah dijual" Tuan Tang Xi kemudian berteriak pada Lingqi sambil mengangkat keris milik Jayapati . " Mohon maaf tuan, benda itu milik temanku." Jawab Liu Lingqi sambil menunjuk Jayapati. "Kalau mau kami buatkan, tapi bahan dasarnya mungkin sedikit berbeda". Lanjut Liu Lingqi. "Ah ya ! Buatkan, aku rela bayar mahal untuk tiruan benda ini. Buatlah semirip mungkin !". Kata Tuan Tangxi kegirangan. "Siap tuan ! Yang-gege akan membantu "kata Liu Lingqi. " apa aku ???". Kata Jayapati berbisik pada Liu Lingqi.

"Tuan, total biayanya sekitar 2 tael perak 50 sen." Kata Liu Lingqi. "Aku bayar separuhnya dulu" Kata Tuan Tang Xi sambil menaruh 1 tael perak di meja."Aku pulang dulu ya" Tuan Tang Xi kemudian meninggalkan toko."Hati - hati tuan !" Teriak Liu Lingqi sambil mengangkat tanganya. "Kerismu itu sebaiknya taruh di kamar saja. Nanti kalau ada orang yang menawar jadi panjang urusanya. Membuat tiruan keris seperti itu sulit tahu !" Lanjutnya. "Iya, iya." Jawab Jayapati, kemudian mengambil kerisnya dan menaruhnya di belakang.

"Maoshan ! akhirnya kau datang juga." Teriak Liu Lingqi pada seorang karyawan yang baru datang. "Maaf tuan puteri," kata orang yang bernama Maoshan itu. "Cepat bersihkan barang - barang. Jangan ada yang pecah. Aku harus segera pergi menemui guru Qiu." Kata Liu Lingqi. Kemudian ia kebelakang dan membawa Jayapati pergi ke Guru Qiu Changqing.

...

"Kenapa tempat ini sepi sekali ?." Kata Jayapati. "Sepertinya diliburkan." Jawab Liu Lingqi. Mereka kemudian memasuki ruangan besar yang tempo hari mereka masuki. "Lingqi, Jia Yang kau sudah tiba disini juga. Perkenalkan ini Ma Yuanzhi, guru Quanzhen dari selatan" Kata Guru Qiu." Duduklah kita akan menyalurkan kekuatan ".

Mereka berempat duduk melingkar di sebuah permadani. Kemudian mereka mengambil sikap meditasi sesuai dengan kebiasaan masing - masing. Udara yang mulanya dingin, berubah menjadi hangat. Semburat cahaya berwarna ungu dan oranye melingkari mereka berempat. Guru Qiu kemudian menyabetkan cambuknya membentuk sebuah simbol yin yang. Diikuti oleh Guru Ma dan Liu Lingqi. Sementara Jayapati membentuk simbol omkara. Keempat simbol itu kemudian terbang keatas dan bersatu. Menjadi sebuah simbol omkara yang dikelilingi oleh simbol yin yang. Kemudian simbol besar itu jatuh kebawah dan menghempas tubuh mereka. Mereka berempat kelihatan lemas.

"Kekuatan kita telah bersatu. Sekarang kalian pulanglah dan istirahat. Lingqi sebaiknya malam ini jangan bekerja dulu." Kata guru Qiu. "Lingqi, Jia Yang. Kanuragan dan ilmu Quanzhen adalah ilmu yang berbeda. Saranku jangan kau gunakan ilmu mu termasuk meringankan tubuh dalam waktu 3 hari ini. Karena perjalanan menuju rumahmu sangat jauh, aku sudah siapkan kuda untuk membawamu pulang." Kata guru Ma. "Terimakasih guru !" Kata Liu Lingqi dan Jayapati.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now