4. Ojek Ganteng

101K 7.9K 182
                                    

Masih seru kah ceritanya?

****

"Semesta sengaja menciptakan pertemuan yang singkat agar kenangannya melekat."

***

Satu jam lamanya Raksa tak sadarkan diri. Tubuhnya terbaring di atas kasur setelah di bopong oleh para maidnya. Mereka yang sudah biasa dengan kejadian seperti ini akan mengobati Raksa.

"Sudah sadar, Tuan?"

Raksa meringis. "Mama mana?"

Maid berumur 48 Tahun tersebut tersenyum. "Nyonya masih dikamarnya, Tuan."

Raksa bangkit dari tidurnya, cowok itu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Matanya terpejam menahan sakit pada tulang punggung serta ngilu pada wajahnya.

"Sakit," ringis Raksa memegang perbannya pelan.

"Maid lain sedang membawa makanan, Tuan. Mohon tunggu sebentar lagi."

Kanagara bermata elang itu melihat layar ponselnya yang retak parah, ia mengeraskan rahangnya, sedikit kesal karena harus mengganti ponselnya dengan yang baru lagi padahal kemarin ia baru membeli ponsel ini.

"Jangan ada yang masuk, kecuali Mama sama temen-temen gua." Ujarnya datar.

Maid tersebut mengangguk dan langsung keluar dari kamar Raksa.

"Harusnya gua beli martabak aja daripada kesini tadi." Keluh Raksa sambil merutuki kebodohannya. Kebodohan karena lebih memilih untuk bertemu ayahnya ketimbang menyetujui ajakan teman-temannya yang berada di Wabyo. Raksa mengambil laptop yang ada di nakas. Cowok itu membuka aplikasi email di laptop dan mengetik sesuatu.

"Setidaknya lo bisa di repotin." Gumam Raksa sambil mengirim email kepada temannya meminta di belikan ponsel baru karena ponselnya rusak dan hancur setelah pertengkaran dengan ayahnya tadi.

Atensi Raksa teralih ke arah pintu yang di buka. Dari sana muncul sosok wanita cantik, yang tak lain adalah Riu, ibunya sendiri. Dengan senyum serta tatapan teduh, ia berjalan memasuki kamar luas sang putra. Tatapan mereka terpaut beberapa saat sebelum wanita itu mendudukan dirinya di pinggir ranjang. Tangannya terulur mengusap pelan luka kebiruan yang ada di pipi cowok itu hingga membuatnya meringis pelan menahan sakit.

Raksa menatap wanita itu sendu. "Papa gak marah sama Mama, kan?" Tanyanya.

Wanita yang ia sebut mama itu tersenyum dan menggeleng. "Gak papa," ujarnya lembut.

"Kalo papa berbuat seenaknya bilang sama Raksa, Ma."

Riu menghela napasnya dan menggeleng. "Mama baik-baik aja, Sa."

Ia mengusap dan merapikan rambut anak keduanya itu, matanya berkaca-kaca menahan sesuatu yang sudah mendesak keluar. Sedangkan Raksa yang melihat hal ini hanya mendesah berat, ia menunduk, dirinya terlalu benci saat harus melihat ibunya menangis seperti ini karena kesalahannya sendiri.

"Raksa minta maaf, Ma." ucapnya pelan. "Maaf udah buat Papa marah."

Riu tersenyum dan segera menghapus air matanya. "Maafin Mama juga Sa, maafin Mama karena gak bisa jaga kalian."

Raksa menggeleng. "Raksa baik-baik aja, Ma. Dia juga udah baik-baik aja, bahkan dia udah lebih baik disana. Dia akan sedih kalo tau Mama sedih kaya gini." Ujarnya tersenyum tipis menyalurkan kehangatan kepada sosok yang paling berharga baginya.

Dari sekian banyaknya manusia yang sempat dirinya kenal. Riu adalah satu-satunya orang yang pantas mendapatkan perlindungan dengan harga mati dari dirinya. Luka yang ia dapat tidak sebanding dengan rasa sakit ketika melihat ibunya sendiri terkapar akibat pukulan dari Stevan.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang