Part 36 : Kenangan Manis

29 3 0
                                    

"Anindhya, kamu tidak tidur ?".

Lamunan Anindhya seketika buyar.

Dilihatnya sosok yang berada di sampingnya itu.

"Jayapati..".

"Hemm"

Jayapati hanya bergumam dengan nada seolah-olah bertanya.

"Apakah benar kalau dulu Pranandaka yang membakar rumahku ?".

Jayapati tercekat.

"Mengapa engkau bertanya hal itu ? Bukankah itu sudah sangat lama ?".

"Aku berpikir ketika aku pergi kemari, maka aku tak akan mendengar suara nya lagi". Anindhya menghela nafasnya.

"Tapi kurasa tidak".

Anindhya tampak menata poni rambutnya

Kemudian ia membaringkan dirinya yang semula bersandar di sebuah pohon.

"Api unggun nya aku matikan ya".

Anindhya mengangguk.

Jayapati kemudian mematikan api unggun itu dengan cara menaburkan tanah diatasnya.

Seketika, suasana menjadi gelap gulita.

Hanya ada suara aliran air, suara binatang-binatang malam, dan suara hembusan angin yang menggerakkan dahan pepohonan.

"Liu Lingqi dan Jiang Ren sudah tidur dari tadi, segera tidur ya".

Jayapati membaringkan dirinya tak jauh dari Anindhya.

"Jayapati".

"Apa ?". Jayapati menjawab dengan nada yang sangat lirih.

"Aku masih tidak percaya pada kejadian waktu itu..".

Anindhya mulai mengeluarkan air matanya.

Ia kemudian membuka lengan pakaiannya.

Terlihat sebuah rajah berbentuk cakra, tergambar di pergelangan tangan kanannya bagian bawah.

"Konon, orang tua ku dulu pernah melahirkan seorang anak laki-laki yang seharusnya menjadi kakakku sekarang...".

Anindhya tampak mengelus gambar Cakra di tangannya itu.

"Tetapi, ketika usia 3 tahun, ia meninggal karena terjatuh di sebuah jurang".

Air mata Anindhya tampak tak terbendung. Tangisannya mulai terisak-isak.

"Gambar ini konon memiliki pasangan. Gambar Kalajengking..."

...

Mereka berempat kemudian melanjutkan perjalanan mereka yang masih panjang.

Sang Arka bersembunyi di balik mendung nya awan. Angin berembus cukup kencang kala itu.

Hingga akhirnya salju turun dari awang-awang.

"Akhirnya salju turun juga". Kata Jiang Ren sambil menengadahkan tangan nya.

"Cukup deras juga ternyata".

Liu Lingqi menyingkapkan sebuah kain ke atas pundaknya.

Begitupula dengan Jayapati dan Jiang Ren.

"Kamu juga pakai ya..".

Jiang Ren menyingkapkan sebuah kain berwarna merah ke pundak Anindhya yang berada di sebelahnya.

...

"Yah.. hujan".

Anindhya kesal dengan datangnya hujan pada sore yang indah itu.

Seketika kudanya ia hentikan di tengah jalan.

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now