Part 43 : The Yuan Clan

22 3 0
                                    

"Duduk".

Yuan Shou mendudukkan Jiang Ren dengan sedikit paksaan. Kemudian ia berjalan ke meja tempat membuat obat.

"Ehmm... Aku sebenarnya tidak apa-apa kok. Tidak usah repot-repot". Jiang Ren mencoba menolak obat yang sedang dibuat oleh Yuan Shou.

Yuan Shou sendiri masih sibuk mencampur dan menumbuk obat-obatan.

Jiang Ren terlihat gelisah.

Tiba-tiba Yuan Shou datang sambil membawa sebuah mangkok kecil.

"Ti..tidak perlu. A..aku tidak apa-apa apa".

Mulut Jiang Ren ditahan oleh tangan Yuan Shou secara tiba-tiba. Dan ia kemudian menuangkan obat secara cepat.

"Jangan dimuntahkan !".

Jiang Ren sampai mengeluarkan air mata ketika merasakan pahitnya obat yang diberikan oleh Yuan Shou.

"Telan !".

Jiang Ren memaksa untuk menelan obat itu. Setelah berhasil menelannya ia membuka paksa gegapan tangan Yuan Shou, dan berlari mendekati gentong yang berisi air tawar.

"Obat apa ini, pahitnya minta ampun". Jiang Ren terus meminum air dengan mangkok kecil dari gentong.

"Asal kamu tahu, tenaga dalam mu sedikit kacau setelah melawan adikku. Obat ini akan sedikit membantu".

Jiang Ren terdiam.

"Baiklah kalau begitu".

"Sekarang, kamu tidur di situ". Perintah Yuan Shou sambil menunjuk sebuah kasur sederhana yang terbuat dari anyaman pandan.

Jiang Ren melesat dan segera tengkurap di atas kasur itu.

"Buka baju mu". Yuan Shou menyedekapkan tangannya.

"He ?".

"Mau aku obati tidak ?".

"Serusak itukah energi di dalam tubuhku ?".

"Kamu seharian ini hanya ingin tidur kan ? Sebenarnya itu adalah cara alamiah tubuh untuk memperbaiki kerusakan energi di dalam tubuhmu".

"Ah, begitu ya".

Jiang Ren segera membuka baju atasannya dan berbaring tengkurap di atas kasur.

"Maaf kalau ini agak sakit". Yuan Shou membentuk formasi tangan kemudian menyentuhkannya ke punggung Jiang Ren.

"HWAAAAAAAAAAAA".

...

"Jiang Ren !".

Jayapati tercekat setelah mendengar suara teriakan.

"Anak itu, perlu diberi pelajaran".

Liu Lingqi berlari keluar ruangan dan menyusuri koridor yang cukup memusingkan itu.

"Permisi, apa kamu melihat seorang anak laki-laki nakal berusia sekitar 17 tahun, ranbutnya kira-kira sebahu, diikat, pakai baju warna merah ?". Liu Lingqi bertanya kepada seseorang laki-laki yang bersandar di pagar pembatas koridor, membelakangi Liu Lingqi.

"Di pipinya apa ada bekas sabetan pedang ?". Laki-laki itu menjawab tanpa membalikkan tubuhnbrya sedikitpun.

"Iya..iya..". Liu Lingqi mengangguk berkali-kali dengan cepat.

"Tadi ia bersama Kakak kedua, menuju ruang pengobatan. Temanmu sepertinya baru saja jatuh, di dahinya ada sedikit bekas memar".

"Kakak kedua ?". Liu Lingqi bergumam dalam hati. "Apakah dia salah satu putra Tuan Yuan ? Bodo amat".

Vajra : Friend and RevengeWhere stories live. Discover now