9. Sial dari Bakso

91.4K 7.6K 268
                                    

"Jangan lupakan bahwa Hati dan Logika bisa menjadi jangka perasaan manusia."

***

"Kiww Bi Yuy, makin cantik aja Bi!"

Sosok wanita paruh baya yang disebut Bi Yuyun hanya menggeleng terheran. "Jangan lupa bayar kalo jajan." Ungkap Bi Yuy dengan nada medok khasnya.

Banu tersedak ludahnya, sedangkan sisanya sudah terbahak habis-habisan. Kelakuannya juga, Banu hobinya memang menggoda cewek-cewek yang berakhir ia akan mendapat semprotan pedas.

"Lah Bi? Kan saya juga bayar biasanya."

"Iya bayar, ambil lima bayar tiga maksud lo?"

Banu melayangkan tatapan protesnya. "Jangan dengerin Gibran Bi, musyrik!"

Bi Yuyun meletakan pesanan mereka di nampan, yang kemudian diambil oleh Banu. Keadaan kantin sepi, hanya ada mereka. Apalagi memangnya? Bolos tentu saja, rutinitas yang tidak boleh mereka lupakan ketika hari kamis, hari mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, secara bersamaan menyebar di jadwal kelas mereka masing-masing.

Raksa tidak masalah dengan pelajarannya, namun rasa malasnya lebih tinggi ketimbang rasa ingin tahunya tentang Kimia.

Arza, Gibran dan Kenzo bermasalah dengan Kimia. Tepatnya tidak menyukai guru cerewet itu. Meski guru lainnya juga. Divel, cowok itu benci Fisika meski ia menyukai Matematika. Nah alasan Banu adalah alasan yang hampir semua umat tahu. 'Kenapa X dan Y di matematika harus ada?'. Jelas Banu memilih menggombali bibi kantin ketimbang di kejar huruf X dan Y selama satu jam lebih.

"Bi! Padahal mau saya comblangin ke bestfriend saya yang cowok bi. Masih bujang bi!" Saut Banu.

"Lah siapa anjir?" Tanya Arza.

"Mang Eboy." Bisik Banu membuat mereka terkekeh.

Kenzo terkekeh geli. "Iya bi. Mubadzir bi.. Mau gak?" Tanyanya menimpali.

"Divel contohnya." Lanjut Kenzo.

"Uhukk.. Uhuk!" Divel langsung tersedak bakso yang belum sepenuhnya ia kunyah. Cowok itu menyerobot minuman Arza dan meneguknya hingga tandas.

"Woyyy minuman gua!"

Plak.

"Anjing Jo!" Protes Divel kesal menggeplak kepala Kenzo.

Kenzo meringis mengusap kepalanya yang baru saja mendapat jitakan. "Daripada jomblo terus kan Vel, ya gak Bi?"

Bi Yuyun mengancam mereka dengan penggorengan yang dipegangnya. "Kalo ketauan bolos sama Pak Dino, awas loh ya. Jangan Bibi yang disalahin."

Arza mengangguk mantap. "Tenang aja Bi! Kita mah kebal." Sutnya.

Raksa yang sedari tadi menyimak segala candaan mereka hanya diam sambil terus mengunyah baksonya, takut-takut tersedak juga jika banyak bicara.

"KALIAN!"

"Uhuk!" Kanagara bermata elang itu menoleh ke asal suara. "Sial." Desisnya.

Semua mata lantas tertuju ke arah selatan, dan tampak sosok pria dengan setelan baju guru berjalan ke arah mereka.

"Jangan kabur, cape." Saut Raksa membuat Arza yang tadinya sudah misuh-misuh duduk kembali. Apalagi Banu, tampangnya sudah tak karuan tatkala melihat sosok musuh bebuyutan mereka ada disana. Kenzo kan hidupnya paling santai, ia paling tidak bisa jika di suruh buru-buru apalagi ketika makan.

Raksa melahap satu baksonya lagi, "KUY!" Ujarnya langsung lari meninggalkan kantin.

"Bangsat!" Maki Divel merasa terkhianati dan melesat mengikuti Raksa, disusul Arza yang lari tergopoh-gopoh.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang