57. Ditemani Hujan

49K 5K 704
                                    

"Semesta lebih tau hal paling menyakitkan bagi setiap penghuninya." - Aldaraya

***

Derasnya hujan yang membasahi bumi malam ini tidak mampu menghentikan pergerakannya di atas rooftop sejak tadi sore.

Ia berjongkok dengan tangan yang memungut satu persatu beda di sana lalu membuangnya asal. Lagi-lagi matanya menyapu lantai rooftop mencari sesuatu, hanya dengan bantuan penerangan ponselnya saja.

"Ck," decakan itu keluar lagi.

Raksa bernafas gusar dan menyisir rambutnya karena merasa sedikit jenuh. Cowok itu berdiri menumpu tangannya di pinggang seraya menatap langit malam. Ia membiarkan tubuhnya yang di balut kaos hitam itu basah begitu saja, seakan mengatakan bahwa dirinya saat ini sedang pasrah.

"Dimana anjing?" Makinya geram, Raksa memutar tubuhnya mencari benda yang cukup menyita waktunya karena benda itu hilang.

Raksa kembali mengingat ucapan gadis itu tadi sore.

Raksa bertemu dengannya di kedai pinggir jalan dan tanpa basa-basi Raksa segera menghampirinya.

"Sa," lirih gadis itu saat melihat Raksa.

"Pena tadi mana?" Tanya Raksa to the point.

Dianara terdiam kaku. Matanya bergerak gelisah karena pena yang cowok itu cari sudah ia buang tanpa arah di rooftop saat dirinya marah karena Raksa memintanya putus.

"A-aku buang," cicit Dianara.

"Sial!" Maki Raksa membuat gadis itu semakin menunduk takut.

Rahang Raksa mengeras. Raksa mendengus kasar dan menatap tajam ke arah gadis itu. "Dimana lo buang penanya?"

Mendengar nada dingin dari cowok itu membuat Dianara gugup. "D-di rooftop."

Raksa menatap gadis itu dengan tajam. "Kalo lo gak minta kita buat pacaran, masalah gua gak akan banyak." Tekan Raksa dan pergi meninggalkan Dianara yang terdiam.

Dianara menunduk menatap sneakers putihnya. Hatinya merasa sakit. "Aku cuma mau perasaan aku di balas Sa," lirih Dianara.

Yap, setelah Raksa tahu bahwa Dianara membuang pena itu di sana, Raksa segera pergi ke sekolahnya. Dan Raksa sudah mencari pena itu sejak tiga jam lalu. Namun nihil, Raksa tidak menemukannya sama sekali.

"Fuck." Maki Raksa mengusap rambut basahnya dengan kasar.

Kanagara bermata elang itu menyandarkan tubuhnya pada dinding rooftop. Matanya terpejam menikmati guyuran air hujan dengan perasaan yang kalut campur aduk. Hatinya cemas dan perasaan bersalahnya semakin menumpuk.

"Gua minta maaf, Al." Lirih Raksa.

Air matanya menetes begitu saja, semesta tahu dan membantu menyamarkan air mata itu dengan guyuran hujan yang semakin deras malam ini. Raksa menangis, pemilik gelar Kanagara bermata elang itu menangis karena perasaan bersalahnya. Raksa menyesal telah menyakiti satu hati tulus yang sebenarnya sudah menjadi tempatnya singgah sejak lama.

"AAARRRGGHHH BANGSAT!" Teriaknya.

Ia terduduk dengan rapuh. Tangannya beberapa kali memukul kepalanya merasa bodoh menyia-nyiakan hati seseorang selama ini. "Ternyata lo orang nya, Al." Lirih Raksa terisak.

"Lo manusia yang harus gua jadikan ratu selama ini." Ungkapnya lagi.

"GUA BODOH BANGET ANJING!"

"BRENGSEK! PECUNDANG!" Teriaknya meluapkan emosi.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang