32. Mutlak Harga Mati

74.7K 6.4K 510
                                    

"Sederhana paling indah adalah Aldaraya." -Raksa Kanagara

***

Alda menjadi tertegun saat melihat belasan anak kecil yang bermain di halaman panti. Raksa yang menyadarinya segera duduk di samping gadis itu.

"Banu tinggal disini sejak kecil." Ucap Raksa yang seakan tahu rasa penasaran Alda sejak tadi. Dan tepat kalimat itu menjawab satu pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan di kepala gadis itu.

Alda menoleh sesaat, lalu tatapannya terarah kepada teman-teman Raksa di sana yang sibuk bermain bola bersama mereka.

"Orang tuanya?"

Raksa mendesah pelan. "Banu di titip sejak bayi, tapi sampai sekarang orang tuanya gak pernah datang." Jawab Raksa.

Alda bergeming, ia tahu rasanya menjadi yatim piatu. Namun, lebih menyakitkan ketika tahu bahwa orang tua sendiri hidup dan tidak mempedulikan kehadirannya, itu jauh lebih sakit.

Kehadiranmu ada, namun tidak dianggap.

"Mungkin di mata lo dia terkesan rewel, kenyataanya dia kesepian."

"Pantes kalian kemana-mana suka bareng." Ujar Alda.

Raksa tersenyum kecut. "Temen."

"Tau gak Sa? Bahagia manusia itu saat di anggap keberadaanya. Karena gak dianggap sama orang yang lo sayang itu sakit Sa." Jawab Alda. Dirinya juga di posisi yang sama. Bedanya Banu mendapatkan sakit itu dari orang tuanya, sedangkan Alda dari cowok di sampingnya sekarang.

"Kalian sering ke sini?" Tanya Alda.

Raksa mengangguk. "Divel ke sini juga sambil jemput adiknya." Ucap Raksa menunjuk adik Divel yang tengah sibuk memandangi Gibran disana.

Raksa terkekeh."Disa suka sama Gibran." Ujarnya lagi.

Alda menyunggingkan senyumnya. "Lucu ya.. Jadi pengen punya abang." Ucap Alda bergumam.

"Abang?"

Alda mengangguk dan menoleh. "Rata-rata anak perempuan itu mau punya abang, apalagi kalo anak tunggal. Pas kecil gua minta adik, tapi pas gede maunya abang." Jelas Alda.

Raksa menatap manik Alda dalam. "Gua juga punya abang."

Gadis itu tampak terkejut saat mengetahuinya. "Serius? Kok gua gak tau?"

"Gak banyak yang tau, kecuali temen gua."

"Wah, jadi penasaran abang lo kaya gimana?"

Raksa tersenyum kecut. "Malah gua gak mau punya abang?" Kanagara bermata elang itu menatap lekat ke arah gadis disampingnya. "Gua maunya lo."

Mata Alda membola, ia terkesiap dengan ucapan Raksa barusan. "h-hah?"

Raksa mendecak dan mengacak rambut gadis itu. "Lemot." Ujarnya sambil terkekeh.

Raksa bangkit meninggalkannya. Alda masih diam dengan keterkejutannya dan debaran jantung yang sebentar lagi akan meledak, semburat merah di pipinya membuat Alda merasakan hawa panas.

Sial.

"Hobi banget bikin gua serangan jantung." Desisnya mengibas-ngibas tangannya di udara.

Alda berjengit saat ujung celananya di tarik pelan. Ia menoleh dan mendapati anak kecil berumur tiga tahun mendekatinya.

"Alo.." sapa anak itu.

Pipinya yang bulat membuat Alda gemas, ia memangku tubuh mungil anak kecil itu.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang